News

BPS: Generasi muda Aceh mulai tinggalkan gunakan bahasa daerah

BPS: Penggunaan bahasa daerah Aceh mulai ditinggalkan generasi muda BPS: Penggunaan bahasa daerah Aceh mulai ditinggalkan generasi muda
3.518 peserta SBMPTN lulus di USK
Ilustrasi, generasi muda saat mendaftar sebagai calon mahasiswa di salah satu universitas di Banda Aceh, Jumat (14/1/2022). Foto: Humas USK

POPULARITAS.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh menyatakan bahwa penggunaan bahasa daerah Aceh berkurang di kalangan post gen Z yang lahir 2013 ke atas dibandingkan generasi pre boomer (sebelum 1945).

Hal tersebut dirilis berdasarkan laporan long form sensus penduduk tahun 2020. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa penggunaan bahasa daerah oleh post gen Z (2-9 tahun) kini hanya tinggal sebesar 64,36 persen.

“Angka tersebut jauh berkurang dibandingkan generasi pre boomer (di atas 75 tahun) yang jumlahnya mencapai 89,93 persen,” kata Dadan, dikutip dari laman Antara, Sabtu (4/2/2023).

Dadan menyampaikan, penggunaan bahasa secara berangsur-angsur menurun pada generasi selanjutnya, misalnya pre boomer (mulai usia 77 tahun) sebesar 89,93 persen, lalu pada baby boomer (58-76 tahun) sebesar 85,72.

Kata Dadan, angkanya terus menurun pada generasi gen X (42-57 tahun) sebesar 82,27 persen, millenial (26-41 tahun) 79,76, gen Z (10-25 tahun) sebesar 74,77 persen, dan generasi paling muda post gen Z (2-9 tahun) jumlahnya turun lagi menjadi 64,36 persen.

“Penggunaan bahasa daerah baik di keluarga maupun di tetangga atau kerabat menunjukkan persentase yang semakin menurun,” ujar Dadan.

Sementara itu, Pamong Budaya Ahli Muda Balai Pelestarian Wilayah I Provinsi Aceh Essi Hermaliza, mengatakan bahwa degradasi penggunaan bahasa daerah tidak hanya terjadi di Aceh, tetapi juga hampir terjadi di seluruh dunia.

“Menurut data UNESCO saja, 50 persen dari 6.000 bahasa di dunia terancam punah, 527 atau 17,6 persen dari bahasa yang dimaksud ada di Asia Tenggara,” katanya.

Sedangkan di Indonesia, kata dia, berdasarkan hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atau sekarang yang sudah berganti nama Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) terdapat 169 dari 746 bahasa daerah yang ada di Indonesia terancam punah. Dengan jumlah penutur kurang dari 500 orang.

Selain itu, kata Essi, ancaman kepunahan juga terjadi pada bahasa Aceh karena kebiasaan baru masyarakat yang memperkenalkan Bahasa Indonesia sejak lahir sebagai bahasa ibu atau mother tongue.

“Ini kajian mahasiswa pascasarjana perguruan tinggi di Aceh tahun 2019 menunjukkan degradasi penggunaan bahasa daerah yang signifikan,” ujarnya.

Menurutnya, terkait persoalan itu perlu ditanamkan kembali rasa bangga menggunakan bahasa lokal melalui serangkaian langkah inovatif. Bila perlu, adanya sebuah aturan penggunaan bahasa daerah oleh Pemerintah Aceh.

“Diinternalisasikan lagi agar benar-benar menyentuh ke generasi muda yang pengaruh budaya asing lebih tinggi lagi dibanding generasi lebih tua,” katanya.

Essi menambahkan, pihaknya juga telah mengusulkan bahasa daerah di provinsi Aceh ini menjadi sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia untuk melindungi, mengembangkan dan dimanfaatkan sebagai objek pemajuan kebudayaan.

“Dengan harapan kelak akan ada langkah nyata untuk pelestariannya (bahasa daerah),” demikian Essi Hermaliza.

Shares: