EkonomiNews

Perusahaan Diminta Tetap Adopsi Kerja di Rumah Usai Pendemi

Semester Ganjil, Unsyiah Gelar Perkuliahan Secara Daring
Ilustrasi bekerja di rumah dengan fasilitas internet atau jaringan daring untuk mendukung anjuran pemerintah bekerja di rumah untuk menjaga jarak sosial selama penanganan COVID-19. ANTARA Foto/Ist

JAKARTA (popularitas.com) – Sebagian besar atau 77 persen karyawan di beberapa negara menginginkan bekerja dari rumah (work from home/WFH) atau secara remote bisa diadopsi perusahaan tempat mereka bekerja bahkan setelah pandemi virus corona berakhir nanti.

“Survei kami menunjukkan bahwa pengalaman karyawan sudah berubah dari sebelum pandemi ini,” kata Ronald Wong, General Manager Hong Kong dan Makau, Lenovo, dalam pernyataan pers yang diterima Antara, Jumat (1/5/2020).

Studi Lenovo, yang melihat sikap karyawan terhadap WFH di Tiongkok, Jepang, Jerman, Italia, dan Amerika, menemukan bahwa sebagian besar karyawan (87%) merasa siap untuk beralih ke WFH bila diperlukan.

Sebagian besar sudah didorong (46%) atau diminta (26%) untuk WFH sebagai bagian dari langkah-langkah mitigasi COVID-19. Kemudian, 77 persen berharap bahwa perusahaan akan mendorong atau setidaknya lebih terbuka untuk memperbolehkan karyawan bekerja secara remote di masa mendatang.

Terlebih ke depannya pada tahun 2025, diprediksi 75 persen pekerja akan terdiri dari generasi milenial yang mempertimbangkan ketersediaan teknologi cerdas pada perusahaan dalam memilih pekerjaan.

Dalam 15 tahun terakhir, jumlah mereka yang bekerja secara rutin dari rumah telah tumbuh 159 persen di Amerika dan hal yang sama juga terjadi di berbagai negara di Asia, termasuk di Indonesia.

Menurut survei yang dilakukan oleh Jakpat pada 18-21 Maret 2020 sebanyak 33 persen karyawan di Jabodetabek sudah memulai bekerja dari rumah bahkan sebelum adanya ketentuan resmi dari pemerintah.

“Meskipun situasi saat ini berbeda, kami melihat keinginan para pekerja untuk beradaptasi dan mengadopsi pengaturan kerja yang fleksibel. Ini menegaskan bahwa langkah tepat dalam investasi teknologi perusahaan, karena sekarang kebanyakan orang merasa produktif di rumah dan percaya bahwa tenaga kerja akan bergerak lebih ke arah ini setelah krisis berlalu,” kata Wong.

Menurut Wong, pada saat semua perusahaan harus melalui masa penuh ketidakpastian dan harus terus menjalankan bisnis mereka, teknologi membuat mereka terus bergerak maju.

Perusahaan perlu menyesuaikan dan memastikan karyawan mereka memiliki perlengkapan video, teknologi dan pelatihan yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan saat ini dan di masa mendatang di mana bekerja secara fleksibel sudah menjadi sesuatu yang normal.

Dengan adanya pola kerja baru ini, investasi perangkat teknologi cerdas akan semakin dibutuhkan perusahaan guna mendukung WFH.

Pemerintah juga telah melakukan pengembangan teknologi yang pesat di era digital salah satunya dengan Peraturan Presiden (Perpres) No 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), yang di dalamnya termasuk mengadaptasi sistem kerja WFH dengan memanfaatkan kanal-kanal digital.

“Lenovo memberdayakan para pekerja untuk dapat bekerja selayaknya di kantor dengan perangkat cerdas kami. Penggunaan teknologi cerdas dipadukan dengan aplikasi kolaborasi akan membantu pekerja meraih produktivitas selayaknya bekerja dari kantor,” kata Budi Janto, Country General Manager Lenovo Indonesia.

Dalam upaya menunjang ritme pola kerja baru ini, selama masa Ramadhan, Lenovo meluncurkan promo yang berlangsung 1 hingga 31 Mei 2020.

“Lenovo akan memberikan potongan harga spesial, hadiah langsung, juga e-money untuk pembelian produk ThinkPad, ThinkBook, ThinkCentre dan Lenovo VSeries AIO tertentu,” kata Santi Nainggolan, SMB Director Lenovo Indonesia, menambahkan.

Mayoritas Karyawan Siap Kerja dari Rumah

Sementara itu berdasarkan hasil riset yang dipaparkan perusahaan teknologi multinasional Lenovo menunjukkan bahwa karyawan di berbagai negara sebenarnya telah siap untuk melakukan pola kerja dari rumah atau work from home (WFH).

“Survei kami menunjukkan bahwa pengalaman karyawan sudah berubah dari sebelum pandemi ini,” kata General Manager Lenovo Hong Kong dan Makau, Ronald Wong, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (1/5/2020).

Ia memaparkan, hasil penelitian terbaru Lenovo di beberapa negara seperti China, Jepang, Jerman, Italia, dan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan (87 persen) merasa siap untuk beralih menjadi bekerja di rumah jika diperlukan.

Selain itu, lanjutnya, sekitar 77 persen juga mengharapkan perusahaan untuk lebih menerima kebijakan WFH setelah pandemi berlalu.

Menurut dia, dalam 15 tahun terakhir, jumlah mereka yang bekerja secara rutin dari rumah telah tumbuh 159 persen di Amerika dan hal yang sama juga terjadi di berbagai negara di Asia, termasuk di Indonesia.

Sedangkan berdasarkan survei yang dilakukan pihak lembaga Jakpat ternyata ada sebanyak 33 persen karyawan di Jabodetabek yang sudah memulai bekerja dari rumah bahkan sebelum adanya ketentuan resmi dari Pemerintah.

“Meskipun situasi saat ini berbeda, kami melihat keinginan para pekerja untuk beradaptasi dan mengadopsi pengaturan kerja yang fleksibel. Ini menegaskan bahwa langkah tepat dalam investasi teknologi perusahaan, karena sekarang kebanyakan orang merasa produktif di rumah dan percaya bahwa tenaga kerja akan bergerak lebih ke arah ini setelah krisis berlalu,” ucapnya.

Dengan adanya pola kerja baru ini, investasi perangkat teknologi cerdas dinilai juga akan semakin dibutuhkan perusahaan guna mendukung WFH.

Pemerintah RI juga telah melakukan pengembangan teknologi yang pesat di era digital salah satunya dengan Peraturan Presiden (Perpres) No 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), yang didalamnya termasuk mengadaptasi sistem kerja WFH dengan memanfaatkan kanal-kanal digital.

Sementara itu, Country General Manager Lenovo Indonesia Budi Janto menyatakan bahwa penggunaan teknologi cerdas dipadukan dengan aplikasi kolaborasi akan membantu pekerja meraih produktivitas selayaknya bekerja dari kantor.

“Di Lenovo, kami menyediakan teknologi cerdas untuk semua kalangan, baik profesional muda pemula hingga mereka yang membutuhkan perangkat dengan kecanggihan lebih,” kata Budi Janto.

Sebagaimana diwartakan, pola WFH diperkirakan bakal menjadi lebih lumrah dalam penerapannya oleh sejumlah kantor perusahaan akibat dampak dari COVID-19, dan diperkirakan akan berlanjut bakal setelah pandemi dapat tertangani.

“Kalau WFH ini berlanjut cukup lama, artinya akan menjadi suatu protokol yang dijalankan suatu perusahaan,” kata Senior Director Office Services Colliers International Indonesia (konsultan properti), Bagus Adikusumo, dalam paparan properti virtual di Jakarta, Rabu (8/4/2020).

Menurut dia, kemungkinan ke depannya WFH akan menjadi model bisnis yang menarik untuk diteruskan sehingga bakal ada berbagai penyesuaian dari pola kerja perusahaan.

Namun, lanjutnya, bila memang pola kerja akan semakin lebih banyak yang melakukan WFH maka diperkirakan juga akan mengurangi permintaan terhadap ruang perkantoran.[ANT]

Shares: