FeatureHeadline

Aceh tolak etnis Rohingya

Aceh tolak etnis Rohingya
Etnis Rohingya saat terdampar di Kuala Gigieng, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Minggu (8/1/2023) siang. Foto: Muhammad Fadhil/popularitas.com

POPULARITAS.COM – Masyarakat Aceh, sepertinya sudah jengah terhadap keberadaan imigran ilegal etnis Rohingya. Beberapa waktu lalu, kedatangan mereka disambut haru-biru oleh masyarakat. Dasar kemanusiaan dan sebagai sesama umat muslim, saat itu mereka diselamatkan nelayan dari laut, ditarik kedarat dan berbondong-bondong warga memberikan bantuan.

Berbagai persoalan muncul kemudian usai etnis Rohingya itu ditampung di sejumlah daerah di Aceh. Aksi pencurian, pelarian ke luar daerah, dan pelanggaran syariat, menjadi catatan masyarakat Aceh terhadap keberadaan mereka.

Beberapa kali, polisi menggagalkan upaya etnis Rohingya keluar dari penampungan. Mereka dibawa lari, baik ke Medan, atau tempat-tempat lain yang seperti sudah direncanakan.

Modus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) pun, kini jadi masalah bagi bagi kepolisian di daerah ini. 

Warga Gampong Pante Sukon, Bireuen, Kamis (16/11/2023), mendatangi pesisir pantai. Kedatangan ratusan masyarakat, sebab mengetahui 249 etnis Rohingya mendarat di daerah tersebut. 

Warga kemudian menolak dan meminta ratusan imigran ilegal itu untuk meninggalkan desa mereka. Namun warga bersedia memberikan bantuan makanan, bahan bakar dan juga kapal untuk menarik boat pengangkut etnis itu kembali ke laut.

Karna diusir oleh warga, para imigran itu akhirnya melabuhkan pendaratan di Desa Ule Madon, Aceh Utara.

Kurang dua hari dari kedatangan imigran ilegal itu, Selasa (14/11/2023), 200 etnis Rohingya juga mendarat di Pantai Kulee di Pidie. Lantas, sehari berikut 174 imigran tersebut kembali masuk ke perairan Aceh tepat di Kecamatan Batee, Pidie.

Di Sabang, ratusan warga menolak kedatangan etnis Rohingya di daerah tersebut. Imigran ilegal yang memasuki kawasan itu pada Sabtu (2/12/2023) di usir oleh masyarakat setempat.

Bahkan, puluhan emak-emak membongkar paksa tenda-tenda yang dipasang oleh UNCHR dan meminta para imigran ilegal itu tinggalkan sabang. Akhirnya, Pemko Sabang menampung sementara etnis tersebut di kantor walikota.

Etnis Rohingya masalah nasional akan dikembalikan ke negara asal

Menteri Kordinator Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam) Mahfud MD menyebutkan, saat ini terdapat 1.447 jiwa etnis Rohingya yang telah memasuki Indonesia. Menurutnya, persoalan kedatangan imigran ilegal itu jadi perhatian serius pemerintah dan jadi masalah tersendiri bagi bangsa.

Untuk itu, kata Mahfud MD, di Jakarta, Selasa (5/12/2023), pemerintah Indonesia akan berkordinasi dengan lembaga PBB, guna mencari jalan keluar untuk mengembalikan imigran ilegal itu kembali ke negara asal.

Prinsipnya, tambah Mahfud MD, Indonesia akan memberikan bantuan kemanusiaan. Sembari mengupayakan pengembalian mereka ke negaranya. 

Indonesia dijadikan tujuan etinis Rohingya, sebab sejumlah negara lain, seperti Malaysia, Australia, telah secara tegas menolak kehadiran mereka, jelasnya kemudian.  “Warga Aceh sebenarnya sudah menolak,” sebut Mahfud. 

Mahfud MD sebut kasus Brigadir J bukan kasus kriminal biasa
Menko Polhukam Mahfud MD. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj

Penolakan tersebut tentu wajar, sebab disini warga juga punya keperluan atas tanah, makanan dan tempat tinggal. Nah, mau ditempat di Riau dan Medan sudah penuh. Jadi pilihannya kita kembalikan negara asal, tandas Mahfud MD.

Pihaknya sendiri, akan menggelar rapat kordinasi dengan berbagai piha guna mencari cara mekanisme pengembalian etnis Rohingya ke negara asal. Hal tersebut itu nanti akan dikordinasikan dengan PBB, tambah Mahfud MD.

Presiden RI Joko Widodo telah memerintahkan Menkopolhukam Mahfud Md. untuk menangani masalah pengungsi Rohingya yang masuk ke wilayah Indonesia dengan melibatkan pemerintah daerah dan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR).

Sebelumnya, UNHCR menyebut pengungsi Rohingya tidak datang ke Indonesia untuk mengeksploitasi Indonesia atau keramahan masyarakat Indonesia. Sebaliknya para pengungsi Rohingya disebut UNHCR sebagai orang-orang tangguh yang jika dikaryakan akan berkontribusi besar kepada masyarakat.

Editor : Muhammad Fadhil

Shares: