News

Peneliti temukan bukti tsunami purba di pesisir Aceh Besar

Peneliti Jepang teliti tiga masa krisis di Aceh
Ilustrasi, pandangan dari udara memperlihatkan kota Banda Aceh yang hancur akibat tsunami Aceh, 28 Januari 2005. BNPB mencatat 166.080 orang tewas dan 6.245 lainnya hilang akibat disapu gelombang tsunami. REUTERS/Kimimasa Mayama

POPULARITAS.COM – Peneliti Paleotsunami dari Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Prof Nazli Ismail menemukan bukti tsunami purba atau yang telah terjadi sebelum tsunami 2004 di pesisir Aceh Besar.

“Penemuan di Lamreh Aceh Besar ada yang paling dekat, yakni terjadi sekitar 50 tahun lalu,” kata Prof Nazli Ismail di Banda Aceh, Rabu (20/12/2023).

Guru Besar Bidang Geofisika USK itu menyampaikan, berdasarkan penggalian yang dilakukan di wilayah barat Aceh Besar, yakni Pulot dan Seungko Meulat ditemukan banyak sekuens tsunami-tsunami sebelum 2004, yakni sekitar 400-600 tahun lalu.

Selain di Pulot dan Seungko Meulat, bukti paleotsunami juga ditemukan di gua tsunami yang ada di Lhong. Lalu, ditemukan tsunami purba yang tidak ada dalam catatan sejarah dengan rentang waktu tidak teratur, ada yang ribuan dan ratusan tahun lalu.

Tidak hanya itu, ketika ekstensi paleotsunami diperluas lagi ke Ujong Pancu sampai Lamreh, ditemukan dua bukti paleotsunami melalui sedimen yang terdapat di keramik China dan batu nisan yang diketahui ada pada masa Kerajaan Lamuri.

“Ketika dilakukan penggalian lagi, ditemukan dua kali kejadian tsunami purba pada rentang waktu 1300-1400 M,” ujarnya.

Penelitian itu, kata dia, bagian dari pengkajian jejak sedimen tsunami purba sepanjang pantai barat Sumatera untuk memperkuat lesson learn pengurangan risiko bencana tsunami bagi masyarakat pesisir bekerja sama dengan Nanyang Technological University, Singapura.

“Ini menjadi rekonstruksi paleotsunami komprehensif pertama di sepanjang garis pantai Sumatera mulai dari Aceh sampai Bengkulu,” katanya.

Rekonstruksi tsunami itu dilakukan melalui tahapan analisis citra satelit untuk identifikasi lokasi pengendapan di oxbow lake, laut, dan coastal. Kemudian, juga dilakukan coring untuk dapat sampling, analisis X-ray flourescence (XRF), serta penentuan umur dari organisme yang ada di dalam sedimen.

Selanjutnya, dilakukan analisis butir untuk mengidentifikasi endapan sedimen dan analisis foraminifera (pasir laut yang dikonfirmasi, termasuk spesies perairan dalam yang menunjukkan adanya tsunami).

“Analisis foraminifera itu menjadi indikator yang cukup penting untuk menganalisis sedimen tsunami, kita bisa kenal sumber gempa yang menyebabkan tsunami,” ujarnya.

Shares: