FeatureHeadline

Usai tertunda lima tahun, PCNO diberikan ke Teguh Santosa

Usai tertunda lima tahun, PCNO diberikan ke Teguh Santosa
Teguh Santosa penulis buku Buldozer dari Palestina dan Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik saat membubuhkan tanda tangannya di kertas sampul bukunya di luncurkan, Minggu (30/7/2023) di di Jaya Suprana School of Performing Arts, Mall of Indonesia di Jakarta. FOTO : Zacky Ketua JMSI NTT

POPULARITAS.COM – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) punya tradisi tahunan, yakni pemberian penghargaan Press Card Number One (PCNO). Anugerah tersebut diserahkan pada puncak Hari Pers Nasional (HPN) saban tahunnya acara itu digelar.

PCNO diberikan kepada pewarta, yang dinilai berkontribusi besar bagi pengembangan pers ditanah air. Anugerah itu juga sebagai bentuk pengakuan kepada insar pers atas karya, kinerja profesional dan pengorbanan dan komitmen atas kemerdekaan pers, sepanjang karir profesionalitasnya sebagai pewarta.

HPN 2024 kali ini berbeda waktunya dengan peringatan tahun sebelumnya. Agenda Pemilu 2024, jadi dasar pertimbangan penting menggeser peringatan hari pers nasional ke tanggal 20 Februari 2024. Seyogyanya acara tersebut dilangsungkan setiap tanggal 9 Februari.

Selasa (20/2/2024), disela-sela ngopi disalah satu hotel di kawasan Ancol, Jakarta Pusat. Teguh Santosa mengungkapkan bahwa dirinya akan menerima PCNO di puncak HPN. Kalian kapan pulang, tanyanya kepada Akhiruddin Mahjuddin

Begitu mendengar kami harus berangkat keesokan harinya, Teguh lantas menimpali, ohh..kalau begitu kalian gak bisa hadirlah, sebab besok aku dapat PCNO, katanya malam itu saat menyeruput kopi bersamanya.

Bukan kebetulan saya, Akhiruddin dan Teguh Santosa ngopi di kawasan Ancol. Kehadiran kami bersama pengurus Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) lainnya dari penjuru nusantara, untuk hadiri Rapimnas dan resepsi HUT ke-4 organisasi perusahaan pers tersebut.

Penasaran dengan hal tersebut, saya kemudian menimpali dengan satu pertanyaan, Lho, bukannya PNCO sudah lama diberikan kepada Tum (panggilan kepada Teguh Santosa). Sebab, seingatku, pernah membaca berita bahwa pada 2019 di salah satu media nasional, salah satu penerima PCNO di HPN 2019 di Surabaya adalah Teguh Santosa. Kebetulan saya hadir di acara tersebut lima tahun lalu, dan terdengar nama Teguh Santosa sebagai salah satu penerimanya, selidikku.

Teguh tidak menjawab pertanyaan itu, sembari tersenyum dia hanya berkata, Alhamdulillah, setidaknya di HPN 2024 ini,  anugerah tersebut sudah saya terima, tandasnya.

Selasa (20/2/2024), bersama dengan sejumlah insan pers lainnya, Teguh Santosa diumumkan panitia HPN sebagai penerima PCNO. Terdapat juga nama lain, seperti, Hasril Chaniago (Sumatera Barat), Muhammad Syahrir (Sumatera Utara), Budiharjo (Bali), Sadagori Henoch Binti (Kalimantan Tengah), Kambali (Riau), Luna Agustin (Riau).

Press Card Number One (PCNO) yang diserahkan kepada Teguh Santosa, Selasa (20/2/204)

Kemudian, Hermanto Ansam (Riau), Sri Mulyadi (Jawa Tengah), Achmad Zaenal Muttaqin (Jawa Tengah), Widiyartono (Jawa Tengah), Adhi Wargono (DKI Jakarta), Budi Nugraha (DKI Jakarta), dan Norman Chaniago (PWI Pusat).

Teguh sendiri, mengawali karir profesionalnya sebagai wartawan bersama koran Rakyat Merdeka. Pria yang menamatkan kuliahnya di Universitas Padjajaran itu, sempat beberapa kali ditugaskan menjadi wartawan meliput perang di sejumlah negara.

Memilih keluar dari Rakyat Merdeka, Teguh lantas mendirikan Kantor Berita Politik RMOL. Ia juga sempat menjadi Ketua Bidang Luar Negeri PWI Pusat (2013-2018) dan Anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat (2018-2020). Dia juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Confederation of ASEAN Journalists (CAJ) pada tahun 2018. 

Berkat tulisan-tulisan dan konsentrasi pada perdamian dunia, Teguh kerap diundang menjadi pembicara di beberapa kegiatan internasional seperti di Korea Selatan, Korea Utara, Maroko, Kuba, dan Venezuela. 

Dia merupakan salah seorang petisioner masalah Sahara Barat  di PBB New York. Dia telah tiga kali tampil di forum tersebut, yakni pada 2011, 2012, dan 2023. Selain itu Teguh juga menjadi observer pemilu di Federasi Mikronesia (2009), Maroko (2011), dan Venezuela (2018 dan 2022). 

Teguh menyelesaikan pendidikan S-1 dari Universitas Padjadjaran Bandung dan S-2 dari University of Hawaii at Manoa (UHM), Amerika Serikat. Dia juga pernah menuntut ilmu di National University of Singapore (NUS). Kini Teguh sedang menyelesaikan pendidikan doktoral di Jurusan Hubungan Internasional Unpad.

Buku-buku yang telah ditulisnya adalah “Komisi I” (2009), “Di Tepi Amu Darya” (2018), “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” (2018), dan “Buldozer dari Palestina” (2022).

Selamat kepada Ketua JMSI Teguh Santosa, PCNO jadi penyemangat dan cemeti untuk terus melahirkan buah pikir terbaik bagi bangsa ini.  Sebelum kami bubar ngopi malam itu, Teguh berpesan, jangan pernah lelah dan letih mencintai Indonesia.

Shares: