News

Sekjen Panglima Laot Aceh kurang sependapat penolakan imigran Rohingya

Sekjen Panglima Laot Aceh kurang sependapat penolakan imigran Rohingya
KET : Ratusan imigran Rohingya kini berdiam di Balee Meuseuraya Aceh (BMA) Banda Aceh, Senin (11/12/2023) malam. FOTO : popularitas.com/Hafiz Erzansyah

POPULARITAS.COM – Gelombang masuknya imigran Rohingya ke Aceh, harus disikapi dengan bijak oleh semua pihak. Terlepas dari pro dan kontra dari masyarakat, namun keputusan yang harus diambil oleh pemerintah harus berhati-hati.

Hal tersebut disampaikan oleh Sekjen Panglima Laot Aceh, Azwir Nazar, dalam keterangannya kepada popularitas.com, Rabu (13/12/2023) di Banda Aceh.

Ia menyatakan, menolak keseluruhan para imigran Rohingya bukan satu sikap yang bisa digeneralisasi. Sebab, tidak semua yang datang ke Aceh miliki karakter dan perilaku buruhk sehingga harus diusir dari daerah ini.

Apalagi secara hukum, sambungnya, bagi nelayan Aceh yang sedang melaut, jika mendapati adanya imigran yang terombang-ambil di laut, wajib hukumnya untuk ditolong dan dibantu.

“Hewan saja yang berada ditengah laut terombang-ambil wajib kita tolong. Apalagi ini manusia,” tandasnya.

Membantu para imigran Rohingya dilaut, sebatas tidak membahayakan dan tidak melanggar aturan agama dan negara maka harus dilakukan. Apalagi kita ketahui mereka tersebut merupakan umat muslim, tambahnya.

Dia menyebutkan, seharusnya masyarakat tidak dalam posisi menerima atau menolak imigran Rohingya, sebab keberadaan mereka mutlak jadi urusan negara dan lembaga internasional UNHCR. Namun, menolongnya sebatas kemampuan harus dilakukan sebagaimana layaknya membantu tamu.

Kita harus memahami bahwa, para imigran itu lari dari negara mereka dan dari kamp pengungsian tentu punya alasan kuat, yakni menghindari penganiayaan dan pembantaian dari rezim junta militer Myanmar.

“Bagaimanapun etnis Rohingya atau Rakhine ini adalah saudara kita muslim yang saat ini butuh bantuan,” tandasnya.

Jika diibaratkan, imigran Rohingya ini seperti warga Palestina yang saat ini dijajah Isrel. Jadi kita harus melihatnya dari perspektif tersebut, demikian Azwir Nazar.

Editor : Muhammad Fadhil

Shares: