News

Persediaan ikan di Banda Aceh menipis akibat cuaca buruk

Persediaan ikan di Banda Aceh menipis akibat cuaca buruk
Ilustrasi, sejumlah nelayan berada di atas kapal yang ditambatkan di pelabuhan Desa Kuala Bubon, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, akibat tingginya gelombang di laut, Senin (4/7/2022). (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/aww.)

POPULARITAS.COM – Persediaan ikan tongkol di Pos Pelayanan Kesyahbandaran (PPS) Kutaraja menipis sejak sebulan terakhir akibat cuaca buruk yang menghambat nelayan saat melaut.

“Kalau kapal siang (berangkat pagi pulang malam) cuma dapat 100-500 kilogram (kg) selama cuaca buruk, kalau biasanya bisa sampai satu ton,” kata Pemborong Ikan di PPS Kutaraja Abdurrahman, dikutip dari laman Antara, Jumat (27/1/2023).

Abdurrahman menjelaskan, selama cuaca buruk melanda Aceh sejak sebulan terakhir, kapal nelayan yang berlayar selama 10 malam hanya mendapatkan 2-5 ton ikan, sedangkan biasanya bisa sampai 20 ton.

Akibat persediaan ikan yang menipis, kebutuhan konsumen juga tidak cukup sehingga perlu pasokan ikan dari luar seperti Belawan dan Padang untuk memenuhi kebutuhan pasar.

“Kadang pun pabrik cold storage kita di sini mengeluarkan lagi ikan yang sudah masuk ke pabrik untuk memenuhi kebutuhan pasar,” ujarnya.

Selama cuaca buruk ini, lanjut Abdurrahman, dirinya tidak mampu lagi memenuhi permintaan pasar. Biasanya ia sanggup mengeluarkan ikan sebanyak tiga ton untuk dijual ke pasar, tetapi sekarang 500 kg saja.

Tipisnya persediaan ikan tongkol kemudian juga menyebabkan harga ikan yang sering dikonsumsi masyarakat tanah rencong naik menjadi Rp25 ribu – 35 ribu per kg dari Rp10 ribu – 17 ribu per kg.

“Dalam sebulan ini harga ikan tongkol umang dijual Rp25 ribu per kg sedangkan tongkol ame-ame bisa sampai Rp30-35 ribu per kg,” kata Abdurrahman.

Sementara itu, Sekretaris Panglima Laot (laut) Aceh Miftach Tjut Adek juga menyatakan bahwa saat ini memang banyak nelayan Aceh yang urung melaut karena cuaca buruk dan gelombang tinggi.

“Iya memang banyak yang tidak melaut karena gelombang, badai, hujan jadi nelayan tidak melaut, apalagi kalau turun hujan pagi,” katanya.

Miftach menyebutkan, nelayan di Banda Aceh banyak yang menggunakan kapal kecil untuk pergi pagi pulang sore atau hanya menginap dua malam di laut.

“Jadi karena pengaruh cuaca banyak tidak melaut, makanya sekarang ikan sedikit berkurang,” demikian Miftach.

Shares: