NewsPolitik

Mualem Sebut 14 Tahun Partai Aceh Sudah Saatnya Mencari Tantangan Baru

Mualem memberi sambutan pada perayaan milad ke-14 Partai Aceh di kantor DPA PA, Rabu (7/7/2021). (Muhammad Fadhil/popularitas.com)

POPULARITAS.COM – Dewan Pimpinan Pusat Aceh (DPA) Partai Aceh merayakan milad ke-14 di kantor DPA setempat, Rabu (7/7/2021). Peringatan ini dihadiri langsung Ketua Umum, Muzakir Manaf alias Mualem.

Mualem mengatakan, umur 14 tahun dalam proses perjalanan manusia adalah sebuah fase yg cukup menarik, anak laki-laki dalam umur ini biasanya sudah memasuki fase akil baligh dan dalam ilmu medis dikenal dengan fase pubertas atau puber.

Menurut Mualem, fase ini adalah fase di mana seorang manusia sudah matang secara fisik dan terjadi perubahan dari tubuh seorang anak menjadi tubuh orang dewasa.

Di sisi lain, kata dia, secara tingkah laku dan psikologis juga mengalami perubahan, biasanya seseorang yang memasuki tahap puber akan lebih berani bersikap dan sangat tertarik pada tantangan-tantangan baru.

“Partai Aceh dalam umur 14 tahun ini juga akan mengalami hal yang sama,” kata Mualem dalam sambutannya.

Ia menjelaskan, perjalanan 14 tahun ke belakang lebih didominasi dengan proses pembelajaran, hal ini disebabkan karena Partai Aceh adalah sebuah partai yang baru saja didirikan setelah konflik yang sangat panjang.

Konflik tersebut, kata Mualem, merupakan konflik berdarah-darah antara rakyat Aceh dengan Pemerintah Republik Indonesia yang telah menelan korban puluhan ribu nyawa manusia dari kedua belah pihak.

Menurutnya konflik tersebut terus terjadi sambung menyambung semenjak Aceh bergabung dengan NKRI dan seperti tidak akan pernah berakhir.

“Tetapi berkat rahmat Allah SWT melalui cara-cara Nya yang ghaib, Aceh dan RI dapat berdamai di bawah pantauan masyarakat dunia Internasional yamg secara pro-aktif terlibat dalam proses perdamaian tersebut,” katanya.

Menurut Mualem, perdamaian itu pula yang telah mengubah pola perjuangan rakyat Aceh dalam menuntut hak-haknya. Jika ketika masa konflik pola perjuangan dengan menggunakan perang bersenjata maka setelah adanya perdamaian pola perjuangan harus menggunakan pola politik yang demokratis.

“Itulah sebabnya Gerakan Aceh Merdeka atau GAM kemudian mendirikan partai politik untuk meneruskan perjuangan rakyat dengan cara-cara demokrasi,” ucap Mualem.

Mualem menambahkan, dalam perjalanan 14 tahun ini, tentu banyak tantangan dan kendala yang dihadapi oleh Partai Aceh, dari mulai tantangan dan serangan dari pihak-pihak yang tidak senang dengan perdamaian Aceh.

Mereka bahkan diklaim melakukan pembakaran terhadap kantor-kantor Partai Aceh di beberapa kabupaten/kota seperti yang terjadi di Atu Lintang yang menewaskan 5 orang kader di dalam kantor tersebut.

“Mereka juga melakukan penembakan dan teror kepada kader dan pendukung Partai Aceh. Sampai pada tantangan dan kendala lainnya seperti kualitas SDM yang memiliki disparitas (jarak) yang cukup jauh, kurangnya anggaran bahkan sampai pada tidak fahamnya kader-kader partai terhadap sistem perpolitikan di Indonesia,” pungkasnya.

Editor: dani

Shares: