HeadlineNews

Malahayati Srikandi Perang Asal Aceh Pimpin Pasukan Inong Balee

Malahayati Srikandi Perang Asal Aceh Pimpin Pasukan Inong Balee

Ketika semua tangan terpaku didagu
Ragu untuk memulai segala yang baru
Lirih terdengar suara ibu
Memanggil jiwa untuk maju

Dari tanahmu hei Aceh
Lahir perempuan perkasa
Bukan hanya untuk dikenang
Tapi dia panglima laksamana jaya
Memanggil kembali untuk berjuang

Dia Perempuan Keumala
Alam semesta restui
Lahir jaya berjiwa baja
Laksamana Malahayati
Perempuan ksatria negeri

Tinggal kubur kini hening sepi menanti
Langkah langkah baru tunas pengganti
Hei Inong Nanggroe bangkitlah berdiri
Ditanganmu kini jiwa anak negeri

Dia Perempuan Keumala
Alam semesta restui
Lahir jaya berjiwa baja
Laksamana Malahayati
Perempuan ksatria negeri

Sepenggal lirik lagu Iwan Fals, yang menceritakan tentang kejayaan dan ketangguhan Laksamana Malahayati, sedikit menarik kita ke masa lalu, bagaimana tangguhnya perempuan-perempuan Aceh dalam mempertahankan negeri ini.

Tak hanya Cut Nyak Dhien dan Cut Meutia yang gigih berjuang melawan penjajah Belanda. Aceh juga memiliki Laksamana Perang Perempuan pertama di dunia yang memiliki armada perang sendiri yang diberi nama Inong Bale, yakni Laksamana Malahayati. Perempuan tangguh yang memiliki ribuan prajurit perempuan dan melawaan penjajah Nelanda di lautan luas.

Malahayati Srikandi Perang Asal Aceh Pimpin Pasukan Inong Balee

Jasadnya kini telah terbujur kaku dan beristirahat tenang di atas bukit desa Lamreh yang dipenuhi dengan rimbunan pepohonan nisan putih berukir khas Aceh menjadi penanda pusaranya sang laksamana. Kini pusara tersebut terlihat indah dan tertata rapi, ada pagar dan teras di lingkar pusara sang Pahlawan yang dibangun khusus guna memudahkan para penziarah untuk menghantarkan doa bagi sang Laksamana.

Laksamana Malahayati sejak 6 November 2017 lalu telah didapuk oleh Presiden Republik Indonesia Jokowido sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/Tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Sejak saat itu namanya kembali diagungkan, bahkan kisah perjuangannya di kemas dalam pementasan Seni Drama kolosal yang sempat ditampilkan di Lapangan Blang Padang pada peringatan HUT TNI 2018 lalu.

Dalam momentum peringatan hari pahlawan 10 November 2020 ini, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga ( Disdikpora) Kabupaten Aceh Besar bersama unsur Muspikap Aceh Besar dan para Duta Wisata Aceh Besar melakukan ziarah dan penyerahan sepaket alat kebersihan berupasa sapu, skrop dan tong sampah kepada penjaga makam, agar lokasi makam selalu terlihat bersih dan bisa menarik wisatawan yang data ke tempat tersebut.

Malahayati Srikandi Perang Asal Aceh Pimpin Pasukan Inong Balee

Ridwan Jamil, Kadisdikpora Aceh Besar yang hadir dalam kegiatan tersebut mengatakan ziarah makam Laksaman Keumala Hayati ini dilakukan bertepatan dengan peringatan hari pahlawan 10 November 2020. Momentum kali ini dilakukan oleh muda-mudi Kabupaten Aceh Besar yang berdandan ala Laksaman Kemala Hayati tempo dulu, sebagai bentuk penghargaan kepada sang pahlawan dengan menunjukan kreatifitas mereka.

“Berziarah dengan menggunakan pakaian Aceh seperti Laksamana Malahayati, merupakan bentuk kreativitas anak muda Aceh Besar untuk memberikan penghargaan kepada beliau,” jelas Ridwan Jamil.

Ridwan berpesan kepada generasi muda kedepan untuk bisa mengambil hikmah dan keteladanan patriotisme dari pahlawan perempuan tersebut. Para anak muda, perempuan khususnya bisa mengambil peran aktif dan belajar dari kegigihan pejuang-pejuang perempuan- dulu dalam mempertahankan negerinya. Terutama dalam mengisi pembangunan kedepan.

Hal sama juga dikatakan Mursyidah Ulfa, Duta Wisata Inong Aceh Besar 2019. Ketangguhan dan kegigihan Laksaman Keumala Hayati dalam perang sudah semestinya menjadi acuan bagi generasi muda Aceh saat ini.

Salah satunya dengan mereprentasikan bahwasannya perempuan Aceh bukan perempuan lemah yang hanya bisa duduk diam berpangku tangan, melainkan bisa berbuat dan bangkit untuk kemajuan negeri.

“Dalam kontek kekinian banyak yang bisa kita ambil dari kisah Malahayati, dimana saat ini kita sudah masuk 4.0 semua teknologi sudah memudahkan kita jadi sudah sepatutnya kita mengambil semangatnya Malahayati untuk terus membangun Aceh dengan teknologi-teknologi yang ada,” harap Mursydah Ulfa.

Malahayati Srikandi Perang Asal Aceh Pimpin Pasukan Inong Balee

Pemkab Aceh Besar menjadikan makam Laksamana Keumalahayati ini sebagai salah satu tempat destinasi wisata sejarah, dan makam ini wajib dilestarikan agar anak-anak kedepan tau bagaimana sejarah perjuangan pahlawan-pahlawan ini dalam mempertahankan negerinya dari penjajah. Dan ini bisa menjadi media edukasi sejarah bagi generasi kedepan.

Dalam peringatan hari pahlawan 10 November 2020, Popularitas.com, mengupas sedikit sejarah tentang Pahlawan Nasional Asal Negeri Serambi Mekah, Laksaman Keumalahayati, yang merupakan Laksamana perang perempuan pertama dunia yang dimiliki Aceh.

Malahayati tercatat sebagai wanita pertama di dunia yang menjadi laksamana. Ia merupakan keturunan bangsawan pada masa kejayaan Aceh. Putri dari Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya bernama Laksamana Muhammad Said Syah, yang tak lain adalah putra dari Sultan Salahuddin yang memerintah Kasultanan Aceh Darussalam sekitar 1530-1539.

Jiwa dan semangat yang dimiliki Malahayati turun dari ayah dan kakeknya yang juga merupakan laksamana Angkatan Laut.

Ketika menginjak dewasa, ia diberi kebebasan untuk sekolah. Ia pun memilih masuk akademi angkatan bersenjata milik kasultanan bernama Mahad Baitul Maqdis. Akademi tersebut terdiri dari angkatan darat dan angkatan laut. Di situ kemampuan militer Malahayati terasah.

Malahayati Srikandi Perang Asal Aceh Pimpin Pasukan Inong Balee

Pengajarnya para perwira dari Turki. Karena pada waktu itu mendapatkan bantuan Kasultanan Turki Ustmani. Di sekolah itulah, ia bertemu dengan Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief yang kemudian menikah. Perjuang wanita yang ditakuti Belanda membentuk armada para janda perjuangan Malahayati dimulai saat terjadi perang di perairan Selat Malaka.

Di mana Kasultanan Aceh dipimpin Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Mukammil yang dibantu dua orang laksamana, salah satunya Laksamana Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief, suami Malahayati. Pertempuran yang berlangsung sengit tersebut dimenangkan oleh pasukan Kasultanan Aceh. Namun, suami Malahayati tewas dalam pertempuran tersebut.

Tahu suaminya tewas, ia pun berjanji akan menuntut balas dan meneruskan perjuangan suaminya. Kemudian Malahayati meminta Sultan Al Makammil untuk membentuk armada Aceh yang semua prajuritnya merupakan wanita janda yang suaminya tewas dalam peperangan.
Setelah permintaan disetujui, Malahayati pun memimpin pasukan yang diberi nama Inong Balee. Inong berati wanita, sedangkan Balee artinya janda. Ia kemudian melatih para janda untuk menjadi prajurit Kasultanan Aceh yang tangguh.

Bersama pasukannya sering terlibat dalam pertempuran, baik melawan Belanda atau Portugis. Tidak hanya di Selat Malaka, tapi juga di daerah pantai timur Sumetera dan Malaya. Pasukan Inong Balee ini juga membangun benteng dengan tinggai 100 meter dari permukaan laut. Di mana tembok benteng menghadap ke laut lebar tiga meter dengan lubang-lubang meriam yang moncongnya mengarah ke pintu teluk.

Selain memiliki benteng, pasukan ini juga memiliki pangkalan militer yang terletak di Teluk Lamreh Krueng Raya. Dalam buku Perempuan Keumala (2007) karya Endang Moedopo, benteng yang dibangun dipakai Laksamana Malahayati untuk menyusun kekuatan Inong Bale. Ia begitu sangat gigih karena bangsa penjajah yang datang telah merugikan kerajaan.

Membunuh Cornelis de Houtman Saat pertempuran yang terjadi pada 1599, pasukan Inong Balee mampun mengalahkan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Salah satu aksi heroik yang dilakukan Laksamana Malahayati saat perang pertempuran tersebut yaitu mampu membunuh Cornelis de Houtman di atas geladak kapal pada 11 September 1599.

Cornelis de Houtman tercatat merupakan orang pertama yang menjejakkan kaki di Nusantara. Ia datang bersama adiknya, Frederik. Semula kedatangan mereka datang dengan baik-baik, namun lama-lama bertindak khianat. Kemudian Sultan Aceh menugaskan Laksamana Malahayati untuk mengusir. Menurut catatan Cornelis de Houtman tewas setelah kena tikam rencong Laksamana Malahayati.

Inong Balee harus terhenti pada 1606. Saat pertempuran Inong Balee melawan Portugis di periaran Selat Malaka, Laksamana Malahayati tewas. Laksamana Malahayati dimakamkan di Desa Lamreh Kecamatan Majid Raya Kabupaten Aceh Besar, sekitar 35 Km dari Ibukota Provinsi Nanggrou Aceh Darussalam atau pusat Kota Banda Aceh.

Makam laksamana Malahayati berada di puncak bukit kecil sebelah Utara desa Lamreh, Gelar Pahlawan Laksamana Malahayati mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 2017 melalui Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/Tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. []

Shares: