POPULARITAS.COM – Aceh kehilangan 10,6 ribu hektar hutan dalam kurun waktu 2024. Informasi tersebut disampaikan oleh Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) dalam keterangannya di Banda Aceh, Rabu (26/2/2025).
Manager GIS Yayasan HAkA, Lukmanul Hakim mengatakan, data yang diperoleh pihaknya tersebut, berdasarkan pemantau kondisi hutan Aceh sejak 2015 dengan menggunakan citra satelit dan juga metode penginderaan jarak jauh memakai intprestasi visual dan manual citra satelit Landsat 8, Sentinel 2, dan Planet Scope.
Selain itu juga, tambahnya, pihaknya mendapatkan bantuan data peringatan dini kehilangan pohon (Glad Alert) dari Global Forest Watch (GFW).
Alhasil, sambungnya, dari pemantauan yang dilakukan pihaknya, terdapat informasi tentang kehilangan tutupan hutan secara komprehensif di provinsi ujung barat Sumatra tersebut.
Hasil temuan terutama di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) diverifikasi di lapangan, memanfaatkan drones dan menggunakan citra satelit resolusi tinggi, Planetscope dan Google Earth.
Berdasarkan hasil pantauan terbaru yang dilakukan HAkA, telah terjadi kehilangan tutupan hutan sebesar 10.610 Ha di Aceh sepanjang tahun 2024.
Angka kehilangan tutupan hutan tersebut mengalami kenaikan sebesar 19 persen atau 1.705 hektar dibandingkan dengan yang terjadi pada tahun 2023. Tren laju kehilangan tutupan hutan di Aceh terus mengalami penurunan hingga setiap tahunnya. Pada tahun 2024 ini, tutupan hutan Aceh tersisa 2.936.525 hektar.
Manager GIS Yayasan HAkA, Lukmanul Hakim menyebutkan, Aceh Selatan masih menjadi kabupaten penyumbang kehilangan tutupan hutan terbesar selama tiga tahun terakhir. ”Kami memperkirakan Aceh Selatan telah kehilangan tutupan hutan seluas 1.357 hektar sepanjang tahun 2024,” ujarnya.
Lalu, Aceh Timur menjadi penyumbang kehilangan tutupan hutan terbesar kedua dengan luas 1.096 hektar, disusul oleh Subulussalam dengan luas kehilangan tutupan hutan sebesar 1.040 hektar. “Di samping kita perlu antisipasi akibat dari kenaikan deforestasi yang meningkat pada tahun ini, peningkatan kehilangan tutupan hutan di Aceh, khususnya di KEL dan TNGL, menunjukkan tekanan serius terhadap kawasan konservasi dan ekosistem yang memiliki nilai ekologis tinggi,” jelasnya.
Menurut Hakim, diperlukan langkah-langkah mitigasi dan penegakan hukum yang lebih ketat untuk melindungi kawasan hutan, terutama di Suaka Margasatwa Rawa Singkil dan TNGL, yang merupakan kawasan dengan fungsi ekologis penting.
Pada periode tahun 2024 ini, kata dia, kehilangan tutupan hutan di KEL meningkat sebesar 17,41 persen atau 845 hektar dibandingkan periode tahun sebelumnya. “Berdasarkan hasil pemantauan kita, kehilangan hutan di Suaka Margasatwa Rawa Singkil masih terus terjadi,” ucapnya.
Secara akumulatif, sambung Hakim, dari tahun 2020 hingga 2024, kawasan SM Rawa Singkil telah kehilangan hutan seluas 2.181 hektar. “Hal ini sangat kita sayangkan, mengingat KEL merupakan tempat terakhir di dunia, dimana orangutan, badak, gajah dan harimau Sumatera hidup berdampingan di alam liar,” pungkasnya.
Berikut data dan fakta pembanding kondisi tutupan hutan Aceh tahun 2024:
Leave a comment