FeatureHeadline

Tekad Haris bangun Lamno sentra kopi Robusta di Aceh

Selain miliki kopi arabica unggul dan pilihan, Aceh juga punya potensi jenis lainnya, yakni kopi robusta. Salah satu daerah penghasil kopi robusta adalah Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. Muhammad Haris, pemuda asal tempat itu, menyadari potensi kopi kopi robusta, karenanya Ia bertekad kuat untuk menjadikan daerahnya sebagai sentra kopi robusta.
Portugis Coffee bersama pelaku UKM lainnya saat mengikuti pameran di Kuala Lumpur, Malaysia pada 2019 lalu. Foto: Instagram/@portugis.coffee

POPULARITAS.COMKopi Arabica Gayo tentu sangat melekat dengan Aceh. Cita rasa komoditi ekspor di daerah ujung barat Sumatra tersebut, telah terkenal seantero dunia. Ratusan ribu ton kopi dikirim dari provinsi berjuluk serambi mekkah ini ke Eropa, Amerika, Jepang, Korea, dan bahkan hingga ke Afrika.

Selain miliki kopi arabica unggul dan pilihan, Aceh juga punya potensi jenis lainnya, yakni kopi robusta. Salah satu daerah penghasil kopi robusta adalah Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. Muhammad Haris, pemuda asal tempat itu, menyadari potensi kopi kopi robusta, karenanya Ia bertekad kuat untuk menjadikan daerahnya sebagai sentra kopi robusta.

Bermodal semangat itu, Muhammad Haris memperkenalkan kopi robusta Lamno dengan merek Kopi Portugis. Penamaan label itu tentu didasarkan pada sejarah Lamno dengan Portugis di Eropa. 

Jadi begini, kata Haris, Lamno terkenal di Aceh sebagai daerah yang masyarakat banyak keturunan Portugis. Gen negara Eropa itu terbentuk sekitar 4 abad silam, yakni ketika negara itu menyerang kerajaan Aceh, dan memasuki daerah ini lewat pelabuhan di Aceh Jaya.

Nah, sebagian besar prajurit Portugis menghuni kawasan Lamno, dan lamanya waktu peperangan dengan Aceh, banyak tentara negara itu yang menikahi gadis Lamno. Sehingga, sampai dengan saat ini, banyak warga Lamno secara fisik mirip orang Eropa, yakni tinggi besar, kulit putih, hidung mancung, rambut coklat dan mata berwarna biru.

“Dasar itu itulah, merek kopi robustas saya beri nama Kopi Portugis,” terangnya kepada popularitas.com, beberapa waktu lalu.

Keinginan kuatnya mengembangkan kopi robusta Lamno, juga karena fakta bahwa banyak kopi daerahnya yang dikirim ke pusat kota, dan bahkan ke provinsi lain, hingga luar negeri.

Saat dipasarkan ke luar daerah, mereknya sudah beragam dan pastinya di label kemasan bukan lagi kopi Lamno. Merek-merek kopi tersebut bahkan sudah memiliki nama besar di dunia bisnis kopi saat ini.

Sebagai putra asli Lamno, Muhammad Haris tak ingin sistem tersebut terus berjalan, karena secara hakikat tidak memberi keuntungan bagi daerah kelahirannya.

Alasan tersebut lah kemudian menyebabkan Haris bertekat memajukan kopi di daerahnya melalui sebuah merek atau brand dengan ciri khas asal di mana biji kopi itu dipetik.

Dengan merek lokal, Haris bertekat menjadikan Lamno sebagai sentral produksi kopi robusta di Aceh, setelah dataran tinggi Gayo. Karena, menurut dia, dari segi kualitas dan aroma, kopi robusta Lamno memang tak diragukan lagi.

“Dari segi kualitas dan aroma, kopi Lamno sangat terkenal. Robusta, brand-brand kopi terkenal di Banda Aceh pakai kopi Lamno, sehingga ini membuat saya semangat untuk mengembangkan kopi Lamno dengan sebuah merek,” ujar Haris.

Hadirnya Portugis Coffee bukan hanya memberi efek positif bagi diri sendiri, tetapi juga petani lokal di Kawasan Lamno. Hal ini karena Haris menerapkan konsep sociopreneur dalam menjalankan bisnisnya.

Sociopreneuer, terang Haris, merupakan wirausaha sosial, di mana pelaku bisnis dan petani berjalan beriringan untuk mendapat keuntungan.

“Saya mengembangkan konsep sociopreneuer, supaya keuntungan ada sama saya dan petani kopi, kami berjalan beriringan dan saling menguntungkan,” ucap Haris.

Biji Kopi Pilihan

Produk yang dihasilkan Portugis Coffee adalah biji-biji kopi pilihan dari kawasan Lamno. Biji kopi ini kemudian diproduksi dengan cara di-roasting secara mandiri. Setelah tahapan ini selesai, Portugis Coffee dikemas, lalu dipasarkan.

Bukan hanya tingkat lokal, Portugis Coffee kini telah merambah ke berbagai provinsi di Indonesia, baik di Pulau Sumatera, Jawa hingga Kalimantan. Haris belum mencoba menembus pasar internasional, mengingat produksinya masih terbatas.

“Kita fokus pada bubuk kopi robusta dengan harga terendah Rp 15 ribu dan paling mahal ratusan ribu, tergantung jumlah atau beratnya,” kata Haris.

Saat pandemi Covid-19, Portugis Coffee nyaris tenggelam. Beruntung, Haris kemudian melakukan inovasi, salah satunya mencoba memproduksi kopi gula aren. Varian kopi ini ternyata diterima bagus di pasaran.

Selain bubuk kopi robusta dan kopi gula aren, Portugis Coffee kini juga memiliki beragam jenis minuman botol dengan bahan dasar kopi, seperti lamnobusta, kopi sanger, dan anek minuman lainnya.

Dalam melakukan promosi, Portugis Coffee juga ikut meramaikan berbagai event pameran, seperti Festival Kopi Kutaraja. Baru-baru ini, Portugis Coffee hadir di Aceh Culinary Festival (ACF) 2022 tepatnya di Paviliun Kuliner Kabupaten Aceh Jaya.

Portugis Coffee beralamat di Jalan Banda Aceh-Meulaboh, KM. 78, Lamno, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya. Kini, Portugis Coffee juga telah memiliki cabang di Kota Banda Aceh, tepatnya di Jalan Iskandar Muda, Blang Oi, Kecamatan Meuraxa.

Portugis Coffee dapat dipesan melalui WhatsApp 0852 8671 7144 atau melalui Instagram @portugis.coffee. Sementara secara offline, Portugis Coffee dapat dibeli di tempat produksi di Lamno, Aceh Jaya maupun di gerai cabang Banda Aceh.

Di usianya yang memasuki tahun keempat, Portugis Coffee terus berinovasi dan ekspansi agar usaha tersebut terus berkembang. Demikian juga dengan varian, Portugis Coffee terus melakukan pembaharuan tanpa menghilangkan kualitas.

“Doa, usaha dengan sungguh-sungguh serta semangat menjadi sangat penting, tiga hal itu adalah kunci Portugis Coffee masih eksis hingga saat ini,” demikian Haris.

Shares: