POPULARITAS.COM – Generasi emas merupakan generasi di mana sumber daya manusianya memiliki kemampuan yang mumpuni dengan intelektual dan karakternya yang hebat.
Di Indonesia, generasi emas sudah dimulai sejak 2012. Bukan tanpa alasan, ini dimulai karena Indonesia sejak 2012 sampai pada 2035, sudah memasuki masa bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktifnya sedang berada di puncak-puncaknya.
Oleh karena itu, negara mulai gencar-gencarnya dalam menanamkan pendidikan yang ada untuk memaksimalkan masa bonus demografi ini dengan peningkatan sumber daya manusia yang didahulukan.
Demi menuju generasi emas di Indonesia, tidak hanya dilakukan dengan peningkatan sumber daya manusia melalui pelajaran umum, akan tetapi juga dengan karakter diri.
Sesuai misi Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan generasi emas pada tahun 2045 mendatang, keluarga terkhusus para orang tua, memiliki peran penting dalam mendidik anak-anaknya.
Peran yang dimaksud di antaranya, seperti orang tua yang merupakan sosok terdekat bagi anak harus menjadi teladan, sehingga nantinya si anak tersebut akan meniru perilaku orang tuanya.
Selain itu, orang tua juga harus memberikan motivasi kepada anak agar memiliki niatan belajar yang tinggi, serta menjadi fasilitator, di mana orang tua dapat menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung anak berprestasi.
Peran orang tua dalam menjadi sumber ilmu dan pengetahuan bagi anak juga penting, yang juga sekaligus disertai dengan penanaman nilai-nilai kebaikan pada anak agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Tak hanya itu, orang tua harus dapat membangun hubungan kuat dengan anak melalui komunikasi terbuka, dukungan emosional dan pendekatan positif, termasuk membiasakan karakter yang baik pada anak melalui pembiasan, bukan hanya memberikan pelajaran semata.
Menurut seorang dosen sekaligus penulis jurnal, Regina Ade Darman, untuk mempersiapkan generasi emas Indonesia 2045, juga tak kalah penting bagi dunia pendidikan melakukan perubahan pola pikir.
Pendidikan tidak sekadar dimaknai dengan transfer akademik (keilmuan) saja, melainkan dilengkapi dengan karakter. Pendidikan karakter tidak hanya dilakukan ketika di sekolah, namun juga saat di rumah.
“Saat sedang di rumah sendiri, peran orang tua bagi anak sangat penting, karena kebanyakan waktu luang seorang anak adalah saat ia sedang di rumah, sehingga orang tua punya waktu yang banyak untuk mengajarkan anak untuk menjadi karakter yang hebat,” katanya.
Sementara itu, hal senada juga disampaikan oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Aceh, Mutia Juliana melalui Kepala Bidang (Kabid) Perlindungan Perempuan dan Anak, Tiara Sutari.
Tiara mengatakan, anak merupakan penerus bangsa. Pendidikan pertama si anak pun berasal dari keluarga. Oleh karena itulah, para orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter anaknya.
Selain itu, kata Tiara, orang tua juga harus menjadi role model bagi anak-anaknya, sehingga menjadi contoh bagi si anak untuk berprilaku dalam kehidupan sehari-harinya. Karena itulah, peran orang tua bagi pertumbuhan kembang anak juga sangatlah penting. “Orang tua pertama sekali harus bisa memastikan pemenuhan hak dasar anak, yaitu hak untuk hidup, hak tumbuh kembang, hak berpartisipasi, dan memberikan perlindungan pada anak,” ucapnya kepada popularitas.com.
Selain itu, ungkap Tiara lagi, keluarga pun memiliki peran sentral sebagai benteng utama dalam melindungi anggota keluarganya dari ancaman tindak kekerasan apapun.
“Membangun keluarga yang harmonis menjadi fondasi yang kuat agar terbentuk pribadi tangguh, untuk menghindari terjadinya kekerasan. Keluarga adalah lembaga terkecil dalam masyarakat yang seharusnya aman bagi setiap anggota keluarganya,” pungkasnya.
Beberapa waktu lalu, Muhadjir Effendy saat masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) menyebut, sebagai penerus masa depan bangsa, para pemuda harus memiliki lima life skill penting untuk mencapai generasi Indonesia Emas 2045.
Kelima life skill yang dimaksud dirumuskan dalam 5C, yakni critical thinking, creativity and inovation, communication skill, collaboration dan confidence. Generasi penerus bangsa ini, kata dia, harus menguasasi semua keterampilan hidup ini agar mampu besikap dan bertindak dengan baik dalam menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan baru.
Terpisah, Zainut Tauhid Saadi saat masih menjabat sebagai Wakil Menteri Agama pernah menyatakan bahwa kualitas pendidikan juga menjadi kunci dalam melahirkan generasi emas Indonesia di tahun 2045.
Menurut dia, kompetisi antar bangsa ke depan akan semakin ketat. Bangsa yang berdaya saing tinggi berpeluang memenangkan persaingan. Sebaliknya, daya saing terbatas atau rendah, menyebabkan bangsa tersebut tertinggal di belakang. karna itu, perlu bagi generasi saat ini, untuk menyiapkan anak-anak sedari dini guna siapkan sebagai generasi emas dan tangguh dimasa depan, demikian Tiara. (*)