News

BKSDA: 57 Persen Kematian Gajah di Aceh karena Konflik

BKSDA: 57 Persen Kematian Gajah di Aceh karena Konflik
Tim BKSDA melakukan nekropsi bangkai gajah yang ditemukan mati di kawasan perkebunan sawit di Aceh Timur, Sabtu (18/4/2020). Antara Aceh/HO/BKSDA Aceh

 – Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto mengatakan, kematian gajah di Aceh 57 persen akibat konflik satwa dengan manusia.

Data dari tahun 2016 hingga 21 Desember 2020, hanya 10 persen kematian gajah akibat perburuan dan 33 persen mengalami kematian secara alami selama ini.

“57 persen itu kematian gajah karena konflik,” kata Agus Arianto, Senin (21/12/2020) dalam konferensi pers akhir tahun yang digelar oleh Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) bersama LSGK Aceh di aula BKSDA Aceh.

Agus memaparkan kondisi penyebab kematian gajah di Aceh selama lima tahun terakhir. Pada 2016 lalu, kematian gajah akibat perburuan dan kematian alami hanya 1 kasus dan konflik terdapat 3 kasus.

Angka tahun berikutnya, yaitu pada 2017 justru kematian gajah secara alami meningkat drastis menjadi 6 kasus, perburuan 3 kasus dan mati alami tiga kasus.

Selanjutnya pada 2018 tidak terdapat kematian gajah akibat perburuan. Tetapi kematian akibat konflik relatif masih tinggi yaitu mencapai 6 kasus. Hanya saja kematian secara alami mengalami peningkatan mencapai 5 kasus.

Pada 2019 BKSDA Aceh mencatat angka kematian gajah sempat menurun, yaitu kematian akibat perburuan tidak ada, kematian akibat konflik hanya 2 kasus dan mati alami 1 kasus.

Tetapi hingga 21 Desember 2020 angka kematian gajah akibat konflik kembali meningkat, yaitu mencapai 6 kasus dan mati alami juga naik dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 4 kasus.

Meningkatnya kasus kematian gajah akibat konflik pada 2020 tidak terlepas, ditemukannya gajah mati akibat terjerat kawat listri di Gampong Tuwi Priya, Kecamatan Pasie Raya, Kabupaten Aceh Jaya pada 1 Januari 2020 lalu.

“Kasus kematian gajah di Aceh Jaya masih dalam proses, belum ada tersangka,” tukasnya.[]

Shares: