News

Pimpinan Dayah Darul Fityan serukan hindari saling serang di medsos

100 pelaku UMKM di Pidie Jaya dilatih strategi pemasaran secara digital
Ilustrasi pengguna media sosial. (Pexels)

POPULARITAS.COM – Pimpinan Dayah Darul Fityan Banda Aceh, Tgk Jamaluddin Thaib meminta semua warga untuk tidak saling mencela, mencaci maki dengan bahasa yang tidak sepantasnya di ruang-ruang publik maupun di media sosial.

Untuk itu, kata dia, fenomena ini harus dihindari dan dihentikan. Menurutnya, saat ini marak terjadi saling serang dan caci maki di media sosial. Ia turut prihatin, apalagi perilaku tersebut tidak berguna dan tidak diajarkan dalam Islam.

Kondisi ini dikhawatirkan menjadi hal yang biasa dan akan diikuti oleh generasi berikutnya.

Salah satu nikmat Allah yang Allah titipkan pada manusia adalah lisan atau lidah. Lidah merupakan sepotong daging yang elastis dan lembut yang menjadi sarana utama untuk berbicara, menyampaikan keinginan dan juga penolakan.

Bisa mencicipi makanan dan bisa merasakan segarnya minuman. Bisa membuat bahagia dan bisa membahagiakan, tapi lisan juga bisa berbahaya, bisa menyakiti, mencelakai dan bahkan bisa membunuh satu sama lain, serta juga bisa menjerumuskan seseorang untuk masuk neraka.

“Betapa banyak orang yang telah bahagia dengan lisan, tapi betapa banyak pula orang yang celaka karena lisan,” ujar Tgk Jamaluddin dalam keterangannya, Jumat (27/10/2023)/

Imam Al-Haddad mengatakan, lanjut Tgk Jamaluddin, lisan merupakan nikmat Allah yang terbesar yang di dalamnya terdapat kebaikan dan manfaat yang besar bagi siapa saja yang menjaganya dan menggunakannya sesuai dengan fungsi diciptakan.

Namun juga terdapat keburukan dan bahaya yang besar bagi siapa saja yang tidak menjaganya dan salah dalam pemanfaatannya. Karena itu, Islam mengingatkan umatnya agar berhati-hati dalam penggunaan lisan.

Banyak hal yang harus dijaga dengan lisan, pertama, menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan bermutu, karena hal itu akan membuat hati jadi keras dan akan menjadi orang-orang yang gagal dalam hidup. Allah Swt berfirman, “Dan orang-orang yang sukses itu adalah orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (QS. Al Mu’minun:3)

Kedua, tidak berdusta. Berdusta adalah mengatakan sesuatu tanpa kebenaran di dalamnya. Berdusta atau kadzab merupakan sifat yang tercela dan besar bahayanya.

Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS. An-Nahl:105)

Ketiga, tidak mengghibah. Ghibah adalah menggunjing atau membicarakan keburukan dan aib orang lain (menggosip).

Allah Swt berfirman, “Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah kalian suka salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya sendiri yang telah mati? Pasti kalian membencinya. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah, sungguh Allah Maha Menerima taubat dan Maha Pengasih”. (QS. Al Hujurat: 12).

“Dosa ghibah tidak hanya berlaku pada yang menggunjingnya, pendengarnya pun juga akan mendapat dosa yang sama,” kata Tgk Jamaluddin.

Dia menambahkan, keempat adalah tidak mengejek dan mencela. Melecehkan, memaki, dan saling membuka aib antara satu dengan lainnya di depan umum, baik sesama muslim maupun kepada yang non muslim sekalipun, dengan menulis di medsos, merekam, membuat video ejekan, saling berbalas, lalu di upload di medsos dan berbagai sarana media lainnya.

“Karena itu, kita harus menjaga lisan dengan baik dan disiplin, yang dalam konteks sekarang kita harus mengendalikan diri dalam mengelola media sosial, sehingga tidak memfitnah dan saling serang. Media sosial dan lisan dapat kita manfaatkan semaksimalkan mungkin untuk menyebarkan kebaikan dan kebenaran,” pungkasnya.

Shares: