SABTU, 15 Agustus 2020, merupakan salah satu momentum bersejarah yang penting bagi Aceh. Mengulang sejarah, 15 tahun yang silam, pada tanggal yang sama, Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), menandatangani satu perjanjian damai, yang dikenal sebagai Memorandum of Understading (MoU) Helsinki.
Kesepakatan damai tersebut, menandai babak baru perjalanan provinsi ujung pulau Sumatera ini, yang sempat porak poranda akibat kecamuk konflik dan perang berkepanjangan. Tidak kurang 32 tahun, pelbagai prahara sebagai dampak kemelut bersenjata mewarnai kisah daerah ini.
Menapaki 15 tahun usia perdamaian Aceh, banyak kemajuan yang dicapai, berbagai kekurangan sudah pasti ada, dan untuk itulah, keberlangsungan damai ini menjadi kunci penting untuk merajut berbagai persoalan yang belum tuntas.
Kapolda Aceh, Irjen Pol Wahyu Widada, M. Phil, menyambut 15 tahun Damai Aceh, kepada media ini, Jumat, 15 Agustus 2020, mengajak semua elemen rakyat daerah ini, untuk terus senantiasa memelihara dan menjaga perdamaian. Sebab, kata jenderal bintang dua tersebut, mewujudkan kesejahtaraan masyarakat akan dapat dicapai dengan kedamaian yang abadi.
Perdamaian Aceh yang telah berjalan 15 tahun ini, harus dirawat, dan itu tugas seluruh komponen rakyat, tambahnya. Damai adalah kunci mensejaterakan rakyat, dan rakyat dapat hidup sejahtera jika kepastian damai senantiasa tercipta.
Waktu 15 tahun perdamaian Aceh saat ini, merupakan jalan yang baik untuk menjamin keberlangsungan pembangunan disemua sektor dan lini kehidupan, paparnya. Dan tugas kita semua hari ini adalah, mengisi damai ini dengan kinerja dan membangun SDM yang unggul menuju Aceh yang maju dan makmur, tegasnya. (sky)