News

Memanen garam dengan teknologi geomembran di Pidie

Memanen garam dengan teknologi geomembran di Pidie
Pj Bupati Pidie, Wahyudi Adisiswanto bersama Kadis DKP Safrizal saat memanen perdana garam tekhnologi geomembran, Rabu (5/10/2022). Foto: Ist

POPULARITAS.COM – Petani garam asal Kabupaten Pidie, mulai memanen garam perdana yang proses produksinya menggunakan teknologi geomembran.

Teknologi geomembran sendiri merupakan sistem baru dalam memproduksi garam dengan menggunakan metode rumah plastik.

Di mana air laut akan ditampung di wadah yang terbuat plastik HDPE berwarna yang beratapkan tunel atau atap plastik berwarna putih.

Biaya yang dikeluarkan untuk produksi garam dengan teknologi geomembran itu sendiri bisa dibilang lebih ekonomis, sedangkan hasil produksinya yang jauh lebih meningkat ketimbang secara tradisional.

Panen perdana garam dengan teknologi geomembran itu sendiri berlangsung di Gampong Cebrek, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, Rabu (5/10/2022).

Pj Bupati Pidie Wahyudi Adisiswanto bersama Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat, Safrizal datang langsung dalam panen perdana garam dengan menggunakan teknologi terbaru itu.

Bahkan Wahyudi mendorong antara Dinas Kelautan dan Perikanan bersama Disperindagkop harus berkolaborasi dalam membantu pengembangan industri garam di Kabupaten Pidie.

Tidak hanya itu, para petani yang mulai bermigrasi metode produksi garam dari tradisional ke geomembran harus mendapat pendampingan langsung dari intansi terkait.

Baik dalam hal pembentukan kelompok, tata cara produksi, pengemasan hingga proses pemasaran.

“Garam Pidie tidak kalah bagus dari daerah lain, cuma butuh dukungan dari pemerintah dengan mendampingi para petani untuk terus berinovasi,” kata Wahyudi.

Sementara itu, Mulyadi salah seorang petani garam di Gampong Cebrek, Simpang Tiga Pidie mengaku, sejak beralih metode dari tradisional ke geomembran berdampak langsung pada menurunnya biaya yang dikeluarkan untuk setiap produksi garam.

Bahkan, produksi garam dengan menggunakan teknologi membuat para petani tidak lagi harus melakukan penjemuran pasir serta memasak.

“Untuk kayu bakar saja biasanya mencapai Rp 800 ribu satu truk, dari sana kita sudah hemat,” kata Mulyadi.

Dalam satu tunel, garam yang dihasilkan bisa mencapai 500 kg, dengan masa produksi sekira 30 hari.

Tunnel-tunnel itu sendiri merupakan bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh.

“Mudah-mudahan bisa terus berkembang dan bisa membangun tunnel-tunnel lain di kawasan ini,” kata Mulyadi.

Shares: