News

Tersangka Penembakan di Masjid Christchurch Bakal Jalani Tes Kejiwaan

Pelaku penembakan di Masjid Al Noor, Selandia Baru memasuki ruang sidang dengan tangan diborgol | Repro Tempo.co

CHRISTCHURCH (popularitas.com) – Pria yang dituduh membunuh 50 orang dalam serangan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, bulan lalu, diperintahkan untuk menjalani tes kejiwaan.

Brenton Tarrant, warga negara Australia berusia 28 tahun ini akan menemui pakar kejiwaan untuk menentukan apakah dia layak menjalani sidang, atau dianggap tidak waras, ujar hakim pengadilan tinggi Cameron Mander.

Tarrant menghadiri persidangan yang penuh sesak oleh kerabat dari para korban.

Dia menghadapi tuntuhan berlapis, yakni 50 kasus pembunuhan dan 39 kasus percobaan pemunuhan.

Dia tidak diperbolehkan mengajukan pembelaan.

Serangan yang dia lakukan bulan lalu merupakan aksi penembakan massal yang paling mematikan yang pernah dialami Selandia Baru.

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, menyebut serangan itu sebagai salah satu “hari tergelap” Selandia Baru.

Dia telah berjanji untuk melarang semua jenis senjata semi-otomatis dan senapan serbu.

Apa yang terjadi di pengadilan?

Pada sidang yang digelar Jumat (05/04) pagi, Hakim Mader memerintahkan bahwa dua pemeriksaan kejiwaan akan dilakukan untuk menentukan kondisi kesehatan mental tersangka.

Tersangka terlihat mendengarkan dengan seksama selama sidang yang digelar singkat itu. Dia tidak memberikan komentar apa pun.

Usai persidangan, hakim mengirimnya kembali ke tahanan, sementara pengadilan berikutnya akan digelar 14 Juni mendatang.

Bagaimana serangan itu terjadi?

Tahanan ditangkap pada 15 Maret karena keterlibatannya dalam penembakan di masjid Al Noor dan Linwood, keduanya berlokasi di Christchurch.

Saat melakukan serangan, dia pertama kali berkendara ke masjid Al Noor, memarkirkan mobilnya di dekat masjid dan mulai menembaki masjid saat dia berjalan masuk melalui pintu depan.

Dia menembaki pria, perempuan dan anak-anak di dalam masjid selama lima menit. Dia menyiarkan langsung serangan itu di media sosial, dari kamera yang dipasang di kepala dan mengidentifikasi dirinya dalam rekaman itu.

Tersangka kemudian disebut mengemudi sekitar lima kilometer ke masjid Linwood dimana penembakan kedua terjadi.

Pria yang dipersenjatai dengan senapan semi-otomatis termasuk AR-15, diyakini telah memodifikasi senjatanya dengan magazin -bagian dari senjata untuk menyimpan amunisi – berkapasitas tinggi, sehingga senjatanya dapat menyimpan lebih banyak peluru.

Dia saat ini ditahan di penjara Auckland di Paremoremo, yang dianggap sebagai penjara yang paling ketat di Selandia Baru.

Bagaimana tanggapan Selandia Baru?

Kurang dari seminggu setelah serangan, Addern mengumumkan Selandia Baru akan melarang semua jenis senjata semi-otomatis dan senapan serbu.

Dia berharap undang-undang baru ini akan berlaku mulai pekan depan pada 11 April

Bagi pemilik senjata tersebut, bisa menyerahkan senjata itu dengan skema pembelian kembali.

Kebanyakan warga di Selandia Baru hingga kini masih mencoba berdamai dengan pembunuhan massal.

Lebih dari 20.000 menghadiri upacara peringatan untuk menghormati 50 korban penembakan pada bulan lalu.

Seluruh 50 nama korban yang tewas dalam serangan dibacakan di acara tersebut oleh anggota komunitas muslim di kota Christchurch.

Para korban termasuk pria, perempuan dan anak-anak, kebanyakan adalah kaum imigran yang berasal dari berbagai negara, termasuk salah satunya dari Indonesia.

Korban termuda baru berusia tiga tahun.*

Sumber: BBC.CO.UK

Shares: