EkonomiNews

Menanti kolaborasi stakeholder dalam memenuhi kebutuhan telur ayam di Aceh

Ahli: Penderita kolesterol tinggi boleh makan telur asal tak berlebih
Ilustrasi, pengunjung pasar memilih telur ayam di Pasar Induk Lambaro, Kabupaten Aceh Besar, Senin (12/9/2022). Foto: Hendri Abik

POPULARITAS.COM – Provinsi Aceh menghadapi tantangan serius dalam memenuhi kebutuhan telur ayam sebanyak 1,6 juta butir per hari. Produksi lokal di daerah seperti Blang Bintang dan Saree, Aceh Besar masih jauh dari mencukupi, dengan kapasitas produksi yang hanya mencapai puluhan ribu butir.

Kondisi tersebut memaksakan Aceh menggantungkan pasokan telur ayam dari Medan. Untuk mengatasi krisis ini, para pemangku kepentingan di Aceh menyadari bahwa solusi tidak dapat dicapai secara parsial. Seluruh rantai produksi dari bibit ayam petelur, pakan, hingga produksi telur sendiri harus bekerja secara kompak.

Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Aceh, Safuadi dalam konferensi pers di GKN Banda Aceh, Rabu (27/9/2023) menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi tantangan ini.

“Tidak dapat hanya bergantung pada satu sektor atau entitas. Kita perlu melibatkan Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, dan Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mencapai kemandirian produksi telur,” kata Safuadi.

Safuadi sekaligus Kepala Kanwil DJBC Aceh itu juga menekankan bahwa kerjasama antara petani jagung dan sektor perikanan akan menjadi kunci keberhasilan.

“Petani jagung perlu berinteraksi dengan teman-teman di perikanan agar tepung ikan dapat dipadukan dengan tepung jagung untuk menghasilkan pakan yang dibutuhkan,” ujarnya.

Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Aceh, Safuadi saat konferensi pers di GKN Banda Aceh, Rabu (27/9/2023). Foto: Muhammad Fadhil/popularitas.com

Menurutnya, upaya mencapai kemandirian produksi telur ini membutuhkan sinergi di antara berbagai pihak, termasuk dinas teknis, dan pemangku kepentingan terkait lainnya.

“Ini adalah tugas bersama yang tidak bisa dilakukan sendirian. Kita harus bekerja bersama-sama dan mencapai kesepakatan yang memadai,” tutur Safuadi.

Situasi ini, tambah Safuadi, mencerminkan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi tantangan pangan yang kompleks. Hanya dengan kerjasama yang kokoh, Aceh dapat membangun kemandirian dalam produksi telur dan memastikan pasokan pangan yang stabil bagi penduduknya.

“Sekali lagi ini tidak bisa dan tidak mampu dikerjakan sendirian, harus secara bersama-sama dan disepakati,” tegas Safuadi.

Dalam kesempatan itu, Safuadi mendorong Pemerintah Aceh untuk memanfaatkan ekonomi kreatif dalam mengatasi tantangan produksi telur. Salah satu langkahnya adalah meminta setiap desa untuk memelihara 100 ekor ayam petelur dengan menggunakan Dana Desa.

Dengan demikian, Safuadi menyakini setiap desa dapat menghasilkan 100 telur setiap hari, yang jika dikalikan akan menciptakan pasokan telur yang signifikan.

“Kami mendorong masyarakat Aceh untuk tidak terlalu berat dalam menghadapi tantangan produksi telur. Ekonomi kreatif, seperti peternakan telur ayam, dapat menjadi solusi yang berkelanjutan,” pungkasnya.

Shares: