BANDA ADEH (popularitas.com) – Sektor pariwisata selama ini menjadi andalan pemerintah sebagai sumber kontribusi devisi terbesar kedua Indonesia. Namun pandemi Covid-19 telah mengubah semuanya.
Tak ada yang bisa bertahan, karena memang tidak ada pelancong yang berkunjung ke nusantara ini. Bisnis pariwisata nyaris tumbang sejak Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan pandemi global Covid-19.
Sejak intruksi pemerintah melakukan physical distancing (jaga jarak fisik) dan gaung beraktivitas di rumah saja untuk memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19, sector pariwisata mulai lesu, bahkan nyaris tumbang.
Bahkan kelesuan sektor pariwisata jauh hari sebelum Indonesia ditemukan pasien positif Covid-19 awal Maret 2020 lalu. Ini akibat banyak Negara saat itu statistik terjangkit Covid-19 terus meningkat. Sehingga sejumlah negera melakukan lockdown dan warganya diminta tidak bepergian ke luar negeri.
Sejumlah stimulus memang pernah disiapkan pemerintah untuk menggairahkan dunia pariwisata. Namun tetap tak mampu membendung dampak negative Covid-19, pariwisata tetap cenderung kolaps.
Destinasi wisata yang banyak ditutup, perhotelan berhenti beroperasi, bahkan sudah merumahkan karyawannya. Berarti pelaku pariwisata tidak memiliki pemasukan selama pandemic Covid-19, begitu juga okupansi mayoritas hotel turun drastis dan tentunya mereka taka da pendapatan.
Kendati Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sudah pernah membuat kebijakan mitigasi untuk mengurangi dampak bencana wabah corona.
Namun sejumlah kebijakan dan SOP (Standard Operating Procedure/Prosedur Operasi Standar) dalam menangani krisis dunia pariwisata tidak mendapatkan gaung. Meskipun sudah dijalankan, tetapi masih belum diketahui dengan jelas, karena minimnya sosialisasi dan keterangan dari pihak Kemenparekraf.
Seorang pelaku pariwisata di Aceh, Hasbi mengatakan, sector pariwisata saat ini berhenti total. Bisnis pariwisata selama pandemi Covid-19 tidak berkutik. Semua terhenti, karena tidak ada kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Terlebih provinsi Aceh banyak ditangani pelancong dari Malaysia. Tetapi negeri Jiran itu pun sedang menghadapi pandemi Covid-19. Pemerintah telah memberlakukan lockdown sudah hampir satu bulan lebih. Kebijakan itu diambil untuk memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19.
“Sektor pariwisata berhenti total, sekarang tidak usah bicara dulu pariwisata selama pandemi ini belum selesai,” ucap Hasbi.
Bayangan-bayangan PHK-pun sekarang makin dekat. Yang sudah terjadi sekarang adalah sejumlah karyawan mulai dirumahkan. Seperti hotel bintang 5 Hotel Hermes sudah merumahkan 130 karyawan selama pandemi di Aceh.
Saat ini hotel terbesar di Aceh ini sudah berhenti beroperasi. Tidak ada lagi menerima tamu yang menginap di hotal tersebut. Ini akibat dampak tidak ada kunjungan wisatawan dampak negative dari pandemic Covid-19.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK), Banda Aceh, Farid Nyak Umar menyebutkan, selama pandemi melanda Indonesia, secara nasional ada 375 ribu butuh di-PHK, ada 1,4 juta buruh dirumahkan dan 314 ribu lebih yang berdampak langsung akibat wabah Covid-19 di sektor in-formal.
Sedangkan untuk kota Banda Aceh, pemerintah mencatat ada 501 tenaga kerja sudah dirumahkan selama pandemic Covid-19. Belum lagi pekerja lepas harian juga ikut terdampak setelah digaungkan agar di rumah saja dan tidak banyak beraktivitas di tempat umum.
Mengingat kondisi yang semakin tak menentu menghadapi pandemi. Hasbi mengaku perlu waktu 2 tahun untuk memperbaiki pondasi dasar dunia pariwisata. Terlebih sekarang seluruh anggaran difokuskan untuk penanganan Covid-19.
Dinas Kebudiaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh telah menghentikan
Bagaimana bicara pariwisata, sebutnya, sementara kebutuhan dasar mulai kesulitan akibat dampak pandemi. Begitu juga Negara lain yang sering berkunjung ke Indonesia, khususnya Aceh. Sekarang mereka juga sedang memikirkan melawan wabah tersebut dan memperkuat pondasi ekonomi mereka.
“Terutama ketahanan pangan, banyak Negara mempersiapkan ketahanan pangan,” sebut Hasbi.
Sejumlah even yang sudah diagendakan tahun 2020 Dinas Kebudiaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh ditunda. Sebagian anggarannya sudah dialihkan oleh Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah untuk kebutuhan kesehatan, social safety net dan perekonomian di Pemerintah Aceh.
Kapala Disbupar Aceh, Jamaluddin mengaku sudah mengalihkan Rp 61 miliar lebih untuk penanganan Covid-19 dan selanjutnya dikelola oleh Gugus Tugas Covid-19 Pemerintah Aceh.
“Sekarang itu gak mungkin lagi sama pariwisata,” sebut Hasbi.
Menurutnya, seluruh pelaku bisnis pariwisata sudah saatnya sekarang beralih ke sektor perekonomian alternatif lainnya. Ia memprediksikan butuh 2 tahun untuk memulihkan kembali sektor pariwisata di Aceh,
Yang terpenting sekarang harus dilakukan pemerintah, sebutnya, bagaimana memperkuat pangan. Daya beli masyarakat sekarang kian menurun. Tetapi ketahanan pangan tidak boleh lengah. Bila tidak, bisa saja terancam kelaparan bila pandemi ini tak kunjung pulih.[acl]