News

WHO Minta Indonesia GUnakan Tes RT-PCR untuk PDP dan ODP

WHO Minta Indonesia GUnakan Tes RT-PCR untuk PDP dan ODP
Ilustrasi ODP dan PDP virus corona di Indonesia. (CNN Indonesia/ Farid)

JAKARTA (popularitas.com) – Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan, PDP dan ODP merupakan kontributor kematian kasus virus corona.

Ia menilai imbauan Badan Kesehatan Dunia (WHO) kepada Indonesia untuk menggunakan tes RT-PCR untuk PDP dan ODP virus corona Covid-19 sudah tepat.

“Saya sangat sepakat (dengan WHO). Artinya kita juga sekaligus bisa menghemat dan lebih memprioritaskan pada PDP dan ODP yang selama ini jadi salah satu kontributor kematian,” ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Selasa (14/7/2020).

Dicky menuturkan PDP dan ODP penting diperiksa di tengah pandemi Covid-19. Sebab, dia menyebut mereka adalah terduga pasien Covid-19 yang harus dipastikan. Selama ini, telatnya deteksi menjadi faktor jumlah kematian meningkat.

Lebih lanjut, Dicky menyampaikan salah satu indikator penting pandemi yang harus selalu dipantau dan disajikan ke publik adalah positive rate per daerah dan nasional. Dia berkata pemerintah harus melakukan satu tes per 1.000 orang per minggu.

Sebelumnya, WHO mendesak Indonesia untuk melakukan lebih banyak tes PCR pada orang yang dicurigai terinfeksi virus corona. Desakan itu disampaikan seiring dengan tingginya angka kematian PDP dan ODP.

“Indonesia memiliki angka kematian secara substansial tinggi pada pasien PDP dan ODP. Oleh karena itu, tes PCR harus diprioritaskan untuk diagnosis kasus PDP dan ODP daripada untuk tes lanjutan pada pasien yang hendak dipulangkan,” kata WHO dalam laporan terbarunya untuk Indonesia seperti mengutip Strait Times.

“Jika positive rate belum di bawah 5 persen dan proporsi test masih jauh dari 1 persen total populasi maka jangan merasa aman,” ujarnya.

Di sisi lain, Dicky juga berkata tenaga medis juga harus dites. Sebab, dia menyebut jumlah kasus dan kematian yang melibatkan tenaga medis semakin meningkat,

“Saya menyarankan semua tenaga medis di tes RT-PCR dan selanjutnya diberi protokol ketat untuk mencegah penularan, termasuk penguatan jumlah dan kualitas APD-nya. Selain itu secara berkala dilakukan tes lagi, bisa berdasar indikasi atau gejala dan surveilans,” ujar Dicky.[acl]

Shares: