News

Pengamat: Kondisi pendidikan Indonesia sangat memprihatinkan

Dia berharap peran strategis jurnalis pedidikan tersebut terus menyebarkan informasi sekaligus kontrol sosial terhadap berbagai isu pendidikan, mulai dari tataran pendidikan hingga implementasikan di lapangan.
Pengamat Pendidikan Indonesia, Ikhsyat Syukur saat memberikan pemaparan kepada peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) secera virtual.

POPULARITAS.COM – “Peran stategis dan tugas mulia wartawan untuk turut serta memajukan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui karya jurnalistik berkualitas,”.

Kalimat tersebut muncul dari, Ikhsyat Syukur, kepada peserta Fellowship Jurnalisme PendidikaL (FJP) Batch IV yang digagas Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) pada Rabu (18/5/2022).

Siapa yang tidak kenal dengan pria kelahiran 30 Maret 1965 di Padang. Dia adalah Pengamat Pendidikan Indonesia. Selain mengamati sektor pendidikan Ikhsyat juga menyoroti profesi wartawan yang dianggap mempunyai peran penting dalam mecerdaskan anak bangsa melalui karya jurnalistik terkait isu pendidikan.

“Perlu digaris bawahi bahwa melakukan penyebaran berita positif dan ojektif, valid dan produktif. Dengan itu kita berharap membentuk masyarakat yang kritis, kreatif dan produktif. Sehingga mereka tidak menelan mentah segala informasi dan mereka dapat memilah mana berita benar atau tidak,” katanya.

Dia berharap peran strategis jurnalis pedidikan tersebut terus menyebarkan informasi sekaligus kontrol sosial terhadap berbagai isu pendidikan, mulai dari tataran pendidikan hingga implementasikan di lapangan.

Selain itu, juga membantu mengurangi kesenjangan pendidikan antar wilayah dan ikut serta menentukan masa depan bangsa.

“Apabila daya kritis masyarakat sudah terbentuk, maka jurnalis sudah berhasil membantu mengurangi kesenjangan pendidikan yang ada,” katanya.

Pengagas Sekolah Ilmuwan Minangkabau Sumatra Barat itu berharap, wartawan dapat menjalankan tugasnya sebagai kaidah-kaidah jurnalistik dengan baik agar karyanya mampu menjadikan penuntun masyarakat untuk meningkatkan daya literasinya.

Kondisi Pendidikan Indonesia

Menurut pemaparan Ikhsyat Syukur, evaluasi raport Hasil Asesmen Nasional 2021 lalu, hasilnya sangat memprihatinkan.

“Jika dibahas masalah pendidikan di negeri ini butuh banyak waktu untuk bahas banyak sekali masalah dan itu terbukti, masak 77 tahun merdeka jika dibandingkan dengan 78 negara kita diposisi 77. Terus kita ngapain aja selama ini, negara kita bolak balik ganti kurikulum, ganti menteri ganti kebijakan, itu yang terjadi,” papar dia.

Dari hasil survei sudut Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), yang dirilis 1 April 2022 lalu bahwa literasi, 1 dari 2 peserta didik atau pesdik belum mencapai kompetensi minimum. Sementara survey Numerasi, 2 dari 3 pesdik belum mencapai kompetensi minimum.

Sedangkan Survei Karakter, Imtak dan kreativitas tinggi tetapi Kemandirian dan kebhinekaan global sangat rendah. Maka semakin baik karakter, maka akan semakin baik literasi dan numerasi.

Survei Lingkungan Belajar, 24,4% pesdik berpotensi mengalami perundungan di satpel. Kurang dari 22,4% pesdik mengalami kekerasan seksual.

“Inilah kondisi kita. Harus kita sampaikan sejujurnya,” sebutnya.

Survey Literasi dan Numerasi

Untuk diketahui bahwa secara tiori Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Umerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari.

“Ada kata – kata yang saya kutip dari Mas Menteri yang disebutkan pada satu 1 April lalu, saat menyampaikan hasil rapor pendidikan Indonesia disebutkan bahwa anak-anak yang menghadapi tantangan numerasi dan literasi sangat mudah demotivasi dan tertinggal,” katanya.

Kemudia daya saing lulusan Indonesia dalam dunia berbasis teknologi yang terus berubah akan membuat daya saing rendah. Sehingga berdampak pada daya saing nasional dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia di masa depan.

Selanjutnya Literasi dan numerasi rendah akan berdampak besar pada kemamapuan memproses informasi secara kritis akan sangat rendah. Sehingga rentan hoaks dan rentan manipulasi

“Apabila tidak hati- hati maka akan menurunkan daya saing kita,” sebutnya.

Shares: