News

Mayat korban perang saudara di Sudan tak dikebumikan

Mayat korban perang saudara di Sudan tak dikebumikan
Para pengungsi Sudan Selatan akibat konflik di Sudan bersiap untuk meninggalkan pusat penerimaan di Kabupaten Renk, Negara Bagian Upper Nile, Sudan Selatan, pada 29 April 2023. (ANTARA/Xinhua/Denis Elamu/Xinhua)

POPULARITAS.COM – Jasad para korban perang saudara di Sudan tak dikebumikan dengan layak, baik itu warga sipil maupun tentara. Hal itu munculkan kekhawatiran penyakit dan bahaya kesehatan.

Sejumlah saksi mata mengatakan kepada Anadolu, Selasa (15/8), bahwa baik jasad warga sipil maupun tentara tidak dikuburkan di Khartoum akibat perang yang masih berlangsung antara militer Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF).

Alasan lain adalah karena tempat-tempat jenazah yang berserakan itu juga berdekatan dengan lokasi-lokasi pengeboman.

Pembusukan jasad mulai terjadi karena jenazah-jenazah berada di ruang terbuka selama berhari-hari dan warga tidak dapat melaksanakan pemakaman yang layak.

Keadaan tersebut meningkatkan bahaya penyebaran penyakit di negara Afrika utara itu, yang dilanda perang antara dua pasukan sejak April tahun ini.

Komite Pusat Tenaga Kesehatan, organisasi nonpemerintah Sudan, pada Minggu (13/8) mengeluarkan peringatan mengenai risiko lingkungan yang ditimbulkan pembusukan jasad di jalanan akibat perang beserta dampaknya pada kesehatan dan lingkungan.

“Ada permasalahan mempengaruhi kesehatan lingkungan akibat  jenazah-jenazah yang ditinggalkan di tempat semula, terutama sejak beberapa di antaranya mulai memasuki masa pembusukan,” menurut situs Sudan Tribute, yang mengutip Kepala Komite Pusat Tenaga Kesehatan Hiba al-Makki,

Dia mendesak bahwa “situasi ini membutuhkan penanganan sesuai dengan protokol kesehatan masyarakat dalam keadaan darurat.”

Organisasi kemanusiaan berbasis di London, Save the Children International, sebelumnya melaporkan bahwa ribuan jenazah membusuk di jalan-jalan Khartoum akibat kamar mayat tidak mampu mengawetkan jenazah, juga karena dampak daya yang tidak menentu pada sistem pendingin.

Pertempuran intens telah terjadi selama lebih dari 100 hari antara militer dan RSF, khususnya di wilayah strategis di sekitar ibu kota dan bagian barat negara itu.

Selama konflik, yang berlangsung sejak April, lebih dari tiga ribu jiwa tewas. Selain itu, puluhan ribu orang terluka dan  mpat juta orang mengungsi. Sebagian besar kekerasan terjadi di sekitar ibu kota.

Shares: