News

Saat Utbah bin Rabi’ah Terdiam Mendengar Ayat Alquran

[Foto: Islampos]

(popularitas.com) – Nama lengkapnya adalah Utbah bin Rabi’ah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab al-Qurasyi al-Absyami. Dia memiliki anak bernama Abu Hudzaifah bin Utbah yang merupakan salah seorang pasukan penunggang kuda Rasulullah. Meski seorang anak, dia tak takut menghadapi ayahnya yang dikenal mulia di kalangan pembesar Quraisy.

Utbah dikenal di kalangan Quraisy dengan silsilahnya. Dia memperoleh kedudukan sosial yang tinggi di antara orang Quraisy. Di antaranya mengesampingkan hal-hal kecil, dan kesabarannya di masa muda yang umumnya terburu nafsu. Waktu terus berlalu. Ketika itu, dakwah Rasulullah terus menggema ke berbagai penjuru Makkah.

Umat Islam tumbuh. Semakin banyak orang Makkah bersyahadat mengakui tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Mengetahui fenomena ini, kaum kafir Quraisy merasa terancam dengan keberadaan umat Islam. Mereka mengkhawatirkan eksistensi dan kemuliaan mereka saat ini yang sudah didapat dengan susah payah.

Kaum kafir Quraisy pun tidak tinggal diam. Mereka pada mulanya melawan umat Islam. Kaum kafir menyiksa umat Islam, mengancam mereka dengan berbagai cara agar kembali menyembah berhala. Namun, cara itu dinilai tidak efektif. Karena kenyataannya, semakin banyak orang mengimani ajaran yang didakwahkan Rasulullah.

Terlebih, para pembesar Quraisy, seperti Hamzah bin Abdul Muthallib dab Abu Thalib berada di sisi Rasulullah. Mereka mendukung cucu Abdul Muthalib itu untuk mendakwahkan tauhid dan mengajak masyarakat kepada kebaikan. Hal ini membuat Utbah bin Rabiah menginisiasi gerakan kultural untuk melawan dakwah Muhammad.

Caranya bukan dengan kekerasan. Yang harus dilakukan adalah membangun persaudaraan dan simpati sehingga orang-orang dengan sendirinya meninggalkan ajaran yang dibawa putra Abdullah tesebut. Inisiasi itu disetujui para pembesar Quraisy. Utbah kemudian menindaklanjuti usulan itu dengan menemui Rasulullah di Masjidil Haram. Saat berada di dekat Ka’bah, Utbah duduk di samping sang nabi.

Dalam pembicaraan empat mata, Utbah menawarkan sejumlah hal. Jika ingin harta, orang-orang Quraisy siap memberikan hartanya untuk membuat kaya Muhammad. Kalau yang diinginkan adalah kekuasaan, Muhammad akan menjadi raja. Orang-orang Quraisy siap dipimpin.

Kemuliaan pun akan diberikan kepada Rasulullah kalau itu yang diinginkan. Tabib yang paling hebat mengobati penyakit akan menemani Rasulullah ke mana pun dan siap menyembuhkan segala penyakit bila datang. Namun, tawaran itu tidak gratis. Ada syaratnya, yaitu Rasulullah harus menghentikan dakwah Islam yang selama ini dijalankannya.

Mengetahui hal itu, putra Abdullah ini masih mendengarkan segala ucapan Utbah. Selesai bicara, kini giliran Rasulullah mengutarakan pendapatnya. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk membacakan ayat surah Fushilat dari pertama hingga ke-30. Mendengar ayat yang disusun dari kata-kata penuh makna tadi, Utbah tidak melanjutkan berbicara.

Rasulullah pada akhirnya berpesan bahwa akan terus mendakwahkan Islam sampai kapan pun. Utbah pun pulang dengan kegagalan. Bujuk rayunya tak mempan untuk mengajak Rasulullah menghentikan dakwah Islam. Kepada para pembesar Quraisy, Utbah menceritakan pengalamannya mendengarkan ayat Ilahi yang begitu indah.

Tersusun dari kata-kata Arab pilihan yang enak didengar. Penuh makna. Utbah pun tak sanggup membendung kekagumannya kepada Rasulullah. Mendengar cerita Utbah itu, para pembesar Quraisy semakin kecewa. Bahkan, mereka mengatakan, Utbah disihir Muhammad. Sejak itu, Utbah tak lagi berani mengganggu Rasulullah dan umat Islam di Makkah.

Meski, ketika itu, kaum Muslimin masih dalam jumlah tak seberapa, mereka solid dalam barisan. Saling mendukung untuk menguatkan eksistensi. Konsistensi dan komitmen memperjuangkan Islam menjadi pegangan mereka. Hal inilah yang membuat agama tersebut tumbuh dengan pesat hingga detik ini.

Sumber: Republika

Shares: