News

Pimred Modus Aceh: Walau Akrim Banyak Becking, Dia Harus Bertanggungjawab

Pimpinan Redaksi Portal Berita Modusaceh.co, M Saleh. (Foto: Modusaceh)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Pimpinan perusahaan dan redaksi Portal Berita Modusaceh, Muhammad Saleh, mengecam keras tindakan teror yang mengarah pada aksi kekerasan terhadap Aidil Firmansyah, wartawan media Modusaceh di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

“Jika terjadi sesuatu terhadap wartawan Modusaceh.co, Aidil Firmansyah, maka orang pertama yang harus bertanggungjawab secara hukum adalah Akrim. Walau disebut dia orang kuat dan banyak becking, tapi bukan berarti bisa berbuat seenaknya dan melanggar hukum,” kata Shaleh, Minggu, 5 Januari 2020.

Menurut Shaleh, jika ada pemberitaan yang dinilai tak sesuai dan berimbang, maka para pihak yang merasa dirugikan dapat meminta klarifikasi dan hak jawab. Bukan sebaliknya melakukan terror.

Kata dia, bila terjadi sesuatu terhadap Aidil Firmansyah, maka pihaknya akan meminta pertanggungjawaban hukum kepada Akrim.

“Dari laporan kronologis yang kami terima, perbuatan dan tindakan Akrim jelas bergaya bar bar. Jangan mentang mentang mendapat becking dari oknum aparat keamanan dan penegak hukum serta oknum Forkab serta KPA di sana. Dia kemudian bisa menjadi “hakim”, mengadili wartawan Modus Aceh, seenaknya,” kecam Shaleh.

Diberitakan sebelumnya, wartawan Modus Aceh, liputan Aceh Barat dan Nagan Raya, Aidil Firmansyah, takut, cemas dan gelisah.

Semua itu akibat teror dan ancaman pisik dari Akrim, Direktur PT Tuah Akfi Utama Aceh Barat, usai mewartakan masalah penghadangan angkutan tiang oleh warga Desa Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisi, Kabupaten Nagan Raya.

“Benar, setelah saya dipanggil tadi malam dan dipaksa untuk membuat surat pernyataan. Kondisi psikologis saya tertekan,” ungkap Aidil.

Sebelumnya, Adil menulis berita dengan judul: Tak Bayar Kompensasi, Angkutan Tiang Pancang PLTU 3 dan 4 Dihadang Warga.

Isinya terkait puluhan warga Suak Puntong menyetop mobil pengangkut tiang pancang yang hendak masuk ke lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 3 dan 4. Akibatnya, kegiatan pembongkaran terhenti.

Kemudian, pihak PT Tuah Akfi Utama mengaku dirugikan dengan berita tersebut, sehingga melalui sejumlah orang mencari Aidil.

Awalnya Direktur PT Tuah Akfi Utama, Akrim mengirim pesan melalui WhatApps (WA) kepada Aidil dengan sangat tendensius bahwa, berita yang dibuat terkesan berat sebelah.

Padahal sebelumnya, Aidil sudah berusaha untuk mencari nomor kontak pihak PT IOT dan PT Tuah Akfi Utama. Tujuannya,  meminta konfirmasi terkait diberita yang diwartakan media ini.

Akrim kemudian mengajak Aidil untuk bertemu dan membahas masalah itu. Persis pukul 23.50 WIB, Akrim kembali melayangkan WA untuk ajak bertemu.

“Sebab ada keraguan dan bilang sedang ada tamu dari pemerintahan di Street Kupi Meulaboh. Karena itu, saya sampaikan kepada Akrim, jika ada waktu bisa ketemu do Street Kupi saja,” jelas Aidil.

Namun, tak berapa lama kemudian, ada pihak Akrim yang datang ke Street Kupi dan bertemu Aidil. Namanya Wak Jal dan Yatno.

Setelah duduk dan berbicara dengan Aidil, mereka minta mendengarkan rekaman Muhammadi, seorang warga desa setempat yang menjadi narasumber berita tadi.

Entah merasa tak puas, mereka mengajak Aidil untuk berbicara dengan Akrim di kantornya, Suak Ribe, Johan Pahlawan, Aceh Barat.

Selanjutnya, usai berkoordinasi dengan teman temannya, Aidil menuju kantor Akrim bersama Deni Sartika (wartawan Harian Rakyat Aceh). “Awalnya mereka berjanji dan menjamin tidak ada bersikap bertindak kasar  kepada saya,” ungkap Aidil.

Tiba di sana sekitar pukul 01.02 WIB dan ternyata sudah ada beberapa orang yang menunggu kehadiran Aidil. Salah satunya Dani, wartawan media online AcehPortal.

Tiba di ruang Akrim, Aidil duduk dan tak seberapa lama kemudian, dia dikejutkan dengan senjata api jenis pistol, yang dikeluarkan Akrim dari laci mejanya dan diserahkan kepada anak buahnya.

“Bahkan leher saya sudah dipegang oleh anggota di sana dengan mengeluarkan kata yang tendisius dan mau memukul saya,” ujar Aidil.

Melihat kejadian itu, seketika ada beberapa orang yang melerai, karena sudah ada yang menjamin bahwa saya tidak akan disentuh selama berada di Kantor PT Tuah Akfi Utama.

Lantas, Akrim menyodorkan surat yang telah dibuatnya untuk di tanda tangan di atas materai. Isinya,  untuk melakukan duel dengan Aidil satu lawan satu. Namun Aidil  menolak.

Selanjutnya, mereka terus mengeluarkan berbagai kata kata kepada Aidil dan menuduh berita tersebut salah.

Sumber: Modus Aceh

Shares: