News

BPOM Jelaskan Efikasi Vaksin Sinovac di Indonesia Rendah

BPOM Jelaskan Efikasi Vaksin Sinovac di Indonesia Rendah
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito menjelaskan efikasi vaksin Sinovac. (CNN Indonesia/Djonet Sugiarto)

POPULARITAS.COM – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito menjelaskan efikasi vaksin Sinovac pada uji klinis fase tiga di Indonesia lebih kecil dibanding negara lain karena jumlah kasus yang sedikit.

Penny mengatakan salah satu pengukuran efikasi adalah membandingkan tingkat penularan Covid-19 di antara relawan yang disuntik vaksin dengan relawan yang disuntik plasebo atau obat kosong.

“Semakin banyak (relawan yang disuntik) plasebo terinfeksi karena mungkin intensitas (penularan virus di masyarakat) sangat tinggi, tentu akan semakin tinggi efikasinya,” kata Penny kata Netty dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (14/1/2021).

Penny mengatakan kasus Covid-19 di Indonesia berkisar di angka 800 ribu saat uji klinis tahap tiga digelar. Sementara di Brazil kasus positif Covid-19 mencapai 8 juta, sedangkan di Turki 2,5 juta saat uji klinis fase tiga digelar.

Selain itu, jumlah dan kategori relawan juga menentukan. Penny mengatakan Indonesia jadi negara dengan jumlah relawan vaksin paling sedikit, yaitu 1.600 orang.

Indonesia juga melibatkan relawan dari seluruh kalangan masyarakat. Di saat yang sama, relawan vaksin di Brazil seluruhnya adalah tenaga kesehatan. Sementara di Turki, 20 persen relawan vaksin adalah tenaga kesehatan.

Banyaknya perbedaan itu, kata Penny, membuat tingkat efikasi di setiap negara tidak bisa dibandingkan.

“Bagaimana dinamika dari relawan itu di masyarakat setelah mendapat vaksin, itu sangat menentukan. Jadi, tidak bisa dibandingkan,” ucapnya.

Sebelumnya, Indonesia melakukan uji klinis fase ketiga terhadap vaksin Sinovac. Pengujian yang diadakan di Bandung itu mengungkapkan edikasi 65,3 persen.

Tingkat efikasi yang didapat Indoensia berbeda dengan negara lainnya. Brasil menyebut efikasi 78 persen, sedangkan di Turki 91,25 persen. Brasil kemudian mengungkap ada perubahan menjadi 50,4 persen pada Selasa (12/1/2021).[acl]

Sumber: CNNIndonesia

Shares: