In-DepthInsfrastruktur

Telan biaya Rp30 miliar, kini jembatan Keumala terancam ambruk

Telan biaya Rp30 miliar, kini jembatan Keumala terancam ambruk
Penampakan abutment tengah jembatan Keumala yang miring. akibat bergesernya pondasi abutmen, kini kontruksi keseluruhan jembatan itu ikut miring. FOTO : popularitas.com/Nurzahri

POPULARITAS.COM – Jembatan Keumala di Gampong Dijiem, Pidie, provinsi Aceh, Kini terancam ambruk. Jalan penghubung dengan bentang 240 meter itu saat ini miring, dan bahkan warga memasang penghalang berupa batang kelapa, agar kenderaan besar tak melintas.

Nyaris ambruknya jembatan Keumala, dikarenakan abutment yang berada ditengahnya alami kemiringan. Hal itu sebabkan kontruksi rangka besi jembatan ikut miring. Kini, kondisinya hanya tinggal menunggu roboh.

Pembangunan jembatan Keumala dilaksanakan beberapa tahapan. Dimulai pada 2012, total anggarannya yang dihabiskan untuk seluruh kontruksinya mencapai Rp30 miliar.

Dari penelusuran yang dilakukan popularitas.com, jembatan itu secara teknis dikerjakan oleh Dinas PUPR Aceh, dengan anggaran awal Rp2,2 miliar. Proyek itu dikerjakan oleh CV Putra Aceh Estetika.

Di tahun 2013, kembali dikucurkan dana Rp15 miliar, dan pekerjaan dilakukan oleh perusahaan PT Yudha Bakti Utama, dengan nilai penawaran berkontrak Rp13,8 miliar.

Kemudian, pada 2014, kembali digelontorkan dana Rp15 miliar, dan pekerjaan dilanjutkan oleh PT Perapen Prima Mandiri dengan nilai penawaran Rp12,97 miliar.

Dari total tahapan kontruksi yang dilakukan sepanjang 2012-2014, biaya pembangunan jembatan itu mencapai Rp30 miliar lebih, dan kini nyaris menjadi besi tua jika roboh.

Banjir dan Penambangan Pasir Ilegal

Menurut Camat Keumala Nurjanah, terdapat dua kemungkinan penyebab miringnya abutment jembatan di Dijie. Ia mengungkapkan, pada Jumat (17/2/2023), debit air sungai naik, dan arus deras menghantam bagian tengah pondasi jembatan tersebut. Namun, hal itu diperparah dengan aksi penambangan ilegal yang dilakukan oleh oknum tak bertanggungjawab.

Kepada popularitas.com, Senin (20/2/2023), Nurjannah menceritakan, sebelum banjir dan naiknya debit air, aksi penambangan pasir ilegal yang jaraknya sangat dekat dari jembatan itu sangat marak dilakukan. 

Jadi, ketika debit air naik dan sungai berarus deras, pondasi tak sanggup lagi menahan limpahan air, sebab itu langsung miring saat dihantam air. Jadi, masalah utamanya itu sebab galian pasir ilegal.

Warga memasang pembatas berupa batang kelapa dan kursi kayu di tengah jembatan, hal tersebut sebagai peringatan agar kenderaan besar tidak melintas di atas jembatan Keumala. FOTO : popularitas.com/Nurzahri

Sebelum penambangan pasir dilakukan, abutment tengah jembatan masih kuat. Apalagi para penambang itu melakukan aksinya hanya sejarak 100 meter dari lokasi jembatan, sambung Nurjannah.

Secara aturan, penambangan pasir hanya boleh dilakukan sejarak 1 KM, dari sisi kiri dan kanan jembatan. Dirinya sendiri, kerap memperingatkan para penambang tersebut, namun tak pernah di gubris.

Dia menuturkan, terdapat dua lokasi penambangan pasir ilegal yang jaraknya hanya 100 meter dari sisi jembatan. Selain dirinya, masyarakat juga kerap peringatkan, tapi sepertinya para oknum itu membandel, dan seolah kebal hukum.

Peringatan Zakaria Saman bagi penambang pasir ilegal

Salah satu tokoh Aceh yang bemukim di Keumala, Zakari Saman sendiri, telah berulang kali peringatkan aksi penambangan pasir ilegal didekat jembatan itu. Namun, peringatan dirinya tak pernah digubris para pelaku.

“Sudah saya ingatkan sama mereka, jangan gali pasir dekat jembatan itu,” kata Apa Karya karib Zakaria Saman di kenal luas masyarakat kepada popularitas.com beberapa waktu lalu.

Menurut mantan Menteri Pertahanan GAM itu, para pelaku penambangan pasir dekat jembatan itu kurang ajar, sebab tidak mau mendengar peringatan orang lain. Karna apa yang mereka lakukan itu berbahaya, bisa sebabkan jembatan rusak dan rubuh.

“Paleh awak nyan kaleuh kupeugah bek kueh diyub jembatan, euntek dimee tutue, han dideunge (kurang ajar orang itu, sudah saya ingatkan jangan digali di bawah jembatan karena akan merusak jembatan, tapi tidak dihiraukan),” ujarnya.

LSM Antikorupsi minta Polisi dan Jaksa usut

LSM antikorupsi Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA) Alfian ikut berkomentar terkait dengan miringnya jembatan Keumala. Karena itu, Ia mendesak aparat keamanan dan penegak hukum, yakni polisi dan jaksa untuk usut persoalan itu.

Menurutnya, penyelidikan sangat penting guna mengetahui masalah dari miringnya jembatan Keumala. Apakah faktornya semata-mata hanya akibat penggalian pasir ilegal, atau mungkin ada kegagalan dalam pekerjaan konstruksinya.

“Kami desak polisi dan jaksa turun tangan menilai kasus ini. Agar perkaranya jernih,” sebutnya.

Untuk identifikasi dan telaah kasus, saran Alfian, polisi dapat mendatangkan tim ahli konstruksi. Hal itu guna mendapatkan data yang akurat, serta informasi yang tepat saat penanganan kasus jembatan miring itu. “Kalau ada pembanding dari ahli, nanti bisa diketahui, apakah ini karna penambangan ilegal, atau gagal konstruksi,” katanya.

Apalagi jika menilai usia jembatan belum genap 10 tahun. Tentu hal ini menjadi dasar penting untuk melakukan penyelidikan, sambungnya. Ia juga memberikan contoh soal rubuhnya bangunan rumah sakit regional di Aceh Tengah beberapa waktu lalu. 

“Kasus rubuhnya rumah sakit di Aceh Tengah, bisa jadi pembanding dan pintu masuk bagi Polri dan Jaksa untuk mengungkap kasus ini,” saran Alfian.

Editor : Hendro Saky

Shares: