EkonomiHeadline

Kerugian akibat bencana di Aceh sepanjang 2023 capai Rp430 miliar

Kerugian akibat bencana di Aceh sepanjang 2023 capai Rp430 miliar
Ilustrasi. Prajurit TNI mengevakuasi warga yang terdampak banjir di Kabupaten Simeulue, Aceh, Minggu (18/12/2022) ANTARA/HO/BPBD Simeulue

POPULARITAS.COM – Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat, sepanjang tahun 2023, provinsi berjuluk serambi mekkah dilanda sebanyak 418 kali bencana. Puting beliung, banjir, abrasi pantai, dan banjir bandang, adalah jenis bencana yang kerap terjadi di daerah tersebut.

Dampak bencana itu, sebabkan sembilan warga meninggal, 10 orang lainnya luka-luka dan ribuan orang mengungsi. Selain kerugian korban jiwa, imbas yang turut dirasakan adalah hancurnya fasilitas publik, infrastruktur jalan dan jembatan serta rumah-rumah masyarakat.

Kepala BPBA, Ilyas dalam keterangannya kepada popularitas.com, Selasa (2/1/2024) menerangkan, secara statistik, jumlah bencana di Aceh tahun 2023 menurun dibandingkan tahun 2022.

Jika pada 2022 terjadi 469 kejadian bencana, namun ditahun 2023, jumlah menurun menjadi 418 kali. Namun, dampak kerugiannya justru jauh lebih besar di tahun 2023.

Tahun 2022, kerugian materi capai Rp335 miliar, sementara di tahun 2023 jumlah meningkat menjadi Rp430 miliar, sebutnya menambahkan.

“Kerugian dihitung dari kerusakan seluruh infrastruktur, harta benda warga dan lahan pertanian,” katanya.

Setiap tahunnya, BPBA mencatat dengan rinci seluruh bencana yang terjadi di Tanah Rencong. Jenis bencana yang dicatat berupa kebakaran, banjir, puting beliung, longsor hingga abrasi.

Bencana yang mendominasi Tanah Rencong sepanjang tahun 2023, seperti kebakaran di pemukiman yang merupakan bencana paling tinggi yakni sebanyak 149 kali.

Jumlah prakiraan yang timbul akibat kebakaran pemukiman, ucap pria yang akrab disapa Abi ini, yakni sebanyak Rp 87 miliar.

Sementara untuk bencana banjir terjadi 105 kali, berdampak pada 8.047 rumah dan 8 jembatan, 15 tanggul rusak serta 4.838 hektar sawah terendam dengan total pengungsi 24.252 orang.

“Untuk karhutla terjadi sebanyak 85 kali dengan lahan yang terbakar seluas 252 hektar dan puting beliung 44 kali yang merusak 306 rumah warga dengan total kerugian yang dialami sebanyak 87 miliar rupiah,” bebernya.

Data bencana di Aceh sepanjang tahun 2023. FOTO : BPBA

Selanjutnya, longsor terjadi sebanyak 27 kali dengan kerugian yang mencapai Rp 2,2 miliar. Banjir bandang terjadi tiga kali dengan prakiraan kerugian Rp 18 miliar dan abrasi terjadi sebanyak dua kali kejadian yang merusak dua jembatan.

Semua bencana juga berdampak pada 84 sarana pendidikan, satu sarana kesehatan, 4 sarana pemerintahan, 46 sarana ibadah. Berdampak pula pada 168 ruko, 22 jembatan,32 tanggul dan 333 meter badan jalan akibat banjir dan longsor,” ungkapnya.

“Terhitung pula 1.987 rumah rusak akibat kebakaran pemukiman, angin puting beliung, banjir dan longsor. Kebakaran pemukiman juga mengalami penurunan dari 153 kejadian di tahun 2022 menjadi 149 di tahun 2023,” lanjut Ilyas.

Hal yang sama dengan bencana angin puting beliung juga mengalami penurunan kejadian dari tahun 2022 berjumlah 71 kali menjadi hanya 44 kali saja terjadi di tahun 2023.

“Tentunya ini merupakan hasil kerjasama kita bersama dalam meningkatkan mitigasi bencana sehingga angka kejadian bencana masih bisa kita turunkan tiap tahunnya,” ungkapnya.

Ilyas mengimbau masyarakat agar menjaga alam dan tidak mengekploitasi hutan secara berlebihan tanpa memperhatikan fungsi hutan sebagai resapan air yang berguna mencegah banjir dan longsor serta lainnya.

“Selain itu, pemberdayaan masyarakat atau sosialisasi kepada pelaku usaha yang terlibat perluasan lahan, kami imbau jangan membuka lahan dengan membakar hutan,” sebut Ilyas.

Ilyas juga berharap kepada seluruh masyarakat Aceh tetap selalu menjaga diri dan keluarga dari serangan pandemi yang masih ada di sekitar kita.

Selain itu, masyarakat harus siap dalam menghadapi bencana, baik bencana alam maupun non alam, sinergitas sangat diperlukan dalam penanggulangan bencana di Aceh.

“Mari bersama-sama kita melakukan upaya pengurangan risiko bencana, karena penanggulangan bencana adalah urusan bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dari berbagai elemen termasuk di dalamnya adalah media,” harapnya.

Tahun 2024 BPBA terus berusaha meminimalisir kerusakan maupun korban akibat bencana alam maupun non alam dan mendorong seluruh elemen masyarakat untuk merespon kejadian bencana secara komprehensif karena pada hakikatnya ‘Bencana adalah Urusan Bersama’.

Shares: