FeatureNews

Cilet Coklat, Juaranya Coklat Aceh

Bagi warga Banda Aceh, dan beberapa kota lainnya, tidak begitu sulit mendapati produk Cilet Coklat. Ya, hampir di semua toko souvenir, dan sejumlah warung jenis jajanan berbahan baku coklat itu mudah ditemui.
Ragam jenis coklat produksi Cilet Coklat

POPULARITAS.COM – Bagi warga Banda Aceh, dan beberapa kota lainnya, tidak begitu sulit mendapati produk Cilet Coklat. Ya, hampir di semua toko souvenir, dan sejumlah warung jenis jajanan berbahan baku coklat itu mudah ditemui.

Ditangan Didi Supardi, Cilet Coklat terus berkembang, dan kini telah ekspansi ke pasar nasional, dan internasional. Bahkan, lewat dirinya, berbagai varian telah dikembangkan, dan saat ini setidaknya terdapat 30 jenis varian.

“Tahun ini saja kita luncurkan produk baru, karah coklat, milk mini, dan tiramisu,” terang Didi Supriadi kepada popularitas.com, Selasa (22/11/2022).

Jadi, sambungnya lagi, ekspasi Cilet Coklat tidak hanya pada distribusi dan perluasan pasar. Namun sisi produk dengan memperbanyak varian, merupakan ekspansi guna memenuhi kebutuhan dan selera konsumen yang terus berkembang.

Di Outlet Cilet Coklat milik Didi Supardi yang berada di depan Hotel Ayani Peunayong, tumpukan batang coklat terlihat rapi, warna-warni dan desain bungkus coklat produknya itu terlihat beragam. 

Nah, untuk coklat batangan, ide bungkusnya memang kita padukan dengan seni tradisional khas Aceh, seperti tari, dan lainnya. Hal itu juga sebagai penanda bahwa Cilet Coklat itu produksi dari sini.

Didi Supardi kembali melanjutkan, saat ini, outlet resmi Cilet Coklat hanya tersedia satu tempat, dan dirinya fokus pada target penjulan digital, dan menggunakan marketplace yang tersedia. “Dulu kita ada tiga outlet, tapi saat ini, fokus pada pemasaran online, dan membangun kemitraan dengan toko souvenir dan pihak lainnya,” ujar Didi.

Dengan mengubah konsep penjualan, kini Cilet Coklat secara serius menekuni metode pemasaran digital. Untuk itu, Didi memanfaatkan berbagai platform digital dalam memasarkan produknya, seperti Facebook, Instagram, TikTok, Shoope, dan WhatsApp.

Melalui platform digital itu, terang Didi, pembelian Cilet Coklat dapat dilakukan melalui Shoopee @ciletcoklat, Instagram @ciletcoklat, Tiktok @ciletcoklat, dan WhatsApp +62 813-6007-6077.

Sedangkan melalui offline, kata Didi, pembeli dapat datang langsung ke outlet resmi  yang beralamat di depan Hotel Ayani, Jl. Jenderal Ahmad Yani, Peunayong, Kec. Kuta Alam, Kota Banda Aceh. “Jadi kalau yang di Banda Aceh bisa langsung ke outline resmi, ada beragam jenis produk yang tersedia di sana,” ucap Didi.

Didi menyampaikan, Cilet Coklat hadir dengan konsep memperkenalkan Aceh lewat cover coklat. Produk ini juga muncul dengan memperkenalkan budaya, tarian, wisata, dan lain-lain melalui kuliner. “Cilet Coklat memiliki tagline juaranya cokelat Aceh, kita ingin mempromosikan Aceh ini ke dunia luar melalui kuliner atau makanan, tepatnya Cilet Coklat,” kata Didi.

Didi menjelaskan, selain melalui online dan outlite resmi, juga bisa didapatkan di semua toko souvenir di Banda Aceh dan sejumlah swalayan di beberapa kabupaten/kota di Aceh. “Cilet Coklat juga bisa kita dapatkan di swalayan-swalayan sebagian Aceh. Penjualan seluruh Indonesia melalui mesia online instagram dan WhatsApp dan platform digital lainnya,” tutur Didi.

Saat pandemi Covid-19, kata Didi, Cilet Coklat menjadi salah satu UMKM yang terdampak virus tersebut, hingga menyebabkan turunnya angka penjualan.

Dalam mengatasi persoalan itu, pengusaha Cilet Coklat melakukan inovasi pada produk untuk menciptakan penghasilan cepat. Di antaranya, menciptakan bubuk menjadi minuman siap saji, mengolah makanan khas Aceh jadi cemilan seperti coklat, dan lain-lain.

“Selama pandemi kami banyak berinovasi produk, untuk menciptakan pengahsilan cepat. Alhamdulillah kami tetap bertahan di tengah pandemi,” katanya.

Didi mengaku penjualan Cilet Coklat laris manis di pasaran. Namun, Didi tak mau membeberkan omzet yang didapatkan dari penjualan tersebut, baik melalui offline maupun online. “Omzet sementara cukup lah untuk operasional,” pungkas Didi.

Dalam kesempatan itu, Didi juga mengungkapkan bahwa pentingnya pelaku IKM bermitra dengan pemerintah. Karena menurutnya, pemerintah memiliki jaringan luas, sehingga bisa membangun konektivitas antara pelaku IKM dengan calon pembeli (buyer).

 

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Aceh adalah salah satu instansi pemerintah yang selama ini bermitra dengan Cilet Coklat.

Didi mengaku usahanya banyak dilibatkan di berbagai pameran lokal, nasional maupun internasional. Di samping itu, usahanya juga dilibatkan dalam pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas tersebut.

”Banyak sekali hal-hal positif yang kami IKM dapatkan, semoga Disperindag Aceh semakin berjaya dan program-program kerjanya makin lebih baik, tetap jadi pembina yang baik,” kata Didi. 

Sebelumnya, Kepala Disperindag, Mohd Tanwier mengatakan, pihaknya terus menyokong agar industri kecil dan menengah (IKM) di Bumi Serambi Makkah tak menyerah di tengah pandemi Covid-19. IKM harus tetap aktif meski perlahan.

“IKM ini tidak boleh menyerah, harus tetap maju, bersama-sama walaupun tertatih-tatih, tetapi kita harus tetap berjuang. Pandemi ini tidak akan selamanya, tentunya ini akan berakhir, kita harus kuat untuk itu,” kata dia.

Tanwier menyebutkan, supaya IKM tetap eksis di tengah pandemi, pihaknya telah berusaha dengan meluncurkan sejumlah program, salah satunya program pojok kreatif.

Ia menjelaskan, pada program ini, pelaku IKM bisa meletakkan barang atau produknya untuk dijual di cafe-cafe atau tempat-tempat keramaian. “Kita dari Dinas Perindustrian sudah berusaha, salah satunya dengan program itu,” kata Tanwier.

Shares: