Dinas Kebudayaan dan Pariwisata AcehFeature

Mengenal sejarah serambi mekkah lewat Museum Aceh, wisata edukasi di pusat Kota Banda Aceh

Mengenal sejarah serambi mekkah lewat Museum Aceh, wisata edukasi di pusat Kota Banda Aceh

POPULARITAS.COM – Museum Aceh merupakan salah satu objek wisata di Banda Aceh yang punya akan segudang informasi sejarah tentang Tanah Rencong Tempat ini berada di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah, yang masuk dalam kawasan Gampong Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh.

Menuju lokasi ini sangat mudah, sebab posisinya strategis dan terletak di pusat Kota Banda Aceh. Letaknya persis di Kompleks Makam Sultan Iskandar Muda dan hanya terpaut beberapa ratus meter di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. 

Koleksi benda-benda bersejarah Aceh ada di museum yang berusia sekitar satu abad, dan termasuk dalam salah satu museum tertua Indonesia ini.

Tempat ini kerap dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Aceh, khususnya Banda Aceh. Tak sedikit pula pelajar yang melakukan studytour ke sini.

“Kalau dulu biasanya saat lebaran ramai yang datang ke sini dari daerah, sekarang museum ini terlihat semakin bagus, semakin tertata,” ujar salah seorang warga yang berkunjung, Ilyas.

Sejarah Museum Aceh

Melihat website resmi museum.acehprov.go.id, museum ini didirikan pada 31 Juli 1915 dengan nama Atjeh Museum yang dipimpin oleh FW Stammeshous.

Museum itu diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Jenderal Belanda HNA Swart. Awalnya, berdirinya bangunan museum tersebut hanya berupa Rumoh Aceh, yang merupakan rumah adat Aceh.

Pasca kemerdekaan Indonesia, Museum Aceh secara bergantian dikelola oleh Pemerintah Daerah Tk.II Banda Aceh (1945-1969), Badan Pembina Rumpun Iskandar Muda (Baperis) (1970-1975), dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976-2002).

Saat ini, pengelolaannya menjadi kewenangan Pemerintah Aceh. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 10 Tahun 2002 tanggal 2 Februari 2002, status Museum Aceh menjadi UPTD Museum Aceh di bawah Disbudpar Aceh.

Ribuan Koleksi Museum Aceh

Masih menurut laman website resminya, tercatat hingga 2019 museum ini memiliki 5.328 koleksi benda budaya berbagai jenis, serta 12.445 buku berbagai judul yang berisi aneka macam ilmu pengetahuan.

Namun, terbaru disebutkan bahwa jumlah koleksi saat ini sebanyak 6.038 benda bersejarah, dan seiring berjalannya waktu koleksinya terus bertambah.

Anda dapat menemukan koleksi berupa lukisan, alutsista, lempengan emas sebagai alat tukar (mata uang), piring, alat musik, satwa endemik, rempah-rempah Aceh, serta yang lainnya.

Di kompleks Museum Aceh terdapat beberapa bangunan, seperti Rumoh Aceh, Gedung Pameran Tetap, Gedung Pertemuan, Gedung Pameran Temporer, Perpustakaan, Laboratorium, Galeri dan lain-lain.

Salah satu tempat favorit yang dikunjungi adalah Gedung Pameran Tetap. Di gedung ini banyak dipamerkan obsetan satwa endemik Aceh, benda peninggalan Kerajaan Aceh, rempah-rempah, dan lainnya.

“Di sini kita bisa melihat sejarah Aceh, semuanya ada, ini menambah wawasan kita terhadap Aceh dan segala sejarahnya, apalagi saya suka sejarah” ucap Guntur, salah satu wisatawan asal Jawa.

Pada Juli 2024 lalu, UPTD Museum Aceh juga pernah memamerkan koleksi kain tradisional (wastra) dunia hingga ke Aceh sebagai bentuk pelestarian kebudayaan.

Pameran itu berlangsung di Gedung Temporer, dengan menampilkan 58 koleksi wastra. Wastra di Aceh ada sejak abad ke-16 dan kualitasnya saat itu mampu mengalahkan sutra India dan Tiongkok. “Waktu itu wastra sebagai diplomasi budaya antara Aceh, India, dan Cina. Selain itu nilai tukar wastra Aceh lebih tinggi dibandingkan Cina sehingga menjadi sebuah kebanggaan,” ujar Kadisbudpar Aceh, Almuniza Kamal.

Selain itu, sambung Almuniza, pada Abad ke- 18, wanita di Aceh telah menggunakan wastra sebagai penutup kepala (tutup ulei) yang disebut sebagai kain 12 hah.

Kain tersebut menjadi ciri khas karena terdapat motif tentang kalimat Allah yang ditunjukkan dari dulu orang Aceh sudah sangat menjaga auratnya. “Mudah-mudahan pameran ini menjadi stimulus awal bagi masyarakat yang melindungi dunia tekstil model ataupun tentang wastra untuk mengembalikan masa kejayaan Aceh,” sebutnya.

Sementara, Dosen Prodi PKK (Tata Busana), FKIP Universitas Syiah Kuala, Novita menyebutkan, wastra merupakan nama lain dari kain tradisional khas Indonesia.

Sebutan wastra berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya kain. Jenis wastra Indonesia di antaranya adalah kain tenun songket Aceh yang merupakan warisan leluhur masyarakat Aceh.

“Pada masa Kesultanan Aceh Darussalam raja mewajibkan bagi wanita Aceh untuk mengajar dan belajar membuat tenun. Terutama keahlian dalam mengoleksi kain sutera, menjahit, menyulam dan mengukir bunga-bunga pada kain, pakaian dan barang lainnya,” ungkapnya.

Dalam adat Aceh dahulu, gadis-gadis yang tak mahir memberi nasihat sangat dicela dalam masyarakat dan dianggap sebagai perempuan yang tak cakap dalam kehidupan. Motif wastra Aceh pun kebanyakan terinspirasi dari tumbuhan, benda, alam, hewan, serta makanan. “Hal ini tercermin dalam hadih maja (peribahasa Aceh): ‘Tayue peu-ek ie beukah tayeuen, tayue pok teupeun keundo asoe’ (disuruh mengangkat air pecah tempayan, disuruh memuat kendur kainnya),” sebut dia.

Harga Tiket Museum Aceh dan Jam Kunjungan

Bagi pengunjung yang ingin datang dan melancong ke sini, wajib membayar tiket masuk dengan harga yang bervariasi.

Untuk wisatawan asing harus membayar tiket seharga Rp 15.000, sementara untuk wisatawan lokal dewasa seharga Rp 5.000 dan anak-anak seharga Rp 3.000.

Sedangkan untuk jam operasional museum, anda bisa berkunjung setiap hari pukul, mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.15 WIB, di mana tempat ini hanya tutup pada hari Jumat.

Diketahui, pada 2023 lalu kunjungan wisatawan ke Museum Aceh sangat meningkat drastis, khususnya dari mancanegara, yang mencapai 7.242 orang.

Kadisbudpar Aceh Almuniza mengatakan, peningkatan jumlah ini merupakan hasil dari upaya edukasi, promosi dan inovasi yang dilakukan UPTD Museum Aceh sendiri. “Hal ini menunjukkan Museum Aceh telah menarik perhatian wisatawan mancanegara maupun nusantara dengan berbagai pameran dan program-program edukatif yang menarik,” ungkapnya.

Shares: