HeadlineNews

Ancaman Covid-19 di Ruang Publik Mengintai Aceh

DPRK Usulkan Pemko Uji Usap 5.000 Warga di Banda Aceh
Ilustrasi, Tes Swab, 54 Warga Lhokseumawe Negatif Corona. (popularitas/Risky)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Jumlah kasus positif Covid-19 di Tanah Seulanga terus meningkat dalam sepekan ini. Mirisnya sudah terdapat satu orang bayi berusia 1 tahun asal Aceh Besar juga terkonfirmasi positif virus corona.

Total kasus positif di Tanah Rencong sekarang sudah mencapai 69 orang–termasuk seorang bayi. Pasien Covid-19 yang sedang dirawat 47 orang, sudah sembuh 20 orang, dan 2 orang meninggal dunia.

Jumlah kasus harian tertinggi sejak pertama kali ditemukan pasien positif di Aceh terjadi, Kamis (25/6/2020) dengan jumlah 13 orang. Termasuk seorang pejabat di Satpol PP-WH juga positif dan beberapa personel kepolisian sudah menjadi klaster baru di Aspol IOM Pagar Air, Aceh Besar.

Kurva positif virus corona di Serambi Makah belum menunjukkan melandai, apa lagi menurun. Justru akhir-akhir ini kasus positif terus meningkat tajam hingga total pada Jumat (26/6/2020) sebanyak 69 orang.

Sementara ruang publik seluruh Aceh mulai dilongkar menyusul ada kebijakan penerapan new normal. Destinasi wisata di kota Banda Aceh, Sabang dan sejumlah tempat lainnya mulai dibuka kembali. Kendati tetap harus mematuhi protokol kesehatan.

Begitu juga pusat perbelanjaan mulai dipadati pengunjung. Baik pasar tradisonal maupun modern seperti mal dan pusat perbelanjaan lainnya. Seperti di Suzuya Mal, tampak ramai didapati pengunjung.

Meskipun setiap pengunjung berbelanja di Suzuya mal diawajibkan menggunakan masker. Setiap pintu masuk petugas keamanan memeriksa suhu tubuh pengunjung.

Namun sesampai di dalam gedung, saat berbelanja tampak tidak ada jarak. Bahkan saling berdekatan dan berdempetan satu sama lain. Terlebih Jumat malam (26/6/2020) ada diskon besar-besaran buah-buahan.

Sehingga banyak pegunjung menyerbu pusat perbelanjaan tersebut. Di tempat buah-buahan, pengunjung saling berdekatan. Terutama saat pengunjung mengantri di timbangan buah untuk dilebelkan harga.

Tak ada jarak antara satu pengunjung dengan lainnya. Termasuk dengan petugas yang menimbang dan memberikan lebel harga. Saling bersentuhan satu sama lain dan jaraknya tidak seperti dianjutkan protokol kesehatan.

Begitu juga antrian di kasir saat hendak membayar belanjaannya. Antriannya cukup berdekatan, hingga bersentuhan dengan lainnya. Demikian juga dengan kasir cukup dekat. Kendati semua pelayan menggunakan masker dan sarung tangan.

Tentunya ini ancaman baru di ruang publik terjadinya penyebaran virus corona di Aceh. Terlebih akhir-akhir ini sudah ada pasien positif corona transmisi lokal. Selama ini kasus positif semua bawaan dari episentrum covid-19 dari daerah lainnya.

Tak hanya itu, pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh sudah dibuka kembali untuk setiap wisatawan yang hendak berlibur ke Pulau Sabang. Meskipun di pelabuhan tersebut menerapkan protokol kesehatan ketat.

Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman menegaskan, untuk memutuskan rantai penyebaran virus corona di ruang public maupun tempat lainnya. Bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Banda Aceh meminta agar razia terhadap pelanggar protokol kesehatan pencegahan Covid-19 gencar dilaksanakan.

Protokol kesehatan dimaksud antara lain penggunaan masker, ketersediaan tempat mencuci tangan atau minimal hand sanitizer, menjaga jarak aman (tidak berkerumun), pengecekan suhu tubuh, hingga rapid test dan uji swab.

Hal tersebut dinilai perlu dilakukan mengingat grafik pasien Covid-19 yang terus menanjak dalam beberapa hari terakhir.

“Ini ikhtiar kita agar penyebaran Corona tak semakin meluas,” kata Wali Kota Aminullah Usman.

Menurut Aminullah, target razia akan menyasar semua tempat keramaian seperti warung kopi, pusat perbelanjaan, hingga instansi pemerintah maupun swasta.

“Titik-titik di perbatasan kota juga menjadi konsentrasi razia untuk mencegah carrier Corona masuk ke dalam kota,” katanya.

Dalam razia itu, Forkopimda Banda Aceh akan menurunkan tim gabungan yang terdiri dari petugas Satpol PP/WH, polisi, TNI, dinas kesehatan, dan unsur terkait lainnya.

“Kita libatkan semua unsur terkait agar razia ini berjalan efektif. Harapan kita semua warga patuh akan protokol kesehatan sehingga tidak ada yang terjaring razia,” tukasnya.

Ia pun memohon dukungan dan kerja sama yang dari masyarakat, baik warga kota maupun luar kota agar protokol kesehatan pencegahan Covid-19 berjalan dengan semestinya di Banda Aceh.

“Ini semua untuk memutus mata rantai penyebaran Corona, demi keselamatan kita semua,” katanya.

Sementara itu Juru Bicara Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengingatkan potensi penyebaran Covid-19 di ruang public cukup besar. Ruang publik yang berpotensi sebagai penyebaran baru yakni ruang kantor, restoran, pusat perbelanjaan dan moda transportasi massal.

Menurut Yurianto, masyarakat pekerja dan pengelola bangunan kantor perlu mencermati beberapa situasi di lingkungannya. Ia mengatakan bahwa tak hanya protokol kesehatan, seperti jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan dilakukan selama bekerja di kantor. Beberapa hal lain perlu mendapatkan perhatian saat kita bekerja di ruangan.

“Yang pertama tentang pengisian ruang dengan jumlah orang, untuk meyakinkan bahwa setiap pekerja di kantor itu bisa menjaga jarak. Setidaknya satu setengah meter satu dengan yang lain,” ujar Achmad Yurianto saat memberikan keterangan pers di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, pada Jumat (26/6/2020) dikutip dari covid19.go.id.

Ia juga menambahkan bahwa interaksi para pekerja di ruangan yang lama akan berpeluang untuk terjadinya penularan. “Maka menjaga jarak dan tetap menggunakan masker sepanjang berada di ruang pekerjaan, ini menjadi sesuatu yang mutlak kita lakukan,” kata Yurianto.

Di sisi lain, Yurianto mengatakan bahwa pengaturan ventilasi dan sirkulasi udara penting untuk pencegahan, seperti penggunaan pendingin udara.

Menurutnya, pendingin udara sebisa mungkin tidak sepanjang waktu. Pengaturan pendingin udara dapat dimulai pada jam tertentu dan diupayakan juga setiap hari.

“Udara diganti dengan udara segar yang berasal dari luar,” ujarnya.

Tentunya, desain ruangan pada sebuah bangunan akan mempengaruhi cara kerja ventilasi maupun sirkulasi udara. Ia berkata, “Upayakan itu bisa kita lakukan, termasuk ruangan-ruangan di rumah kita.”

Selanjutnya, Yurianto mengingatkan potensi penyebaran di tempat makan atau restoran. Para pekerja kantor mungkin mengalami saat waktu istirahat pada siang hari. Mereka bertemu di suatu tempat untuk makan siang pada waktu yang relatif bersamaan.

“Ini akan dilakukan oleh semua orang dan banyak orang, dengan kapasitas yang kemudian harus kita batasi, seringkali disiplin ini tidak bisa dipenuhi sehingga jarak satu dengan yang lain tidak bisa dijaga, untuk lebih dari satu setengah meter,” ujarnya.

Ketiga, Yurianto menyampaikan bahwa potensi penyebaran dapat terjadi di transportasi massal, seperti commuter line. Pemerintah sudah mengantisipasi untuk moda transportasi commuter, dengan membagi beban penumpang pada dua waktu yang beda.

“Beberapa saat yang lalu, sesuai Surat Edaran nomor 8, maka kita membagi jam mulai bekerja, di dua gelombang, di jam 7:00 sampai 7.30, dan 10:00 sampai 10.30,” kata Yurianto.

Pengaturan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa kapasitas commuter dapat terisi oleh para penumpang sesuai dengan syarat aman jaga jarak.

Meskipun di tengah pandemi, sebagian besar masyarakat dihadapkan pada pekerjaan yang menuntut produktivitas. Menyikapi situasi ini, Yurianto mengingatkan untuk aman COVID-19 dengan menjalankan protokol kesehatan dengan baik.

“Ini yang harus kita maknai bersama, bahwa aktivitas di luar rumah semata-mata hanya untuk kepentingan produktivitas kita. Bukan berarti kepentingan-kepentingan yang bisa ditunda, yang tidak perlu dilakukan masih kita paksakan untuk kita lakukan,” jelasnya.

Oleh karena itu, ia mengimbau agar tetap berada di rumah dan keluar rumah hanya untuk hal yang sifatnya produktif. Menjaga jarak, menggunakan masker dan rajin mencuci tangan adalah jawabannya.[acl].

Penulis: A.Acal

Shares: