FeatureNews

Diamon, minyak rambut legendaris asal Aceh Besar

Bagi sebagian warga Aceh Besar, tentu sudah sangat mengenal minyak rambut merek Diamon. Ya, maklum, usaha ini telah ada sejak 1970-an, dan kini Cut Yeni Novita, warisi bisnis tersebut dari ayahnya.
Diamon, minyak rambut legendaris asal Aceh Besar
Produk minyak rambut Diamon

POPULARITAS.COM – Bagi sebagian warga Aceh Besar, tentu sudah sangat mengenal minyak rambut merek Diamon. Ya, maklum, usaha ini telah ada sejak 1970-an, dan kini Cut Yeni Novita, warisi bisnis tersebut dari ayahnya.

Kemasan minyak rambut Diamon masih gunakan botol kaca. Dilabeli dengan stiker warna kuning, dan dengan tulisan ejaan lama Diamon Minjak Rambut Urang-aring. 

“Saya melanjutkan usaha ini dari orangtua,” kata Cut Yeni Novita kepada popularitas.com, beberapa waktu lalu.

Minyak rambut Diamon memiliki kekhasan dengan bentuk botol kacanya yang unik, warna isinya yang hijau serta tutup botolnya yang kuning mencolok.

Cut Yeni menyampaikan, sejak beroperasi tahun 1970-an, usaha tersebut sempat vakum saat ayahnya sakit-sakitan. “Almarhum ayah meminta saya melanjutkan usaha ini pada 2019,” sebut Cut Yeni.

Selain permintaan almarhum ayahnya, minyak rambut tradisional tersebut mulai diproduksi kembali karena ada permintaan pasar. Sejumlah toko di Banda Aceh sempat bertanya-tanya kapan minyak rambut diproduksi kembali.

Dari itu lah, Cut Yeni kembali memulai melanjutkan usaha tersebut. Minyak rambut Diamon bahkan masih laris manis di pasaran.

“Alhamdulillah, permintaan pasar masih ada, walau tidak seperti dulu. Dulu, pemasaran hampir seluruh Aceh. Kini, pemasaran masih di Banda Aceh dan sekitarnya,” ujar dia.

Cut Yeni mengaku minyak rambut Diamon tetap optimis di tengah persaingan minyak rambut modern produksi pabrikan.  “Kami tetap optimis usaha minyak rambut tradisional ini tetap bertahan di tengah maraknya minyak-minyak rambut modern,” kata Cut Yeni.

Proses produksi minyak rambut tersebut, kata Cut Yeni, dilakukan di rumahnya di Lamhasan, Kabupaten Aceh Besar. Minyak rambut ini yang diproduksinya ini mencapai 60 lusin per minggu.

Dalam satu lusin, sebut Cut Yeni, dijual Rp95 ribu dan per lusin 12 botol dengan kapasitas 200 mililiter. Dalam proses produksi, Cut Yeni sangat memperhatikan kualitas.

“Orang tua mengingatkan saya untuk selalu menjaga kualitas. Sebab, merek minyak rambut yang kami produksi sudah dikenal sejak tahun 1970-an,” jelas Cut Yeni.

Selain memasarkan secara konvensional, Cut Yeni juga menjajakan produk minyak rambut Diamon di berbagai platform digital, seperti Instagram dan WhatsApp. “Selama ini pemasaran fokus dilakukan melalui toko-toko di Banda Aceh dan sekitar,” tutur Cut Yeni.

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan Aceh sejak tiga tahun terakhir ikut berdampak pada minyak rambut Diamon. Selama fase tersebut, Cut Yeni mengakui penjualan pada usahanya menurun drastis. “Alhamdulillah tidak sempat rugi, tetapi perputaran modal sedikit lebih lama,” kata Cut Yeni.

Cut Yeni terus melakukan inovasi agar produknya tetap diminati konsumen. Ia juga terus memperkuat promosi dan pemasaran, terutama di dunia digital, sehingga jangguannya lebih luas.

Dalam kesempatan itu, Cut Yeni juga mengakui dalam menjalankan usaha masih memiliki kendala-kendala seperti tidak adanya alat produksi yang memadai. “Kami produksinya masih menggunakan manual, seperti alat pengaduk. Kami berharap bantuan mesin pengaduk dan alat penunjang produksi lainnya,” demikian Cut Yeni.

Bagi para konsumen, kata Cut Yeni, minyak rambut Diamon dapat dipesan melalui online atau mendatangi langsung tempat usaha di Lam Hasan, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar.

“Kalau melalui online, Diamon minjak rambut urang-aring dapat dipesan melalui Instagram @diamon_urangaring dan WhatsApp dengan nomor 0822 4737 6939,” sebut Cut Yeni.

Sebelumnya, Kepala Disperindag, Mohd Tanwier mengatakan, pihaknya terus menyokong agar industri kecil dan menengah (IKM) di Bumi Serambi Makkah tak menyerah di tengah pandemi Covid-19. IKM harus tetap aktif meski perlahan.

“IKM ini tidak boleh menyerah, harus tetap maju, bersama-sama walaupun tertatih-tatih, tetapi kita harus tetap berjuang. Pandemi ini tidak akan selamanya, tentunya ini akan berakhir, kita harus kuat untuk itu,” kata dia.

Tanwier menyebutkan, supaya IKM tetap eksis di tengah pandemi, pihaknya telah berusaha dengan meluncurkan sejumlah program, salah satunya program pojok kreatif.

Ia menjelaskan, pada program ini, pelaku IKM bisa meletakkan barang atau produknya untuk dijual di cafe-cafe atau tempat-tempat keramaian. “Kita dari Dinas Perindustrian sudah berusaha, salah satunya dengan program itu,” kata Tanwier.

Shares: