In-Depth

Mengembangkan madrasah unggul di bekas konflik

Imbas konflik lama menjadikan Aceh Timur salah satu daerah paling tertinggal dengan tingkat kemiskinan tinggi saat itu, masyarakat kehilangan mata pencaharian, aktivitas perkantoran dan administrasi tidak berjalan normal, kondisi itu semakin memperburuk kondisi ekonomi masyarakat.
Siswa-siswi MAN IC foto bersama di depan halaman gedung sekolah. (Ist)

POPULARITAS.COM – Kabupaten Aceh Timur dikenal salah satu daerah ‘Merah’ di Aceh saat konflik GAM versus TNI berlangsung. Hampir seluruh kecamatan di kabupaten di wilayah timur itu berkecamuk hingga status darurat militer dicabut oleh pemerintah pada 19 Mei 2003.

Imbas konflik lama menjadikan Aceh Timur salah satu daerah paling tertinggal dengan tingkat kemiskinan tinggi saat itu, masyarakat kehilangan mata pencaharian, aktivitas perkantoran dan administrasi tidak berjalan normal, kondisi itu semakin memperburuk kondisi ekonomi masyarakat.

Sektor pendidikan juga merasakan masa-masa terburuk, banyak sekolah dibakar, nyawa tenaga pendidik terancam, ratusan sekolah ditutup terutama di kawasan pedalaman.

Tercatat 3.500 guru saat itu mengajar dalam ketakutan dan sebagian besar menjadi korban konflik. 67 unit rumah sekolah dibakar para pihak yang bertikai, menyebabkan ratusan guru tidak bisa mengajar dan ribuan siswa seluruh jenjang tidak dapat mengakses pendidikan layak.

Paska konflik Aceh, mulai tahun 2005, perlahan Aceh Timur mulai berbenah, kehidupan perekonomian masyarakat mulai berdenyut, sekolah sekolah yang hancur diperbaiki dan dibangun kembali oleh pemerintah.

Tidak mudah, perlahan namun pasti, upaya terus dilakukan pemerintah daerah Aceh Timur, provinsi maupun pusat untuk me-recovery daerah tertinggal tersebut agar kembali bangkit dari keterpurukan.

Di bidang pendidikan formal terjadi trobosan besar, satu-persatu sekolah unggul dibentuk, seperti kebijakan Kementerian Agama RI membangun madrasah unggul di Aceh Timur yaitu Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) pada tahun 2013.

Bangunan megah pun didirikan lengkap dengan fasilitas di lahan perbukitan rendah seluas 10 hektare di Gampong Kuta Lawah, Kecamatan Idi Rayeuk yang merupakan lahan hibah Pemerintah Kabupaten Aceh Timur.

Sejak itu pembangun dipacu, hingga tahun 2015 madrasah aliyah tersebut mulai menerima siswa dengan proses seleksi ketat.

Bila diamati seksama, MAN IC Aceh Timur mirip komplek pendidikan lengkap dengan sekolah, asrama, dan perumahan para guru. Bahkan di depan jalur masuk terpampang pamflet di kanan bahu jalan tertulis “Kampus Man Insan Cendekia”

Untuk bisa masuk, tamu, orang tua siswa, atau masyarakat biasa harus melewati pos pengamanan. Bila tidak ada kepentingan mendesak tidak diperkenankan masuk, karena dianggap mengganggu proses belajar mengajar.

MAN IC bisa dikatakan madrasah pelopor peningkatkan mutu pendidikan dengan keunggulan-keunggulan yaitu perpaduan pendidikan agama Islam (PAI), sains dan teknologi.

Saat ini Kemenag RI telah mendirikan 23 MAN IC di seluruh Indonesia sejak tahun 2003.

Madrasah Rasa Pesantren

Saat berkunjung pada Kamis 10 Maret 2022 siang lalu, tim Popularitas.com disambut hangat T. Mustafa, Wakil Madrasah dan Adwansyah Kepala Tata Usaha.

T Mustafa menjelaskan, keunggulan MAN Insan Cedekia dibanding madrasah lain adalah pengembangan kurikulum dan pembelajaran mengacu kepada standar mutu di atas standar pendidikan nasional, berbasis kearifan lokal, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dengan tenaga pendidik berkualifikasi khusus.

Penerimaan siswa MAN IC menggunakan sistem Seleksi Nasional Peserta Didik Baru (SNPDB), proses seleksi ditentukan oleh tim di Kemenag RI. Hanya calon siswa unggul yang lulus dan bisa menjadi siswa didik.

“Keputusan kelulusan ditentukan dengan sistem SNPDB, tidak ada lobi-lobi, tidak bisa dipaksakan lulus, sekalipun itu anak pejabat atau orang berpengaruh. Jadi siswa kita lulus murni karena kemampuannya, bukan dorongan lain,” kata T Mustafa.

Untuk tahun ajaran 2022-2023, MAN IC Aceh Timur hanya menerima kuota 120 siswa baru.Terjadi peningkatan sebanyak 24 siswa, dari kuota tahun sebelumnya hanya berjumlah 96 siswa.

Para peserta didik wajib tinggal di asrama (boarding school) termasuk tenaga pendidik. Mereka diwajibkan berkomunikasi dengan tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Inggris dan Arab. Nyaris mirip pola pendidikan pesantren modern yang saat ini berkembang pesat di Aceh.

Mereka tidak hanya berasal dari Aceh Timur melainkan dari sejumlah kabupaten Kota di Aceh termasuk dari wilayah barat selatan Aceh.

Penuturan kepala madrasah Shulfan, MAN IC Aceh Timur memadukan kurikulum pendidikan nasional dengan Kurikulum Kementerian Agama, seperti Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab dan Hadist sebagai basis pendidikan formal.

Sedangkan diluar itu,seperti malam hari para siswa mendapat pendidikan dengan kurikulum pesantren, plus program bahasa. Siswa juga diberikan program tahfiz bak pondok-pondok pesantren swasta.

“Man IC ini adalah madrasah sains, tapi pondasi agamanya kita perkuat, wajib shalat lima waktu, puasa Senin Kamis, kemudian ada program tahfiz. Siswa minimal menghafal 1 juz pada tahun pertama dan wajib menyetor hafalan 3 juz ditahun ketiga, namun banyak juga mampu sampai 30 juz, alhamdulillah,” ungkap Shulfan.

Kepala MAN IC Aceh Timur, Shulfan.(Popularitas.com/Rizkita).

Kemudian keunggulan program bahasa serta penerapan pendidikan sainsyang kuat menjadikan lulusan MAN IC Aceh Timur mampu tembus ke perguruan tinggi di luar negeri seperti di Mesir, Turki, bahkan ada yang lulus ke Universitas terkenal di Jepang.

Kemudian banyak diterima di perguruan tinggi elit dalam negeri, seperti di Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Universitas Gajah Mada dan banyak universitas terkemuka lain.

“Target kita, siswa wajib melanjutkan ke perguruan tinggi, nasional dan internasional, kita mendorong mereka untuk memilih kampus mana yang tepat, pilihan mereka biasanya ITB, ITS, UGM, UI dan Unsyiah. Memang dari awalnya kita beri mereka dengan pendidikan sain, jadi mereka pasti memilih kampus-kampus besar,” sebut Shulfan.

Terapkan Manajemen Humanis

MAN IC Aceh Timur, salah satu madrasah yang mengedapan nilai-nilai kemanusiaan (Humanis). Tak membebankan biaya pendidikan kepada orang tua siswa, hanya saja dikenakan biaya makan selama tinggal di asrama.

Kemudian ada kebijakan menerima siswa-siswi dari kalangan keluarga tak mampu. Bahkan, menggratiskan seluruh biaya pendidikan, terutama biaya makan bagi mereka.

“Mayoritas siswa-siswi disini dari kalangan mampu, namun kami tetap menerima siswa dari keluarga tak mampu, syaratnya harus lulus tes. Ada siswa yang kita bantu dengan pengurangan beban biaya makan, namun ada juga yang kita gratiskan semuanya,apalagi siswa itu berprestasi,” jelas Shulfan.

Para lulusan dari keluarga kurang mampu juga didorong untuk mendapatkan beasiswa penuh dari kampus-kampus terkenal, bahkan baru-baru ini ada siswi mendapatkan bantuan penuh pendidikan S1 di salah universitas di Semarang, Jawa Tengah.

Selain itu, manajemen madrasah juga menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada siswa-siswi, khususnya bagi siswa tahun ketiga, salah satunya dengan mengikuti program Home Stay. Yaitu menempatkan siswa selama sepakan di daerah pedalaman yang jauh dari kota, seperti di kawasan perkebunan, kampung nelayan atau di wilayah terpinggirkan.

Pendidikan akhir ini diterapkan agar lulusan MAN IC Aceh Timur mampu bersosial dengan masyarakat dan mampu beradaptasi dengan lingkungan yang serba terbatas. Kemudian untuk membentuk karakter lulusan yang memiliki jiwa kepemimpinan yang ideal, yang bisa merasakan kehidupan masyarakat terbawah.

Kata Shulfan, program ini didesain sedemikian rupa, agar siswa dekat dengan orang tua asuh yang memiliki kehidupan sosial yang berbeda dengan mereka di rumah, seperti ke sawah, ke ladang, makan apa adanya dan tidak diistimewakan.

Pola itulah yang membedakan program Home Stay MAN IC Aceh Timur berbeda dengan 22 MAN IC lainnya di seluruh nusantara.

“Iya ini mirip dengan program KKN –nya mahasiswa, tapi banyak bedanya, di program Home Stay, siswa kita tempat di kampung pedalaman, tinggal dengan orang tua asuh dari golongan kurang mampu selama sepekan. Selama disana mereka dibimbing oleh orang tua asuh, makan apa yang dimakan oleh keluarga yang menampung mereka, kalau ada ikan asin ya ikan asin , tidak boleh bawa makanan lain, harapan kita mereka nantinya jadi figur pemimpin yang bisa merasakan kehidupan masyarakat tertinggal,” ucapnya.

Lumbung Siswa Berprestasi

MAN IC Aceh Timur juga terus menggembleng prestasi siswa dalam program Klub Bidang Study (KBS). Program itu tempat berkumpulnya para siswa terpilih, teruji memiliki mentalitas juara, semangat belajar diatas rata-rata dan memiliki daya juang tinggi.

“KBS itu ibarat tim elitnya siswa, walau rata-rata siswa di MAN IC kita ini memiliki kecerdasan tinggi, namun tidak semua memiliki mentalitas juara, semangat dan daya juang tinggi. Jadi mereka yang terpilih kita tempatkan dalam satu klub untuk kita gembleng,” kata Surya Putra, S.PD., GR, guru Bahasa Inggris.

Khusus di bidang bahasa, selama tiga tahun berturut-turut MAN IC Aceh Timur telah mengirim wakilah dalam program Kennedy- Lugar Youth Exchange and Study (YES), yaitu program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat yang difasilitasi oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat melalui kedutaan besar di Jakarta.

Mereka adalah Atikah Nafisah pada program YES 2019, kemudian Mizana Alfira pada tahun 2020, dan Meutia May Oryza pada program YES tahun 2021. Disana mereka digembleng selama satu tahun dan mendapatkan beasiswa penuh dari kedutaan besar Amerika Serikat.

Ada juga siswa berprestasi lain, Izzatul Magfirah lolos dalam program pertukaran pelajar tiga Negara di Asia Tenggara, yaitu Singapura, Malaysia dan Thailand pada tahun 2020.

Sedangkan ditingkat daerah , mereka diikutkan dalam berbagai lomba debat ilmiah, seperti baru-baru ini menjadi peserta even Parade Of Art,Science and Relegion (PASCAL) di Banda Aceh, dan meraih juara dua. Kemudian meraih juara pertama pada even National English Competition di Medan Sumatera Utara, sekaligus meraih the Best Speaker.

Tidak hanya bidang bahasa, para siswa MAN IC Aceh Timur juga mendulang medali dalam ajang olimpiade sains bertajuk Insight History Competition tingkat Nasional yang digelar pada 26 September dan 3 Oktober 2021 dan 3 Oktober 2021 lalu.

Medali perak di Bidang Geografi diraih oleh siswi Annisa Zasarismar dan medali perunggu oleh Meraih Safiqah Rifatul Azra. Kemudian medali perak untuk bidang Matematika diraih siswi Rafani Asiunnikmah Siregar. Medali perak di Bidang Sosiologi diraih Syarifah Ghina.

Kemudian di Bidang Sejarah mendapat perunggu, diraih oleh Salsabila Isra. Sedangkan medali paling banyak diraih di Bidang Ekonomi, yaitu dua medali perak dan lima medali perunggu.

Sedangkan di bidang ekstrakulikuler siswa Muhammad Aidil Fasha lolos ke Jambore Dunia ke XXV yang akan dilaksanakan di Saemangun, Korea Selatan pada 1-12 Agustus 2023. Siswa kelas I Aliyah itu berhasil menggeser 40 peserta lain saat seleksi di tingkat Kwarda Aceh pada awal 2022 lalu.

“Alhamdulillah saya bisa mewakili MAN IC ke Jambore dunia di Korsel, ini pengalaman pertama saya ke luar negeri, sebelum berangkat kita akan berkumpul di Jakarta pada Juli tahun 2023 nanti,” kata Aidil kepada popularitas.com

Dijelaskan, ia salah satu dari 17 anggota Pramuka Aceh yang telah lulus seleksi dan akan bergabung dengan tim dari Pramuka Kwartir Nasional ke Jambore Dunia.

Aidil mengaku suka dengan pola pendidikan yang diterapkan di MAN IC dengan kemampuan siswa diatas rata-rata, membuat remaja asal Idi Rayeuk tersebut terpacu untuk belajar dan berlomba menjadi yang terbaik, apalagi ia sangat senang materi belajar agama seperti study Quran- Hadist.

“Selain di Pramuka, saya juga suka dengan olahraga Panahan, target jadi atlit daerah. Disini semua adalah siswa pilihan, yang lulus di MAN IC adalah siswa terbaik. Senang menjadi bagian dari mereka,” pungkas Aidil.

Kemudian ada Nawa Alia Zahra, siswi kelas II Aliyah yang penuh talenta. Atlit Pora Aceh Timur untuk cabang Badminton, suka seni tarik suara dan saat ini intens mengasah vokal.

“Saya aktif di kepengurusan Organisasi Siswa (OSIM), terlibat diberbagai kegiatan dan baru-baru ini juara dieven Pascal yang digelar di SMAN 10 Fajar Harapan Banda Aceh,” ucap siswi asal Blang Pidie.

Selama menempa pendidikan disitu, Nawa banyak mendapatkan pengalaman baru, hidup mandiri dan mengasah kemampuan untuk bekal melanjutkan jenjang pendidikan ke perkuliahan. Walaupun belum mendapat capaian maksimal, tapi Nawa bertekad memberikan prestasi terbaik dari keluarga dan madrasah tercinta.

Shares: