HeadlineNews

Survei KPAI: Guru Tak Interaktif selama Belajar dari Rumah

Guru SMA/SMK Sabang Dilatih Cara Menyusun HOTS
Lima Platform Online Untuk Belajar di Rumah. (antara)

JAKARTA (popularitas.com) – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut mayoritas siswa menyatakan tak ada interaksi yang dilakukan guru selama kegiatan belajar dari rumah di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Hal itu berdasarkan hasil survei terkait pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Sebanyak 79,9 persen siswa mengaku tak ada interaksi sama sekali kecuali memberikan tugas dan menagih tugas, tanpa ada interaksi belajar seperti tanya jawab langsung atau aktivitas guru menjelaskan materi.

“Hanya 20,1 persen responden menyatakan ada interaksi [antara siswa dan guru]. Namun sebanyak 79,9 persen responden menyatakan tidak ada interaksi sama sekali,” kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti melalui konferensi video, Senin, 27 April 2020.

Survei ini melibatkan 1.700 responden siswa, dari jenjang SMA hingga TK di 20 provinsi dan 54 kabupaten/kota. Survei menggunakan teknik multistage random sampling yang dilakukan dalam kurun waktu 13 April sampai 20 April 2020.

Dari siswa yang menyebut guru berinteraksi selama belajar dari rumah itu, komunikasi dilakukan menggunakan sarana pesan singkat atau aplikasi pesan 87,2 persen, zoom meeting 20,2 persen, video call WhatsApp 7,6 persen dan telepon 5,2 persen.

Selama kegiatan belajar dari rumah ini, sebanyak 73,2 persen siswa merasa berat mengerjakan tugas dari para guru. Sementara 26,8 persen mengaku tidak berat dengan penugasan yang diberikan para guru.

Tugas yang paling tidak disukai siswa antara lain, membuat video sebanyak 55,5 persen, menjawab soal dalam jumlah banyak 44,5 persen, merangkum bab materi 39,4 persen, dan harus menuliskan soal yang ada di dalam buku cetak sebanyak 25,6 persen.

Kesulitan yang dihadapi siswa selama belajar di rumah, yakni 77,8 persen tugas menumpuk karena guru lain juga memberikan tugas, 42,2 persen tak memiliki kuota internet, 15,6 persen tak memiliki peralatan yang dibutuhkan, dan 37,1 persen waktu belajar yang sempit.

Dari survei ini, 76,7 persen responden menyatakan tidak senang belajar dari rumah, sementara 23,3 persen menyatakan senang.

Menurut 81,8 persen responden selama PJJ berjalan 4 minggu, para guru lebih menekankan pada sebatas pemberian tugas, bahkan jarang yang menjelaskan materi, diskusi ataupun tanya jawab.

Kemudian 43 persen responden ada pemberian materi dari guru dengan menggunakan aplikasi zoom meeting, sedangkan 17,9% ada tanya jawab, baik melalui aplikasi zoom maupun melalui WhatsApp dan video call. Sedangkan 11,3% responden menyatakan ada diskusi antara guru dan siswa.

Retno mengatakan dalam survei ini, para responden menginginkan adanya pengurangan uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). Sebanyak 14,3 persen siswa tak mau membayar SPP, 56,6 persen mau membayar separuh, dan 29,1 persen mau membayar utuh.

Menurutnya, para siswa juga memberikan usulan dalam kegiatan belajar dari rumah ini. Di antaranya, 50,9 persen responden meminta kurangi tugas, sehari 1 saja dan penugasan menjawab soal cukup 5 soal.

Sebanyak 56,7 persen meminta guru jangan hanya memberikan tugas melulu, tetapi harus ada penjelasan secara daring. Kemudian 52,8 persen mengusulkan kepada pemerintah untuk menggratiskan internet, karena PJJ dengan daring membutuhkan kuota yang sangat besar.

Kebijakan belajar dari rumah diterapkan di sebagian besar daerah Indonesia sejak pandemi virus corona (Covid-19). DKI Jakarta menjadi provinsi pertama yang memutuskan melakukan kegiatan belajar dari rumah.

Kemdikbud sendiri sudah menyesuaikan beberapa regulasi dengan situasi pandemi virus corona. Misalnya penggunaan dana BOS untuk kuota internet, sampai program belajar dari rumah di TVRI untuk siswa tanpa akses internet.

Sumber: CNN

Shares: