HeadlineSyariat Islam

Taif, sepenggal kisah beratnya perjuangan dakwah nabi Muhammad

POPULARITAS.COM – Taif, salah satu kota di provinsi Mekkah, Arab Saudi. Terletak di pegunungan sarawat, kawasan ini berhawa sejuk dan dingin. Ditempat ini, kita bisa menyaksikan jejeran gunung-gunung menjulang tinggi. Jalan-jalan di wilayah ini juga ditumbuhi pepohonan rindang dan hijau.

Selasa, 4 Februari 2025, penulis dan rombongan jamaah umroh dari Saba Travel, berkesempatan berkunjung ke kota ini. Berjarak 100 kilometer ke arah timur Kota Mekkau, kami menumpangi dua bus. Alat transportasi yang membawa kami tergolong mewah, jenis bus besar produksi pabrik BMW.

Kurang lebih dua jam menyusuri jalan raya, bus yang membawa kami tiba di salah satu sudut Kot Taif. Dipimpin dua mutwhowif (pembimbing jamaah haji atau umroh), yakni Ustadz Azhari dan Ustadz Imam, sebanyak 53 rombongan umroh Saba Travel, diterangkan tentang hakikat dan makna perjalanan ke kota tersebut.

Saat makan siang, persisnya di kawasan Al Hada di Kota Taif, Ustadz Azhari, kepada penulis menceritakan kisah mashur kala Muhammad, nabi pembawa risalah islam berdakwah ke Taif. Dia menjelaskan bahwa, dari literatur dan kitab-kitab yang pernah dibacanya, usai mendapatkan wahyu, Allah perintahkan nabi berdakwah ke kota tersebut.

Saat berangkat ke kota Taif, rasul ditemani salah seorang sahabatnya dan sekaligus anak angkat rasul, yakni Zaid bin Haritsah. “Bayangkan, kita naik bus saja dua jam perjalanan, dan rasul ke tempat ini berjalan kaki bersama Zaid,” timpal Ustadz Azhari.

Saat bercerita, kami memesan nasi untuk makan siang. Cafe tempat memesan makanan, sejarak 25 meter dari Pabrik Parfume Rashed Alqurashi. Lokasinya estetik, terdapat parit kecil-kecil yang mengalir air jernih dan dingin. Di lokasi itu juga ditumbuhi bunga-bunga warna-warni. Kesejukan udara dan vibes tempat itu sangat cozy dan menawan.

Saat duduk bersantai sembari menunggu makanan, Ustadz Azhari kembali melanjutkan ceritanya. Nah, ketika tiba di Taif, rasul berdakwah dan menemui tiga orang pembesar dan pemimpin kabilah di kota itu. Harapan nabi orang-orang Bani Tsaqif sebagai suku terbesar di tempat itu menerima islam dan agama tauhid, namun penolakannya sangat besar.

Bahkan, tidak hanya mendapatkan penolakan, rasul justru mengalami penganiayaan yang luar biasa. Sepulang menemui para pembesar bani Tsaqif dan ditolaknya Muhammad, orang-orang di kota itu melempari rasul di sepanjang jalan pulang. “Tubuh nabi berdarah, cucuran darah segar membasahi sekujur badannya,” papar Ustadz Azhari.

Sesaat hatiku terkesiap, berada di kota itu, aku mencoba membayangkan saat rasul dan Zaid bin Haritsah dilempari batu, ya Allah, begitu beratnya perjuangan nabiMu menegakkan agamaMu, batinku.

Ustadz Azhari kembali melanjutkan ceritanya. Nah, ditengah situasi itu, rasul dan Zaid dengan tubuh berlumuran darah berlari ke arah kebun-kebun anggur milik orang-orang kaya di Taif. Ditengah kelelahan dan rasa capek yang mendera, nabi dan Zaid beristirahat sejenak.

Kala beristirahat usai kelelahan, budak yang bekerja di ladang tersebut, merasa iba melihat rasul dan sahabat yang sedang kepayahan dan berlumuran darah.

Nama budak itu Addas, Ia kemudian mendatangi rasul dan Zaid menawarkan air minum dan anggur. Saat meminum dan memakan pemberiannya, rasul membaca Bismillah. Ucapan itu menarik perhatian Addas yang beragama Nasrani, terang Ustadz Azhari melanjutkan.

Lantas, sambung Ustadz Azhari lagi, terjadi dialog antara Addas dan rasul. Saat itu, Addas bertanya tentang arti ucapan dan kalimat Bismillah yang tadi diucapkan rasul, kemudian dia juga menanyakan siapa nabi sebenarnya.

Nah, usai mendapatkan keterangan dan penjelasan dari rasul, Addas meyakini bahwa Muhammad adalah nabi akhir zaman yang tertulis dalam kitab-kita agama nasrani yang Ia peluk. Kemudian, atas kesadaran penuh, Addas memeluk islam.

Nasi yang kami pesan tiba, nampan besar dan potongan ayam dibaluri bumbu warna kuning kemerahan, sejenak pembicaraan tentang kisah Muhammad dan kota Taif berhenti. “Kita makan dulu atau lanjut cerita ini,” tanya Ustadz Azhari dan kami pun tertawa ringan. “Saya pikir, mengisi perut dulu lebih baik Ustadz, perut kosong konsentrasi pun susah,” timpalku.

Tak butuh waktu lama, nampan berisi nasi mandi ludes dalam 15 menit. Hidangan seharga 60 riyal itu nyaris tak tersisa. Bicara rasa, nasi mandi ditempat ini sangat rekomended, harga juga worthed lah dengan kelezatannya.

Sembari berjalan ke arah bus yang tadi kami tumpangi, Ustadz Azhari kembali melanjutkan kisahnya.

Nah, ditengah kesedihannya teramat sangat, rasul bersandar dengan meletakkan sikunya di batu besar. Kemudian nabi berdoa kepada Allah. Lantas Allah pun mengutus malaikat Jibril.

Malaikat Jibril pun menawarkan bantuan dan termasuk memberikan pilihan menimpakan azab kepada orang-orang Taif yang telah menyakitinya. Tawaran itu pun di tolak Muhammad, beliau yakin pada suatu waktu akan ada dari keturunan masyarakat di kota ini yang nantinya beriman kepada Allah.

Ustadz Imam, Muthowif Saba Travel

Pun begitu, ketika datang malaikat penjaga gunung yang menawarkan kepada rasul untuk mengangkat gunung-gunung di Kota Taif dan menimpakannya kepada orang-orang yang telah melempari nabi. Lagi-lagi hal itu di tolak, Muhammad percaya kelak akan lahir anak keturunan dari orang-orang Taif yang akan memegang teguh agama Allah ini, papar Ustadz Azhari.

Kami menaiki bus yang tadi kami tumpangi. Saat melewati dan menyusuri jalanan di Kota Taif, kami melewati sejumlah situs bersejarah, diantaranya Masjid Addas, Masjid Kuk.

Masjid Addas sendiri, dibangun untuk mengenang kisah islamnya Addas saat bertemu rasul usai di lempari saat berdakwah di Taif.

Sementara Masjid Kuk, merupakan tempat rasul beristirahat usai berlari dari kejaran orang-orang Taif. Konon, ditempat ini, terdapat batu besar tempat sandaran nabi yang pada bagiannya membentuk siku tangan nabi. “Kuk itu artinya dalam bahasa arab Siku. Nah menurut cerita-cerita, konon katanya itu bekas siku nabi saat beristirahat dan bersandar pada batu itu,” ucap Ustadz Imam menambahkan keterangan Ustad? Azhari.

Masih menurut Ustadz Imam, kisah-kisah seputaran bekas siku nabi pada batu itu tidak ada riwayat yang pasti dan sahih. Jika pun itu benar, tidak lantas kemudian sebagai umat islam kita mengambil berkah dari hal-hal seperti itu. Bagaimana pun, Allah adalah satu-satunya tempat kita meminta dan memohon pertolongan.

Semburat merah di ufuk barat tertutup awan tipis saat kami tiba di Masjif Qarn Al Manazil yang jaraknya 40 kilometer dari pusat Kota Taif. Beberapa jamaah umroh turun dari bus untuk mengambil miqat. Lima belas menit kemudian, melanjutkan perjalanan. Sayup-sayup terdengar azan dari Masjidil Haram. Pukul 19.37 waktu Mekkah, kami pun tiba kembali ke kota yang Allah jamin keamanan dan keberkahannya tersebut.

Shares: