News

Pemerintah Minta Nelayan Aceh Timur Jeli Perhatikan Tapal Batas

Ilustrasi nelayan sedang berlabuh di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Ulee Lheue, Banda Aceh | Foto: Boy Nashruddin Agus

BANDA ACEH (popularitas.com) – Pemerintah meminta nelayan Aceh Timur yang kerap tertangkap memasuki wilayah negara lain untuk lebih jeli memerhatikan tapal batas. Mereka juga diminta untuk tidak mengulangi perbuatan serupa.

Hingga pertengahan April 2019, sudah dua kali nelayan asal Aceh Timur yang tertangkap masuk ke perairan negara Myanmar. Gelombang pertama sebanyak 14 orang, dan belakangan 22 nelayan. Kesemua nelayan tersebut berasal dari Aceh Timur yang mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan.

Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Aceh, Yusri, saat menyerahkan 22 nelayan di Pendopo Bupati Aceh Timur, Selasa, 16 April 2019, mengisahkan bagaimana komunikasi alot yang dibangun untuk mengembalikan puluhan nelayan tersebut ke kampung halaman mereka. Namun, komunikasi yang dibangun antara Pemerintah Aceh dengan Pemerintah RI dan Pemerintah Myanmar tidak mampu melepaskan sang kapten kapal.

Apalagi kasus pelanggaran wilayah tersebut terjadi dalam rentang waktu berdekatan. Yusri mewakili Kepala Dinas Sosial Aceh, Al Hudri, menyebutkan sebelumnya Dinsos Aceh baru saja memulangkan 14 nelayan minus kapten kapal yang berasal dari Aceh Timur.

Ke 14 nelayan itu bahkan diantarkan langsung oleh Kedutaan Besar RI untuk Myanmar, Irjen Pol Iza Fadri. Pihak Kedubes RI dalam serah terima tersebut berpesar agar tidak ada lagi nelayan Aceh yang masuk ke wilayah perairan negara lain, karena merupakan pelanggaran hukum.

Namun, tidak berapa lama usai serah terima 14 nelayan itu, lagi-lagi Myanmar menangkap 23 nelayan asal Aceh Timur yang masuk ke wilayah mereka.

“Mendapat kabar tersebut, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah memerintahkan Kepala Dinas Sosial Aceh agar membangun komunikasi dengan Kedubes RI di Myanmar,” ungkap Yusri.

Kadis Sosial kembali membangun komunikasi dengan Kedubes RI untuk mencari solusi terkait upaya pemulangan para nelayan tersebut. Lagi-lagi, upaya tersebut berbuah hasil.

“Hal ini tentu tidak mudah dan serta merta, melainkan membutuhkan usaha yang panjang. Intinya Pemerintah Aceh tidak pernah tinggal diam,” tegasnya.

Yusri berharap agar kejadian serupa tidak terulang kendatipun sebagian besar penduduk Aceh Timur adalah para nelayan.

“Kita tidak bisa memungkiri itu (nelayan). Tapi taatlah aturan untuk tidak melewati batas batas negara orang,” tegasnya.

Sementara itu, Bupati Aceh Timur, Hasballah M Thaib atau akrab disapa Rocky, mengucapkan terimakasih kepada pihak Kementerian Luar Negeri, Kedutaan Besar RI untuk Myanmar, serta Pemerintah Aceh yang telah berhasil memulangkan 22 warganya dengan selamat hingga ke kampung halaman.

Dia mengatakan terdapat sekitar 12 ribu warga Aceh Timur yang berprofesi sebagai nelayan. Inilah yang membuat mereka harus lebih jeli memperhatikan batas-batas negara.

Rocky mengaku sudah meminta pihak Kemenlu untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada para nelayan di Aceh Timur agar kejadian serupa tidak kembali terulang.

“Kenapa saya minta ke Kementerian Luar Negeri, karena daerah yang banyak nelayan itu adalah Aceh Timur sehingga perlu diberikan pemahaman oleh pihak Kementerian Luar Negeri. Soal kapan mereka turun kita tunggu saja,” katanya.* (BNA/RIL)

Shares: