FeatureNews

Surita Bordir IKM Aceh yang rambah pasar internasional 

Hadir sejak tahun 2008, Surita Bordir kini menjadi salah satu usaha bordir yang terkenal di Provinsi Aceh. Produk-produk yang dihasilkan Surita Bordir sudah merambah ke tingkat nasional, hingga internasional.
Produk Surita Bordir. Foto: Instagram/@surita_surita5
Owner Surita Bordir, Surita saat ditemui di salah satu hotel di Kota Banda Aceh, beberapa waktu lalu. Foto: Muhammad Fadhil/popularitas.com

POPULARITAS.COM – Hadir sejak tahun 2008, Surita Bordir kini menjadi salah satu usaha bordir yang terkenal di Provinsi Aceh. Produk-produk yang dihasilkan Surita Bordir sudah merambah ke tingkat nasional, hingga internasional.

Owner Surita Bordir, Surita, mendirikan gerai usahanya di gedung Dekranasda Aceh Besar yang berada di Jalan Bandara Sultan Iskandar Muda, Gani, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar.

Di dalam gerai tersebut, beragam produk seperti pakaian, baju, tas hingga mukena bordir terpajang rapi. Produk-produk yang dihasilkan Surita Bordir memiliki beragam motif dan mengusung nilai-nilai keacehan, sehingga sangat cocok dijadikan sebagai suvenir bagi wisatawan yang datang ke ujung barat Sumtara itu.

“Usaha kita lebih ke bordir-bordir khas Aceh, sehingga otomatis ini menjadi buruan para ibu-ibu pejabat dan wisatawan,” kata Surita saat ditemui di salah satu hotel di Kota Banda Aceh, beberapa waktu lalu.

Hari itu, selama seharian, Surita disibukkan mengikuti sebuah kegiatan tentang kebusanaan dan para pesertanya merupakan pelaku UMKM di Aceh, termasuk Surita Bordir.

Saat ditemui popularitas.com di sela-sela kegiatan tersebut, Surita menceritakan sekilas tentang usahanya, sejak dirintis pada 2008 lalu hingga sekarang ini.

Surita memang sudah menjadi perajin bordir sejak tahun 1991. Saat itu, Surita bekerja di tempat orang lain. Kemahirannya sebagai perajin bordir pada dasarnya diwarisi oleh orang tuanya.

Setelah bertahun-tahun bekerja di tempat orang lain, Surita akhirnya membangun usahanya sendiri pada tahun 2008 dengan nama brand “Surita Bordir”. Usaha tersebut terus berjalan hingga sekarang ini.

Saat ini Surita Bordir memiliki 5 karyawan. Proses produksi dilakukan di rumah masing-masing, sementara penjualan dilakukan di Dekranasda Aceh Besar dan rumah Surita yang berada di Montasik, Aceh Besar.

“Mereka bekerja di rumah masing-masing. Mungkin menurut karyawan saya lebih bebas kerja di rumah, artinya bisa sambil-sambilan gitu,” kata Surita.

Harga produk-produk di Surita Bordir dibanderol mulai Rp50 ribu hingga Rp3 juta, tergantung jenis dan motifnya. Semakin mahal harganya, maka semakin bagus kualitas dan lama proses pengerjaannya.

Agar tetap eksis, Surita Bordir sering kali mengupgrade produk-produk menjadi produk kekinian, supaya mengikuti tren. Sebab, kata Surita, pembaharuan produk merupakan kunci agarbusaha bordir mampu bersaing di pasaran.

“Mengikuti tren sebuah keharusan. Karena setiap tahun pasti trennya berganti, biarpun kita tidak mengurangi khas keacehannya,” ucap Surita.

Ekspansi Pasaran

Sebelum pandemi Covid-19, Surita Bordir sering kali mengikuti pameran-pameran di tingkat daerah, nasional hingga internasional. Terakhir, Surita Bordir mengikuti pameran kebusanaan di Singapura pada 2020.

Pameran-pameran tersebut dinilai penting guna mempromosikan produk. Ini juga menjadi bagian ekspansi atau perluasan wilayah pasaran, hingga ke luar negeri.

Namun, pandemi Covid-19 menyebabkan pameran-pameran tersebut tak diadakan lagi. Surita Bordir kemudian memfokuskan penjualan secara online dan offline. Di samping itu, juga melakukan promosi ke instansi-instansi pemerintahan.

Cara tersebut ternyata berjalan efektif. Surita Bordir tetap bertahan, meski pandemi Covid-19 melanda dunia, khususnya Aceh.

“Pandemi tidak begitu pengaruh, karena kita mainnya di fashion baju, cuma yang agak menurun di bordir tasnya. Karena konsumen itu kalau beli tasnya satu, ya sudah satu. Tetapi kalau baju, sekali pakai, tidak pakai lagi, terus mereka membeli motif lainnya.”

“Jadi penjualannya menurut kakak biasa aja sih. Paling sedikit penurunan ada, karena tamu dari luar tidak ada pagi. Paling kita yang di dalam daerah-daerah sendiri aja yang beli,” terang Surita.

Surita Bordir merupakan salah satu industri kecil menengah yang dibina oleh Dekranasda Aceh Besar dan Bank Indonesia. Selain dibina, lembaga tersebut juga menjadikan Surita Bordir sebagai mitra bisnis.

Sementara Pemerintah Aceh sendiri, kata Surita, mereka berperan membeli produk Surita Bordir pada momen-momen tertentu. Pembelian umumnya difasilitasi oleh Dekranasda Aceh, terutama saat kedatangan tamu dari luar.

Produk Surita Bordir. Foto: Instagram/@surita_surita5

Di usianya 14 tahun, Surita Bordir terus memacu menjadi usaha bordir yang mampu bersaing di tingkat nasional. Untuk mencapai hal itu, sejumlah terobosan terus dilakukan, salah satunya peningkatan dan inovasi produk.

“Surita Bordir juga terus mempromosikan diri melalui mulut ke mulut dan ini bisa dilakukan siapa saja, sementara via online bisa diakses di Facebook dan di Instagram @surita_surita5, dan kita melayani pengiriman bagi yang pesan online,” demikian Surita.

Pemerintah Aceh melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh menaruh harapan besar pada pelaku IKM di daerah ujung barat Sumatra itu agar tetap eksis dan bersaing di tingkat nasional.

Kepala Bidang Pengembangan Industri Menengah dan Aneka Disperindag Aceh, Nila Kanti mengatakan, agar tujuan tersebut tercapai, maka pelaku IKM diharapkan untuk tetap menjaga kesinambungan usaha.

“Kemudian, menjaga entitas diri guna menuju pasar internasional atau ekspor,” kata Nila Kanti.

Para pelaku IKM, tambah Nila Kanti, juga diminta mempertahankan kelayakan dan kualitas terhadap produk yang dihasilkan dan menjaga serta memenuhi aspek legalitas usaha.

“Agar tetap mengupdate diri terhadap informasi-informasi terkini serta mengikuti seminar-seminar yang diselenggarakan oleh instansi pembina, baik yang bersifat luring maupun daring atau hybrid,” ucap Nila Kanti.

Dalam kesempatan itu, Nila Kanti juga menyebutkan bahwa Disperindag Aceh telah melakukan berbagai upaya dalam menyokong IKM Aceh agar tetap eksis, seperti mempublikasikan atau mengiklankan produk IKM pada media online.

“Kemudian melakukan monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan IKM sebagai bahan pembinaan ke depan dan lain-lainnya,” ucap Nila Kanti. (**)

Shares: