HeadlineNews

Pejabat China Akhirnya Akui Sistem Kesehatannya Lemah

Setiap Gampong di Banda Aceh Akan Rapid Test Setiap Tamu dari Luar
Ilustrasi, Pengunjung yang sedang nongkrong di warkop menjalani rapid test corona di Banda Aceh. Foto by Gade Ridwan

BANDA ACEH (popularitas.com) – Terjangkitnya Virus Corona telah membuat dunia kalang kabut. Terlebih penyebarannya cukup cepat dan dapat tertular antar manusia yang saling berinteraksi dekat.

Virus pertama kalinya ditemukan di Wuhan dan kota-kota lain di China telah membuat dunia gempar akhir Desember 2019 lalu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lalu mengeluarkan kebijakan virus corona menjadi pandemi global.

Meskipun pemerintah China setelah penyebaran begitu cepat virus corona. Lalu mereka menerapkan kebijakan lockdown untuk menghambat penyebaran Covid-19.

Semua warganya diminta untuk berdiam diri di rumah. Tidak diperkenankan beraktivitas di tempat umum. Kalaupun harus berbelanja, petugas keamanan akan mengawal ketat.

Perbatasan juga dijaga ketat. Trasportasi publik dihentikan total. Tidak boleh ada lalu-lalang keluar masuk satu kota dengan kota lainnya. Aparat keamanan disiagakan selama 24 jam untuk antisipasi ada pergerakan orang.

Namun sayangnya, virus corona sudah terlebih dahulu menyebar ke seluruh dunia. Hingga hari ini, Minggu (10/5/2020), sudah hampir 5 bulan namanya virus corona menginfeksi banyak orang di seluruh dunia.

Tercatat ada 4.101.772 orang di seluruh dunia yang dikonfirmasi positif virus corona. Ada 289.443 kasus kematian dan 1.441.791 orang lainnya dinyatakan sembuh.

Apalagi belum ada vaksin untuk pengobatan pasien virus corona, telah membuat penyebarannya pun nyaris tak terkendali.

Kendati China berhasil keluar dari 10 besar negara dengan kasus virus corona terbanyak di dunia dan memberikan pertolongan ke negara lain, namun sebagai negara awal mula ditemukan virus corona, dunia tidak akan lupa dengan apa yang telah dilakukan China.

Setelah 5 bulan Covid-19 do China berlalu. Wuhan asal mulanya terjangkit virus corona sudah tidak lagi lockdown. Warga sudah bisa beraktivitas normal seperti sediakala.

Baru kemudian pemerintah China akhirnya mengakui ada kelemahan pada sistem kesehatan mereka saat menghadapi wabah tersebut.

Dilansir dari BBC.com pada Minggu (10/5/2020), pengakuan yang jarang terjadi ini disampaikan oleh Direktur Komisi Kesehatan Nasional China Li Bin.

Pengakuan ini muncul setelah kritik berkelanjutan dari berbagai negara atas virus corona dan tanggapan pemerintah China sendiri.

Li Bin mengatakan pandemi virus corona juga merupakan tantangan yang signifikan berat bagi Pemerintahan China.

Apalagi negara ini yang pertama kali menemukan virus ini.

Menurutnya, negara China sekarang sedang meningkatkan pencegahan penyakitnya, sistem kesehatan masyarakat dan pengumpulan data.

Alasannya karena dia mengakui bahwa saat pandemi ini pecah di China, cara mereka mengatasinya sangat ‘lemah’.

Artinya tuduhan yang selama ini diberikan pemerintah negara lain benar.

Di mana China dituduh terlalu lambat merespon tanda-tanda awal penyebaran virus ini di Wuhan, tempat wabah dimulai.

Serta mereka juga gagal untuk segera memperingkatkan komunitas internasional tentang wabah tersebut. Khususnya kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

China juga menolak seruan untuk penyelidikan internasional independen tentang asal-usul virus itu.

Contoh, pada bulan April ada sebuah laporan Uni Eropa yang menuduh China menyebarkan informasi yang salah soal pandemi ini.

Seorang dokter sudah mencoba untuk memperingatkan pihak berwenang tentang virus pada bulan Desember 2019 lalu. Tapi malah diminta berhenti

Dokter tersebut adalah dokter Li Wenliang, yang kemudian meninggal dunia karena Covid-19 di rumah sakit di Wuhan.

Yang membuat dunia semakin berang adalah fakta sedikitnya jumlah kasus kematian di China dibandingkan negara lain.

Walau menjadi negara awal pandemi virus corona, nyatanya hanya ada 84.000 lebih kasus virus corona di China dengan 4.637 kasus kematian, menurut penghitungan oleh Universitas Johns Hopkins.

Berbanding terbalik dengan jumlah global yang lebih dari 275.000 lebih kasus kematian dan lebih dari 4 juta lainnya positif virus corona.

China juga menolak seruan untuk penyelidikan internasional independen tentang asal-usul virus itu.

Contoh, pada bulan April ada sebuah laporan Uni Eropa yang menuduh China menyebarkan informasi yang salah soal pandemi ini.

Dan seorang dokter sudah mencoba untuk memperingatkan pihak berwenang tentang virus pada bulan Desember 2019 lalu. Tapi malah diminta berhenti

Dokter tersebut adalah dokter Li Wenliang, yang kemudian meninggal dunia karena Covid-19 di rumah sakit di Wuhan.

Yang membuat dunia semakin berang adalah fakta sedikitnya jumlah kasus kematian di China dibandingkan negara lain.

Walau menjadi negara awal pandemi virus corona, nyatanya hanya ada 84.000 lebih kasus virus corona di China dengan 4.637 kasus kematian, menurut penghitungan oleh Universitas Johns Hopkins.

Berbanding terbalik dengan jumlah global yang lebih dari 275.000 lebih kasus kematian dan lebih dari 4 juta lainnya positif virus corona.

Oleh karenanya, dengan pengakuan Li Bin yang mengakui ada kesalahan dan kelemahan dalam sistem kesehatan di China, maka mereka kini tengah berusaha memperbaikinya.

Mereka ingin memusatkan sistem, memanfaatkan data besar dan kecerdasan buatan dengan lebih baik.

Walau sudah memecat beberapa pejabat provinsi dan lokal dari Partai Komunis yang berkuasa, tetapi tidak ada anggota senior Partai yang dihukum.[acl]

Sumber: intisari.grid.id/

Shares: