POPULARITAS.COM – Rabu, 14 Februari 2024, sebanyak 204 juta penduduk Indonesia yang telah terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT), akan melakukan pencoblosan.
Selain memilih calon anggota legislatif, warga Indonesia juga akan memilih calon presiden dan wakil presiden periode 2024-2029. Terdapat tiga pasangan calon yang ikut berkontestasi pada Pilpres 2024.
Dari sejumlah survei, pasangan Prabowo-Gibran, disebut-sebut unggul dengan perolehan suara diangka 51 persen. Karna itu, tim kampanye nasional (TKN) pasangan tersebut, optimisi bisa memenangkan Pilpres 2024 sekali satu putaran.
Sejak awal, pasangan Prabowo-Gibran kerap menyuarakan Pilpres satu putaran. Lantas, mungkinkah perhelatan pesta demokrasi untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden RI 2024-2029 bisa satu putaran?
CEO Pollmark, Eep Saefulloh Fatah, memastikan tidak ada satupun pasangan capres yang akan mampu meraih suara 50 persen plus 1 untuk bisa lolos satu putaran. Karna itu, dia memprediksi, pertarungan Pilpres 2024 berlangsung dua putara.
Menurut Eep, dari survei yang mereka gelar, pasangan Prabowo-Gibran diyakini hanya peroleh dukungan 39 persen. Karna itu, sulit sekali kompetisi antar tiga pasangan capresn bisa berlangsung dua putara.
“Jika terjadi dua putaran, pasangan Prabowo-Gibran bisa dikalahkan,” kata Eep dalam kanal YouTube Abraham Samad Speak Up.
Dia bahkan menegaskan, hasil sejumlah survei yang menyebutkan angka elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran diatas 50 persen, adalah hal yang patut dipertanyakan.
Sementara Polmark membutuhkan 2.600 responden di setiap provinsi. Secara kualitatif, kata Eep, survei Polmark jauh lebih akurat. Eep juga mengatakan pemilih Joko Widodo pada pemilu lalu yang beralih memilih Prabowo hanya 25 persen. Baca Juga Pemilu Turki di Ambang Lanjut ke Putaran Kedua Eep mengatakan Polmark menggelar survei sepanjang 14-25 Januari 2024. Survei digelar di 37 provinsi. Metode survei yang digunakan adalah multi stage random sampling dengan margin error 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Dia juga mengungkapkan bahwa responden yang puas dengan kinerja Jokowi, sebagai presiden, tidak serta merta memilih Prabowo. Eep menjelaskan, mereka yang puas dengan kinerja Jokowi yang mencapai 80 persen dan menyatakan memilih Prabowo hanya 26,4 persen.
Dosen ilmu politik dari FISIP Universitas Brawijaya, Wawan Sobari mengatakan, jika merujuk hasil survei yang dilakukan Indikator Politik dan Poltracking, belum ada satupun pasangan capres dan cawapres yang meraih elektabilitas diatas 50 persen.
Namun sisi lain, secara statistik memang keteguhan pilihan terhadap pasangan 02 relatif tinggi. “Jadi, di atas 87% mereka tidak akan mengubah pilihannya tapi hasil survei itu menunjukkan kalau posisinya belum bisa dipastikan,” ungkap alumni ISS Den Haag Belanda ini dikutip dari bisnis.com
Artinya, ujarnya kemudian, kalau tadi ada orang yang memilih pasangan 02 itu tidak akan mengubah pilihan, tetap teguh pada pilihannya tapi jumlahnya kurang dari 100%. Nah bisa diartikan potensi mereka untuk berubah pilihan masih ada, tambah lagi.
Meski demikian, Wawan Sobari juga menganggap belum tentu Pilpres akan terjadi dua putaran melihat hasil survei yang sudah dirilis. Dia justru lebih menyoroti penggiringan opini soal Pilpres satu putaran untuk menghemat anggaran.
“Yang paling penting dan dikhawatirkan sebenarnya adalah ada upaya untuk menggiring opini bahwa pemilu ini cukup dibuat satu putaran untuk menghemat anggaran. Itu yang saya tidak setuju ya,” paparnya.