HeadlineKesehatan

Rokok elektrik tidak lebih aman

Tren rokok elektrik atau vape, saat ini gandrung ditengah generasi muda. Saat ini, kita mudah menjumpai pengguna vape di tempat keramaian. Bahkan perokok jenis itu tak hanya disukai pria, belakangan wanita juga tak sungkan menggunakannya ditempat umum.
Zat Logam pada rokok elektrik pemicu kanker
Ilustrasi vape atau rokok elektrik (Pixabay)

POPULARITAS.COM – Tren rokok elektrik atau vape, saat ini gandrung ditengah generasi muda. Saat ini, kita mudah menjumpai pengguna vape di tempat keramaian. Bahkan perokok jenis itu tak hanya disukai pria, belakangan wanita juga tak sungkan menggunakannya ditempat umum.

Saat ini, berdasarkan data yang tersedia, jumlah Pengguna vape di Indonesia mencapai 2,2 juta orang. Angka itu didasarkan pada survei 2020, dan diperkirakan jumlahnya terus bertambah seiring gencarnya promosi dari produsen.

Pengguna vape beralasan, merokok elektrik lebih aman dibandingkan dengan rokok konvensional. Tak sedikit juga penghisap rokok beralih ke vape dengan alasan untuk kesehatan. Benarkah rokok elektrik lebih aman dibandingkan rokok kovensional?.

Dokter Spesialis Paru Dr dr Erlina Burhan, SpP (K), MSc, dalam penjelasannya, Minggu (15/1/2023) dikutip dari Antara, rokok elektrik sama mengadung nikotin, dan bahan karsinogen lainnya yang membahayakan tubuh, seperti halnya rokok konvensional. “Perokok vape, dan orang disekitarnya tetap akan terpapar nikotin, dan zat kimia karsinogenik,” terangnya.

Nikotin dikatakan dapat menyebabkan adiksi, sementara zat lain dalam vape berupa propylene glikol dan gliserin dapat mengiritasi saluran napas dan paru. 

Selain itu, bahan-bahan lainnya heavymetals bisa menginflamasi paru, jantung, merusak sel dan bersifat karsinogen, kemudian formaldehide, aldehyde, particulate matter (PM), nitrosamin, serta silikat dengan dampak serupa pada tubuh.

Resiko lainnya dari pengguna vape adalah luka bakar akibat dari baterai litium pada produk tersebut. Intinya, penghisap vape tidak dapat dikatakan aman, sebab terbukti mengandung toksik terhadap saluran nafas, dan paru.

Banyak orang yang terperangkap asumsi rokok elektrik lebih rendah kandungan nikotin. Hingga kemudian memilih menggunakan vape. Namun sebenarnya sama saja. Bahkan, katanya lagi, pengguna vape berpotensi kecanduan menggunakan rokok konvensional, dan bahkan bahan berbahaya zat adiktif lainnya.

“Pengguna vape berpotensi besar menggunakan bahan berbahaya zat adiktif lainnya,” katanya

Sebelumnya, pada November lalu, sebuah studi dalam Journal of American Dental Association seperti disiarkan Medical Daily beberapa waktu lalu, menemukan orang yang penggunaan produk vaporizer (vape) atau rokok elektronik berisiko lebih tinggi mengalami kerusakan gigi dan penyakit periodontal.

Para peneliti melakukan studi silang menggunakan catatan pasien dari 13.098 orang yang datang ke klinik sekolah gigi pada 1 Januari 2019 hingga 1 Januari 2022. Kebanyakan dari pasien tidak menggunakan vape (99,3 persen), sementara hanya sedikit (0,69 persen) mengaku menggunakan rokok elektrik. Kemudian, di antara pengguna, 79 persen memiliki risiko yang signifikan terhadap gigi berlubang.

Tim peneliti lalu menghubungkan antara penggunaan vape atau rokok elektrik dan tingkat risiko karies pasien. Mereka menemukan orang yang vaping memiliki risiko lebih tinggi terkena karies gigi.

Karena vaping tampaknya menyebabkan gigi berlubang, pengguna berisiko kehilangan gigi jika tidak ditangani. Beberapa penelitian laboratorium juga menemukan uap dari rokok elektrik dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri jahat.

Shares: