POPULARITAS.COM – SEPERTI lima hari sebelumnya, Selasa 11 Februari 2025, azan subuh yang dikumandangan tepat pukul 04.30 waktu Madinah, terdengar jelas di kamar tempat kami menginap di kota tersebut.
Bersama istri, bergegas turun lewat lift Ar Ek Taibah, nama hotel tempat kami menginap di Kota Madinah. Sesaat melirik ponsel, temperatur 12 derajat celcius. Tak begitu dingin, gumamku dalam hati.
Ar ek Taibah Hotel, tempat kami berteduh selama Madinah yang disiapkan Saba Travel, sejarak 700 meter dari gerbang 322. Lokasinya sebelah utara Masjid Nabawi.
Dari tempat kami menginap tersebut, persis di depan hotel terdapat hamparan luas tanah kosong yang dijadikan tambahan shaft sholat. Di lokasi ini, setiap harinya petugas kebersihan Masjid Nabawi memasang ambal tebal bercorak dominan hijau. Beberapa jamaah yang telat masuk masjid atau jika telah penuh, memilih tempat tersebut untuk sholat.
Kami melewati lapangan itu, memasuki gerbang 322. Istriku mengambil jalan lurus menuju pintu 13 Masjid Nabawi. Di masjid ini, terdapat pemisahan yang tegas antara jamaah lelaki dan perempuan. Bahkan, terdapat pintu-pintu khusus yang hanya diperuntukkan bagi kaum hawa.
Pagi itu, seperti hari-hari sebelumnya. Cuaca di Kota Madinah sangat dingin. Usai sholat dua rakaat, ingin rasanya berlama-lama di dalam Masjid Nabawi, sebab ini adalah waktu terakhir berada di tempat ini.
Penulis dan 63 jamaah umroh Saba Travel, sejak 6 Februari 2025 berada di Madinah. Persis lima hari sebelumnya bergerak ke kota itu, hari-hari kami habiskan di Mekkah. Semua disibukkan dengan aktivitas ibadah. Rasanya waktu bergerak cepat. Sungguh rugi rasanya menyianyiakan waktu di tanah haram, sebab, kata Ustadz Azhari, pembimbing jamaah umroh, salah satu kelebihan sholat di Masjidil Haram, Allah lipatgandakan 100 ribu kali dibandingkan ditempat lainnya.
“Ya begitulah, hal itu termuat dalam hadis tentang keutamaan sholat di Masjidil Haram 100 ribu kali pahalanya,” kata Ustadz Azhari kala itu.
Waktu terus berjalan, berada di Mekkah selama lima malam berlalu dengan cepat. Hanya ada satu waktu di kota kelahiran nabi Muhammad itu bagi jamaah umroh, yakni, menunggu waktu sholat.
Subuh berlalu, kembali ke hotel untul sarapan, istirahat sejenak, balik lagi ke Masjidil Haram untuk sholat dhuha sembari menunggu zuhur. Usai zuhur, bergerak makan siang. Beberapa saat rebahan di kamar, sudah harus kembali menunggu sholat ashar.
Ashar berlalu, pulang ke hotel, mandi dan langsung persiapan sholat magrib hingga isya. Setelah sholat isya, istirahat penuh, dan balik lagi ke masjid pukul 04.00 waktu mekkah. Di Masjidil Haram, azan dua kali, pertama jam 04.30 dan yang kedua jam 05.30.
Kembali ke Kota Madinah. Usai sholat, penulis langsung bergerak ke tikum, singkatan titik kumpul yang telah kami sepakati. Tumpah ruah jamaah sholat subuh membuat langkah sedikit tertahan. Sejenak aku menoleh ke langit, payung Masjid Madinah belum dikembangkan.
Larik berkas cahaya putih dan semburat awan memendarkan cahaya ungu, mungkin lebih tepat warnanya seperti violet. Ya Allah, atas nama keagunganMu, ini sangat indah, gumamku.
Aku terpaku sejenak dalam desakan keramaian para jamaah yang hendak pulang. Mataku terus memandang lurus ke langit, ya Allah, aku rindu kota ini.
Madinah, salah satu provinsi di Kerajaan Arab Saudi. Di kota ini berdiri Masjid Nabawi, bangunan rumah ibadah yang dibangun nabi Muhammad. Ditempat ini juga, rasul dimakamkan.
Kota ini sangat rapi dan teratur dengan indah. Bangunan-bangunan yang berdekatan dengan Masjid Nabawi, tingginya hampir serupa. Rerata tak lebih tinggi dari 15-25 meter menjulang.
Sekeliling Masjid Nabawi, nyaris tidak ditemukan bangunan yang lebih tinggi dari menara masjid. Jalan-jalan di kota ini, dinamai sahabat-sahabat rasul. Salah satunya, Mus’ab bin Umair street.
Menyusuri jalan-jalan di Kota Madinah, jarang sekali ditemukan para membunyikan klakson mobil ataupun kenderaan lainnya. Begitu tenang, damai dan harmoni.
Dari kejauhan, aku melihat istriku telah menunggu di tikum yang kami sepakati. Kepadanya kukatakan, lihatlah langit diatas Masjid Nabawi, ada kerinduan untuk kembali ke kota ini. Aamin, jawabnya.