FeatureNews

Tumon Bu, oleh-oleh kuliner khas Aceh

Ikan Keumamah salah satu kuliner khas Aceh. Ditangah Riska Munawarah, dan Wahyu Majiah, panganan itu diolah dalam kemasan unik, dan menarik untuk jadi souvenir.
Tumon Bu, oleh-oleh kuliner khas Aceh
Tumon Bu, salah satu oleh-oleh kuliner khas Aceh.

POPULARITAS.COM – Ikan Keumamah salah satu kuliner khas Aceh. Di tangah Riska Munawarah, dan Wahyu Majiah, panganan itu diolah dalam kemasan unik, dan menarik untuk jadi souvenir.

Ide membuat ikan keumamah dalam kemasan, muncul saat keduanya melihat potensi banyaknya wisatawan yang datang ke Banda Aceh. Mereka memperhatikan, para pelancong hanya mengenal Aceh sebatas kopi saja untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Nah, dari situlah kemudian Riska dan Wahyu melahirkan produksi ikan keumamah kemasan kaleng.

Menamakan brand atau mereknya Tumon Bu, saat ini, kuliner ikan keumamah buatan Wahyu dan Riska telah jadi salah satu alternatif oleh-oleh bagi para wisatawan yang berkunjung ke provinsi ujung barat Sumatra tersebut.

“Brand Tumon Bu, artinya teman makan warisan ibu,” kata Wahyu Majiah, pemilik usaha itu kepada popularitas.com dalam perbincangannya, Sabtu (26/11/2022).

Dengan modal doa dan keyakinan, Wahyu dan Riska membangun usaha tersebut dengan modal awal Rp2 juta. Usaha yang dimulai pada awal 2022 itu kini sudah beromzet sekitar Rp 5 juta per bulan.

Keumamah Tumon Bu, kata Wahyu, memiliki dua varian yakni kemamah basah dan kering. Dalam sebulan, mereka memproduksi hingga 200 botol kemasan keumamah.

Wahyu membanderol keumamah Tumon Bu dengan harga sangat ekonomis. Misalnya, untuk ukuran 200 mililiter hanya dengan harga Rp 25 ribu dan ukuran 450 mililiter dengan harga Rp 55 ribu.

“Kami baru produksi kemamah basah dan kering, dari dua varian ini, sambal kemamah basah yang paling diminati,” ujar Wahyu, didampingi Riska.

Melalui usaha keumamah, Wahyu dan Riska ingin memperkenalkan kembali produk kuliner Aceh yang mulai pudar seiring perkembangan zaman, kepada generasi muda dan juga wisatawan luar daerah.

Di sisi lain, Wahyu juga ingin melalui produknya ini ikut mempromosikan Aceh, terutama dari segi kuliner. “Motivasi kami untuk mulai berbisnis yaitu memperkenalkan kembali produk kuliner Aceh kepada generasi muda dan juga wisatawan luar daerah,” ujar Wahyu yang juga jurnalis di Banda Aceh itu.

Wahyu dan Riska memasarkan produknya lewat berbagai platform digital, seperti Instagram, WhatsApp dan market place Shoopee. Menurutnya, cara ini lebih praktis dan bisa menjangkau pembeli tanpa batas.

“Pembeli juga bisa membeli langsung datang ke tempat produksi atau menghubungi kami lewat Instagram,” kata Wahyu.

Melalui platform digital, kata Wahyu, Tomon Bu sudah terjual hingga ke berbagai kabupaten kota di Aceh, seperti Banda Aceh, Singkil, Lhokseumawe dan Bener Meriah.

Sedangkan ke luar Aceh, tambah dia, Tumon Bu sudah masuk ke Jakarta, Medan, Tangerang hingga Bali. “Melalui keumamah, kami menonjolkan ke-acehan dari rempah-rempah yang dipakai, produk kami ini sangat praktis, bisa dibawa ke mana-mana dan bisa langsung dimakan dengan nasi,” kata dia.

Dalam kesempatan itu, Wahyu juga mengaku masih memiliki kendala-kendala dalam menjalankan bisnis kulinernya, seperti kurangnya modal usaha untuk pemenuhan alat kerja.

Riska Munawarah, dan Wahyu Majiah, pemilik usaha Tumon Bu

Profesi Wahyu sebagai reporter dan Riska sebagai fotografer juga memaksakan keduanya harus pandai-pandai mengatur waktu, dalam menjalankan usaha dan bekerja sebagai tuntutan profesinya.

“Dan kami harus pandai-pandai membagi waktu untuk bekerja di profesi saat ini dengan waktu mengelola usaha,” ujar Wahyu.

Meski usahanya baru dimulai, Wahyu berharap pemerintah ikut hadir dalam menggerakkan pelaku UMKM di daerah ujung barat Sumatra itu, terutama usaha Tumon Bu ini.

Dukungan tersebut, kata dia, bisa dalam bentuk pengadaan alat kerja agar bisnis kecil ini bisa berjalan dan tentunya pemerintah ikut serta membantu memasarkan keumamah lebih luas lagi.

“Juga mendapkan jaminan langganan dari pihak pemerintah, atau menggunakan produk kami saat membuat sebuah acara besar dengan ini setidaknya membantu usaha UMKM milik kami,” ujar Wahyu.

Wahyu dan Riska terus melakukan inovasi agar produknya mampu bersaing di pasaran. Selain pada kualitas produk, Wahyu juga menilai pentingnya kemasan dengan desain semenarik mungkin, agar dapat memantik calon pembeli.

“Kemasan menjadi salah satu kunci majunya sebuah produk, karena kemasan ini seperti iklan juga,” kata Wahyu.

Kata Wahyu, produk Tumon Bu dapat dibeli dengan mendatangi langsung tempat produksi di Jln. Tgk Chik di Tiro, Lr. H. Nurhikmati, No. 116, Desa Sukadamai, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh.

Selain itu, tambah Wahyu, produk ini juga bisa dipesan melalui akun Instagram @tumonbu atau WhatsApp dengan nomor 0822 4950 5479. “Bagi pemesan yang di Banda Aceh kami siap antar ke tempat,” ujar Wahyu.

Shares: