News

Lebih Dekat Dengan Museum Aceh, Mengenal Sejarah Sejak Dini

Seorang pengunjung melihat benda-benda yang ada di Museum Aceh. (ist)

Era disrupsi saat ini telah mengubah manajemenbisnis, termasuk museum. Museum di Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk berkolaborasi, lebih interaktif dan mendekatkan diri denganmasyarakat. Langkah itu pulayang dilakukan Museum Aceh dengan menggelar anekakegiatan agar keberadaannya lebih dikenal secara universal.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh Jamaluddin mengatakan, museum yang merupakan tempat untuk mengoleksi benda benda bersejarah memang harus berusaha untuk mendekatkan diri dengan masyarakat.

“Keberadaannya tidak saja sebagai objek wisata, tapi juga menjadi sumber ilmu pengetahuan,” katanya.

Karena itu, pihaknya mengajak semua elemen masyarakat agar memanfaatkan keberadaan Museum Aceh untuk menggali sejarah, sekaligus mengenal benda-benda peninggalan leluhur.

“Jadi, keberadaan museum sangat penting karena memiliki tanggung jawab dan fungsi untuk melestarikan, membina, sekaligus mengembangkan budaya masyarakat, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud,” katanya.

Dalam rangka melaksanakan tanggung jawab dan fungsi tersebut, dalam tahun ini berbagai kegiatan dilaksanakan di Museum Aceh. Diawali sosialisasi museum dengan pemanfaatan koleksi melalui media foto.

Kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu, 29 Juli 2020 itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas SDM Pegawai Museum Aceh dan Tim humas lingkar Disbudpar Aceh dalam pemotretan koleksi.

Selanjut digelar Pameran Masterpiece Koleksi Museum Aceh dengan mengangkat tema “Pusaka Ceudah Keuneubah Maja” pada 10 Agustus 2020.

Pameran temporer koleksi masterpiece Museum Aceh itu dilaksanakan secara virtual. Koleksi yang dipamerkan sekitar 65 koleksi, dari berbagai jenis perhiasan, naskah kuno hingga beberapa benda-benda peninggalan raja-raja Aceh.

Acara ini dihadiri oleh narasumber yang terdiri dari Illiza Sa’aduddin Djamal (Anggota Komisi X DPR RI), H Harun Keuchik Leumik (Kolektor benda bersejarah Aceh) dan Dr Husaini Ibrahim MA (Arkeolog dan Sejarawan Aceh). Acara dibuka langsung oleh Kadisbudpar Aceh Jamaluddin SE MSi Ak.

Lalu menggelar Lomba Edukatif Cultural Museum Aceh (Lomba Cerdas Cermat Tingkat SLTP) pada 24 September 2020. Lomba Cerdas Cermat Museum dengan peserta SLTP sederajat se-Kota Banda Aceh ini juga dilaksanakan secara daring.Dalam lomba ini, Juara 1 diraih MTsN Model Banda Aceh, Juara 2 diperoleh SMPN 6 Banda Aceh, dan Juara 3 diraih SMPN 19 Percontohan Banda Aceh.

Untuk juara pertama menjadi perwakilan Aceh di tingkat nasional yang dilaksanakan secara daring. Lalu Museum Aceh menjadi tuan rumah pelaksanaan Lomba Cerdas Cermat Museum SMP/MTs Tingkat Nasional 2020 dengan tema “Generasi Cerdas Berkarakter” pada 07 Oktober 2020.

Lomba Cerdas Cermat Museum dengan peserta SLTP sederajat se-Indonesia yang dilaksanakan secara daring ini, perwakilan Aceh diwakili oleh MTsN Model Banda Aceh. Digelar pula Lomba Bercerita Museum Aceh 2020 untuk tingkat SLTA sederajat pada 27 Oktober 2020.

Lomba ini diikuti siswa/i SLTA sederajat se Provinsi Aceh. Peserta yang mendaftar berjumlah 50 orang harus memilih materi cerita yang telah ditentukan, yang terdiri dari Sultan Iskandar Muda, Laksamana Malahayati, Radio Rimba Raya, dan Pesawat Seulawah RI 001. Perlombaan ini juga dilakukan secara virtual.

Teranyar, Museum Aceh menggelar Lomba Permainan Tradisional SD Sederajat pada 2-3 November 2020. Lomba permainan tradisional tersebut diikuti siswa/i SD sederajat dengan dua kategori, yakni permainan Gaseng (Putra) dan Seureumbang Keong (Perempuan). Perlombaan dilaksanakan di Museum Aceh dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan tidak mengundang penonton ataupun supporter.

Pada Selasa (24/11/2020) Sejumlah anak-anak usia sekolah dasar dan taman kanak-kanak berbaris mengikuti arahan pemandu museum. Mereka dengan seksama memperhatikan benda-benda sejarah di Museum Aceh, Siswa-siswi dari 12 SD dan dua TK di kota Banda Aceh itu mengikuti kegiatan mengenal sejarah dan budaya Aceh.

Mereka diajak berkeliling museum. Mulai dari melihat batu nisan, mengenal rumah adat Aceh dan membaca buku sejarah. Kegiatan tersebut merupakan agenda rutin tahunan yang dilaksanakan pihak Museum Aceh. Namun, di masa pandemic ada pengurangan kuota sekolah dasar yang diundang.

Meski suasana masih ditengah pandemi covid-19, tidak menyurutkan semangat para siswa-siswi untuk mengenal sejarah dan budaya daerahnya.

Kepala Museum Aceh Mudha Farsya mengharapkan, dengan beragam kegiatan dan lomba tersebut maka khalayak ramai semakin mengenal keberadaan Museum Aceh. “Kami juga mengajak generasi muda atau para milenial untuk lebih akrab dengan Museum Aceh,” ajaknya.

Shares: