KesehatanNews

Ahli Jelaskan Potensi Penyebaran Virus Corona di Dalam Pesawat

Ilustrasi, penumpang pesawat. (Foto: Okezone)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Penyakit menular, seperti flu, influenza dan virus Corona mudah menyebar di dalam ruangan, salah satunya dalam mode transportasi pesawat. Direktur medis pengawasan antimikroba dan pengendalian infeksi di University of Chicago Medicine, Emily Landon, pun menyebut penularan bisa terjadi dalam jarak satu meter selama 10 menit atau lebih.

Berbagai penyakit pernapasan, termasuk virus Corona bisa menyebar melalui droplet yang menempel di permukaan, seperti kursi pesawat dan meja. Bahkan virus tersebut bisa bertahan dalam hitungan jam atau mungkin lebih lama.

Sebelumnya pada 2018 lalu, sebuah riset dilakukan kelompok penelitian bernama FlyHealthy Research Team yang mempelajari bagaimana virus bisa menyebar di dalam pesawat selama perjalanan berlangsung. Mereka mengobservasi perilaku penumpang dan kru kabin dari 10 rute penerbangan Amerika Serikat, dengan rentang waktu 3,5-5 jam.

Dari studi ini, peneliti melihat para penumpang tidak hanya duduk selama penerbangan. Mereka bisa berjalan untuk pergi ke toilet, mengambil barang yang ada di bagasinya, hingga merenggangkan kaki. Hal ini yang memungkinkan terjadinya penyebaran virus.

Penelitian yang dipimpin oleh Vicki Stover Hertzberg dan Howard Weiss dari Emory University tak hanya mengamati perilaku penumpang, tetapi juga pada bagaimana penularan dari kontak fisik yang terjadi. Mereka mengestimasi sebanyak apa kedekatan fisik antar manusia yang bisa menyebabkan transmisi penyakit di dalam pesawat.

“Misalnya Anda duduk di kursi lorong (aisle) dan saya berjalan ke toilet. Kita akan berada dalam jarak yang dekat, sekitar satu meter,” kata Howard Weiss, Profesor Biologi dan Matematika di Penn State University, Kamis, 11 Juni 2020.

“Jika saya terinfeksi virus itu, saya bisa mentransmisikan (menularkan) penyakit tersebut pada Anda,” lanjutnya.

Studi yang dilakukan pada 2018 ini membuktikan mayoritas penumpang yang meninggalkan bangkunya untuk dua hal, bisa karena berjalan ke toilet atau sekedar mengecek tempat penyimpanan barang di atas kepala.

Sebanyak 38 persen penumpang meninggalkan bangkunya setidaknya sekali selama penerbangan, sedangkan 24 persen bisa melakukannya lebih dari sekali. Sisanya, 38 persen penumpang memilih untuk tidak beranjak dari bangkunya sama sekali.

Penelitian ini juga membuktikan penumpang yang duduk di bangku dekat jendela memiliki kontak atau interaksi yang lebih sedikit dibandingkan tempat duduk lainnya. Mereka yang duduk di dekat jendela melakukan 12 interaksi, sementara bangku lainnya bisa mencapai 58-64 interaksi.

Namun, ini akan berbeda jika yang terinfeksi adalah kru kabin pesawat. Hal ini karena interaksi yang dilakukan antara kru kabin dan penumpang berlangsung lebih lama.

“Itulah kenapa para kru kabin yang sakit tidak diperbolehkan ikut terbang,” ujar Weiss.

Sumber: Detik

Shares: