Headline

Kisah Salbiah warga Pidie, sudah setor uang Rp15 juta, namun rumah bantuan tak kunjung dibangun oleh KP2A

POPULARITAS.COM – Salbiah (34), sore itu berdiri diatas pondasi tapak rumahnya, di Gampong Krueng, Delima, Pidie. Aktivitas itu selalu Ia lakukan jika merindu memiliki rumah permanen. Begitulah impiannya, meski mimpinya sederhana bisa punya rumah ukuran 6 x 6 berdinding beton, namun hal itu pun tak terwujud. 

Perempuan itu merasa gundah, uang yang telah dikeluarkannya Rp15 juta dan diserahkan kepada Muhammad Rafsanjani, Ketua Komunitas Pecinta Perubahan Aceh (KP2A), hingga kini belum mendapatkan apa-apaun dari janji yang ditawarkan. Ia tak tau berbuat apa, hanya memasrahkan keadaan, sembari berdoa rumahnya bisa di bangun segera.

Kondisi yang dialami Salbiah, juga dirasakan oleh sejumlah perempuan lainnya di kampung itu. Sebut saja, Husna, Nurul Hakiki, Helmi Azali, Tisara dan Nek Nabasiah, kesemuanya juga merasa tertipu oleh Ketua KP2A Muhammad Rafsanjani. Meski telah menyerahkan uang senilai Rp15-20 juta, namun nasib mereka tak jauh beda dengan yang dialami Salbiah.

Dari pengakuan para korban kepada popularitas.com, setiap warga yang dijanjikan dibangunkan rumah oleh KP2A, diwajibkan menyetor uang senilai Rp15-20 juta kepada Muhammad Rafsanjani selaku ketua. Dana itu sendiri, telah disetorkan pada pertengahan 2024 silam. Namun, sudah hampir 9 bulan, rumah yang dijanjikan tak kunjung dibangun.

“Awalnya saya dan keluarga sudah terlebih dahulu membangun pondasi rumah ini. Nah, kemudian ditawarkan dibangunkan rumah bantuan tipe 36, namun syaratnya bayar Rp15 juta,” kata Salbiah mengawali pembicaraannya kepada popularitas.com, Selasa 4 Maret 2025.

Usai mendapatkan penawaran itu, dia bersama adiknya Husna, langsung menyetujuinya dan menyerahkan uang Rp15 juta kepada KP2A dengan harapan bisa miliki rumah impian. “Sejak kita kasih uangnya beberapa waktu lalu, rumah dijanjikan tak kunjung ada,” ungkap Salbiah dengan rauh wajah sedih.

Saat itu, kata Salbiah lagi, dirinya diserahkan dua lembar kertas berlogo KP2A, isi surat tersebut berupa perjanjian penerimah rumah dan dirinya bersama adiknya diwajibkan menandatangani perjanjian itu diatas materai.

Usai tandatangan surat dan menyerahkan uang kepada Abi Yani, begitu Muhammad Rafsanjani menyebut dirinya, kemudian pada bulan Juni 2024, KP2A membangun pondasi rumah adiknya Husna dan menambal slof diatas pondasi yang telah Ia bangun sebelumnya. “Ya cuma sebatas itu saja. Hingga sekarang tak jelas lagi juntrungnya,” lanjut Salbiah.

Kini, pasir-pasir, batu dan material bangunan yang didatangkan KP2A untuk membangun rumah yang dijanjikan kepada mereka, telah dipenuhi rerumpuan liar.

Hal yang sama juga dirasakan Tisara. Dia bahkan telah menyerahkan uang Rp 20 juta untuk satu unit rumah bantuan yang dijanjikan pria yang mengklaim dirinya sebagai Abi itu.

Ketiganya menyerahkan uang tersebut melalui Ketua Pemuda Gampong Krueng Harmaini (58).

Harmaini membenarkan, dia yang menerima uang tersebut dari warga tersebut. Bahkan duit tersebut telah diserahkan sepenuhnya ke Rafsanjani. “Uang sudah saya serahkan ke Rafsanjani. Saya juga korban, karena dua adik kandung saya dan dua sepupu saya juga telah menyerahkan uang masing-masing Rp 15 juta,” jelas Harmaini.

Dia mengetahui ihwal informasi bantuan rumah permanen namun harus menyerahkan uang puluhan juta itu melalui Ketua KP2A Delima, Razali.

Nek Nabasiah salah satu korban yang dijanjikan dibangunkan rumah oleh KP2A. FOTO : popularitas.com/Nurzahri

Nenek Nabasiah juga merasakan serupa. Dia juga telah menyerahkan uang Rp 15 juta ke Rafsanjani, karena dijanjikan akan dibangun rumah permanen, dengan nama yang diusulkan merupakan cucunya sendiri.

Bahkan dirinya telah melakukan pembersihan lahan dengan memotong pohon-pohon pinang dan kelapa untuk dapat dibangun rumah yang telah dijanjikan itu.  Namun hingga kini tak kunjung, yang ada hanya dipasok satu truk pasir dan batu kali. Diapun telah meminta Rafsanjani untuk mengembalikan semuanya uangnya.

Sementara itu, Muhammad Rafsanjani saat dikonfirmasi popularitas.com mengakui, bahwa Komunitas Pecinta Perubahan Aceh (KP2A), memang miliki program membangun rumah bantuan untuk masyarakat.

Kata dia, pemungutan antara Rp 15 juta dari untuk penerima bantuan tersebut, merupakan dana talangan pembangunan rumah dari peneriman program tersebut. Dia mengklaim, sumber dana pembangunan rumah bantuan bersebut bersumber dari Corporate Social Responsibility (CSR), serta sejumlah donatur.

Namun ia enggan menyebut CSR dari perusahaan-perusahaan mana saja untuk membiayai program tersebut. “Kami (KP2A) membangun rumah warga di Pidie, Pidie Jaya, Bireun dan Kota Langsa. Banda Aceh baru tahapan persiapan. Saat ini ada 187 rumah dalam proses pengerjaan di Pidie, Pidie Jaya, dan Bireun,” kata Muhammad Rafsanjani.

Untuk yang di Gampong Krueng sambungnya, pembangunannya masih akan tetap dilanjutkan. Rafsanjani menolak disebut menipu warga karena memungut uang Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Dalihnya, dana tersebut merupakan dana talangan.  “Kalau untuk masyarakat yang benar-benar miskin gratis,” dalihnya.

Shares: