News

Jelang Ramadan, Harga Sembako di Banda Aceh Berangsur Normal

Daya Beli Masyarakat Lemah Awal Ramadan di Banda Aceh
Salah satu toko grosir menjual sejumlah sembako di Pasar Tradisional Peunayong, Kota Banda Aceh, Selasa, 7 April 2020. (Fadhil/popularitas.com)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Harga sejumlah bahan sembako di Kota Banda Aceh berangsur normal dan bahkan mulai turun menjelang Ramadan 144 H. Penurunan terjadi pada gula pasir, telur ayam, minyak goreng hingga beras.

Ramli (57), pedagang grosir di Pasar Peunayong, Kota Banda Aceh mengatakan, harga gula pasir yang sebelumnya Rp 23 ribu per kilogram kini mengalami penurunan menjadi Rp 18 ribu.

Ia memprediksikan harga itu akan terus turun hingga Harga Eceran Tertinggi (HET) sesuai yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp 12.500 per kilogram.

“Harga gula untuk per sak saat ini 840 ribu. Beberapa hari ini, ada kami mendengar dari Menteri Perdagangan, akan masuk gula banyak, mungkin nantinya akan stabil seperti harga het, harga enceran tertinggi dari pemerintah yaitu Rp 12.500,” kata Ramli saat ditemui di Pasar Peunayong, Senin, 20 April 2020.

Sedangkan harga telur ayam, kata Ramli, juga mengalami penurunan dari Rp 41 ribu menjadi Rp 37 ribu per lempeng. Demikian juga dengan harga minyak goreng, dari Rp 12 ribu menjadi Rp 10 ribu per kilogram.

“Minyak goreng stabil karena harga di Medan juga ada penurunan,” jelasnya.

Untuk harga beras, lanjut Ramli, juga mengalami penurunan rata-rata Rp 5 ribu bahkan lebih. Harga beras Blang Bintang misalnya, turun dari Rp 155 ribu menjadi Rp 148 ribu per sak atau 15 kilogram.

Sedangkan untuk beras Mama Papa, kata Ramli, juga mengalami penurunan dari Rp 170 menjadi Rp 160 ribu. Penurunan ini karena Aceh baru saja panen besar.

“Harga beras tidak begitu masalah, karena di Aceh juga panen besar dalam satu bulan ini. Harga beras yang kualitas bagus juga turun sampai 5000 ribu per sak,” sebut Ramli.

Karena kondisi sedang stabil, Ramli mengimbau masyarakat untuk tidak membeli atau memborong sejumlah sembako dalam jumlah banyak dan kemudian disimpan. Apabila ini dilakukan maka akan berdampak pada harga pasar.

“Maka kami imbau kepada masyarakat untuk menyambut bulan suci Ramadan tidak terlalu memborong barang. Hanya seperti-seperti biasa, menurut kebutuhan daripada keluarganya masing-masing,” pungkasnya. [acl]

Reporter: Muhammad Fadhil

Shares: