HeadlineNews

Serangan NATO di Jembatan Krimea dan sikap Rusia tarik diri kesepakatan di Laut Hitam

Serangan NATO di Jembatan Krimea dan sikap Rusia tarik diri kesepakatan di Laut Hitam
Serangan di Jembatan Krimea. (Tangkapan layar YouTube channel Euronews)

POPULARITAS.COM – Dua warga sipil tewas dan satu lainnya luka berat dalam serangan mematikan di wilayah Rusia, persisnya di Jembatan Krimea. Ukraina sendiri, membantah pihaknya yang melakukan pengeboman atas jembatan tersebut.

Presiden Putin sendiri secara tegas akan membalas setiap tindakan militer yang menargetkan fasilitas sipil. Sebab, jembatan Krimea yang merupakan terpanjang di Eropa itu, tidak pernah digunakan militer dan selama ini menjadi sarana transportasi sipil.

Sejumlah analisis intelijen menyebutkan, jembatan tersebut di bom oleh kapal selam milik Inggris yang beroperasi di Laut Hitam. Dalam serangan itu, akibatkan jembatan krimea alami rusak berat dan tidak bisa di gunakan untuk aktivitas transportasi sipil.

Merespon hal itu, Presiden Putin mengatakan, pihaknya menarik diri dari kesepakatan ekspor biji-bijian dari Laut Hitam serta tidak menjamin keselamatan dan keamanan lalu lintas kapal-kapal yang membawa bijian-bijian yang melintasi laut hitam.

“Tidak ada jaminan keamanan terhadap kapal-kapal yang berlayar di Laut Hitam,” kata Presiden Rusia Vladimir Putin.

Reaksi Global atas situasi di Laut Hitam

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menyebut, keputusan Rusia menarik diri dari kesepakatan biji-bijian di Laut Hitam tidak masuk akal. Negara itu juga mendesak agar ekspor tetap dilanjutkan.

“Saya berharap setiap negara memperhatikan ini dengan sangat cermat, mereka akan melihat bahwa Rusia bertanggung jawab untuk menolak makanan bagi orang-orang yang sangat membutuhkan di seluruh dunia dan berkontribusi pada kenaikan harga saat banyak negara terus mengalami inflasi yang sangat sulit,” kata Blinken kepada wartawan di Departemen Luar Negeri AS, Senin (17/7).

Dia mengatakan bahwa kesepakatan biji-bijian menjadi perlu karena perang Rusia di Ukraina, dan menuding Moskow menggunakan pangan sebagai senjata.

Blinken mengatakan bahwa pasar sudah bereaksi terhadap keputusan Rusia dengan naiknya harga pangan.

Dia mengatakan Ukraina, AS, dan lainnya akan melihat apakah ada pilihan lain untuk mengirimkan biji-bijian melalui Laut Hitam ke pasar global.

Namun, Blinken mengingatkan jika Rusia mengakhiri inisiatif tersebut serta mengirim pesan bahwa biji-bijian dan produk pangan lainnya tidak dapat meninggalkan Ukraina tanpa hambatan, maka akan ada dampak yang sangat mencemaskan.

“Karena negara lain, perusahaan, pihak pengirim akan sangat khawatir tentang apa yang terjadi pada kapal-kapal dan personel mereka jika Rusia menentang ekspor produk makanan apa pun dari Ukraina,” ujar dia.

Lebih lanjut, Blinken menekankan pentingnya kesepakatan sukarela yang melibatkan semua pihak terkait dan didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memastikan keselamatan, keamanan, kepastian dalam pengiriman pangan dari Ukraina ke wilayah-wilayah yang sangat membutuhkan.

Kesepakatan biji-bijian Laut Hitam ditandatangani pada Juli 2022 di Istanbul oleh Ukraina, Rusia, PBB, dan Turki guna melanjutkan kembali ekspor biji-bijian dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina.

Kegiatan ekspor dari beberapa pelabuhan Ukraina di Laut Hitam sempat terhenti akibat perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada Februari 2022.

Pusat Koordinasi Bersama didirikan di Istanbul tahun lalu dengan pejabat dari tiga negara dan PBB untuk mengawasi pengiriman biji-bijian.

Kesepakatan itu telah diperbarui beberapa kali sejak itu, dan diperpanjang selama dua bulan lagi pada 18 Mei 2023.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Senin (17/7) mengatakan kepada wartawan bahwa dia sangat menyayangkan keputusan oleh Rusia untuk mengakhiri penerapan prakarsa kesepakatan biji-bijian, termasuk pencabutan jaminan keamanan navigasi di bagian barat laut Laut Hitam.

“Keputusan hari ini oleh Federasi Rusia akan menyerang orang-orang yang membutuhkan di mana pun,” kata dia.

Rusia menyatakan telah menarik diri dari kesepakatan yang memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijian melalui Laut Hitam setelah invasi tahun lalu, sebuah gerakan yang dikritik Barat dan memicu kekecewaan PBB.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow tidak setuju untuk memperpanjang kesepakatan tersebut dengan pihak PBB, Turki dan Ukraina setelah berakhirnya batas waktu pada Senin karena perjanjian lainnya yang seharusnya dilakukan bersamaan untuk mengekspor biji-bijian dan pupuk dari Rusia belum dilaksanakan.

Kementerian Luar Negeri Rusia memberi tahu ketiga pihak pada hari yang sama dengan penarikan dari kesepakatan tersebut, yang ditandatangani pada Juli tahun lalu.

Kemenlu Rusia juga mengatakan keamanan kapal komersial yang melewati Laut Hitam tidak lagi mendapat jaminan keamanan mulai Selasa.

“Ini benar-benar tindakan lain yang kejam,” kata Linda Thomas-Greenfield, duta besar Amerika Serikat untuk PBB, mengacu pada veto Rusia pekan lalu atas rencana memperpanjang pasokan bantuan kemanusiaan ke wilayah barat laut Suriah tempat oposisi berkuasa.

Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mengecam keputusan Rusia untuk menghentikan kesepakatan biji-bijian, seraya mengatakan, “keputusan ini menyakiti orang-orang termiskin dunia,”

“Saya mengutuk Rusia karena membuat seluruh dunia menjadi sandera,” kata wakil menteri luar negeri senior Jepang Shunsuke Takei, kepada Dewan Keamanan PBB dalam sidang Senin.

Shunsuke Takei juga menyatakan, pihaknya sangat menyesalkan bahwa Rusia memilih untuk “menyalahkan orang lain atas krisis yang telah diciptakan oleh agresinya.”

Shares: