News

Luhut klaim Indonesia temukan cadangan litium raksasa

Luhut minta LSM di Indonesia diaudit
Luhut Binsar Pandjaitan (kiri) bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kanan) memberikan keterangan pers usai menggelar rapat tertutup terkait pembukaan bandara untuk PPLN, termasuk umroh di Surabaya, Jumat (11/3/2022). ANTARA/HO-HN

POPULARITAS.COM – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan penemuan sumber litium jumbo di wilayah Indonesia yang diharapkan akan memberikan dorongan signifikan bagi produksi kendaraan listrik.

“Saya baru mendapat laporan kemarin bahwa ditemukan sumber litium yang besar sekali di Indonesia,” kata Luhut dalam sambutannya di sela-sela rapat kinerja 2023 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (12/10/2023), dikutip dari beritasatu.com, jaringan popularitas.com.

Saat ini Indonesia diketahui tidak mempunyai cadangan litium, salah satu komponen penting dalam produksi baterai kendaraan listrik.

Luhut belum memberikan perincian lebih lanjut, seperti jumlah cadangan dan lokasi penemuan litium itu. Tangan kanan Jokowi itu menyebut bahwa temuan ini membuat Indonesia memiliki salah satu komponen penting dalam pengembangan kendaraan listrik dan dapat mengurangi ketergantungan pada negara lain.

“Tadinya kita mau cari dari Australia, sekarang kita punya dan sumbernya besar sekali,” tambahnya.

Penemuan ini melengkapi potensi sumber daya alam Indonesia, terutama untuk pengembangan kendaraan listrik, yang sebelumnya sudah memiliki nikel dan kobalt sebagai komponen penting.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, juga mengungkapkan bahwa industri otomotif dalam negeri telah berkembang cukup pesat, meskipun masih relatif kecil di tingkat pasar global. Produksi saat ini mencapai sekitar 1,4 juta unit mobil, dengan 400.000 unit di antaranya diekspor.

Pemerintah menargetkan produksi 600.000 mobil listrik dalam tujuh tahun atau hingga tahun 2030. Saat ini, kapasitas produksi masih sekitar 30.000 hingga 40.000 unit, tetapi diharapkan dapat meningkat menjadi 600.000 dengan persiapan infrastruktur yang memadai.

“Dalam tujuh tahun, 30.000 hingga 40.000 itu harus naik menjadi 600.000 itu yang kami perlu siapkan dan tentunya bukan hanya pabrik datang, kami juga siapkan pasarnya, juga harus siap infrastruktur isi ulang. Kami optimistis dan harus kerja keras,” ujar Rachmat Kaimuddin.

Shares: