EkonomiNews

Perputaran uang di Pekan Kebudayaan Aceh ke-7 estimasi capai Rp100 miliar

Amiruddin memperkirakan, selama pergelaran PKA VII potensi perputaran uang bisa mencapai Rp100 miliar. Dalam setiap kegiatan, pihaknya mengaku telah membuat perhitungan yang menguntungkan. Keuntungan yang dimaksud bukan kepada pemerintah, melainkan kepada masyarakat Aceh sendiri.

BANDA ACEH (popularitas.com) : Pergelaran Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VII disambut antusias oleh masyarakat. Animo penyambutan PKA VII bisa dilihat dari ramainya masyarakat yang hadir sejak pembukaan di Stadion Harapan Bangsa dan ramainya warga di 16 titik lokasi pergelaran PKA VII.

Pada pergelaran PKA kali ini, masyarakat yang hadir tidak hanya dari Provinsi Aceh saja, namun juga dari daerah lain di Indonesia dan warga negara internasional, seperti dari Malaysia, Brunei Darussalam, hingga Sudan dan Rusia.

“PKA VII ini terbuka untuk dunia. Karena itu sangat wajar pesta akbar ini meriah. kita melihat antusias masyarakat kita untuk PKA ini besar sekali,” ujar Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Amiruddin dalam konferensi pers di Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh, Rabu (7/8/2018).

Oleh sebab itu, Amiruddin mengharapkan kolaborasi dari semua pihak untuk menyukseskan PKA VII hingga 15 Agustus mendatang. Dalam PKA kali ini, masyarakat bisa menikmati atraksi adat budaya, seni kreasi, kuliner khas, hingga permainan tradisional.

Amiruddin mengatakan, selain menampilkan kebudayaan yang berkembang di Provinsi Aceh, perhelatan PKA VII juga bertujuan menggerakkan ekonomi masyarakat. Menurut data Badan Pusat Statistik Aceh, jumlah wisatawan mancanegara di Aceh terus bertambah setiap tahun, karena itu pada PKA VII kali ini pihaknya melakukan pertemuan dengan biro perjalanan luar negeri untuk berbagi pengalaman dan bisnis.

Amiruddin memperkirakan, selama pergelaran PKA VII potensi perputaran uang bisa mencapai Rp100 miliar. Dalam setiap kegiatan, pihaknya mengaku telah membuat perhitungan yang menguntungkan. Keuntungan yang dimaksud bukan kepada pemerintah, melainkan kepada masyarakat Aceh sendiri.

“Mudah-mudahan (PKA VII) ini menjadi tolak ukur bagi kita semua terkait perputaran dan tingkat ekonomi kreatif di Aceh. Kita bersama harus berpikir kreatif untuk memajukan ekonomi Aceh,” kata Amir.

Ia mengatakan, PKA VII kali ini disebar pada 16 titik lokasi, salah satunya untuk memecah konsentrasi masyarakat agar tidak bertumpuk di Taman Sulthanah Safiatuddin saja. Selain itu, ada banyak alternatif tempat bagi pedagang karena PKA digelar dibeberapa tempat. Pada Taman Sulthanah Safiatuddin, hanya bisa ditampung 428 pedagang kaki lima.

“Karena itu, semuanya di 16 lokasi bisa dijadikan tempat mencari rezeki bagi pedagang, karena itu kita bagi penyelenggaraan PKA kali ini ke 16 lokasi agar pedagang tidak menumpuk di satu tempat,” jelas Amiruddin.

Ia mengatakan, ada tiga panggung besar yang dibuka selama pergelaran PKA VII, yaitu di Taman Bustanussalatin, Taman Sulthanah Safiatuddin, dan Blang Padang. Ia berharap semua masyarakat menjaga lokasi PKA agar tetap aman dan tidak dirusak.

Sementara itu, Kabid Sejarah dan Nilai Budaya Disbudpar Aceh, Irmayani mengatakan, selama ini Provinsi Aceh sudah menjadi salah satu destinasi wisata halal dunia. Dengan begitu, daerah Aceh menjadi lebih menarik di mata wisatawan. Melalui kegiatan PKA, lanjutnya, pemerintah ingin memperlihatkan bahwa aceh benar-benar hebat dan bersyariat.

“Jadi membuat event ialah salah satu upaya menarik wisatawan ke Aceh. Jadi makin banyak wisatawan ke Aceh, makin baik pula perekonomian masyarakat. Karena wisatawan yang datang ke Aceh pasti membelanjakan uangnya di Aceh.

Ia berharap, pengunjung PKA VII bisa menjaga kebersihan lingkungan dan kerapian lokasi PKA. Ia juga berharap seluruh stakeholder membantu suksesnya pergelaran PKA 2018. (Adv)

Shares: