News

Erdogan Kalah di Ibukota Ankara

Pendukung CKP merayakan kemenangan di ibukota Turki | Foto: BBC

ANKARA (popularitas.com) – Partai politik pimpinan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengalami kekalahan di ibu kota Ankara dalam pemilihan umum kepala daerah.

Secara nasional, aliansi Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) telah memenangi lebih dari 51% suara dalam pilkada ini.

Namun, di kota terbesar Turki, Istanbul, baik Partai AK maupun kubu oposisi sama-sama mengklaim berhasil merebut suara mayoritas.

“Jika ada kekurangan, adalah tugas kita untuk memperbaikinya,” kata Erdogan.

Sebelumnya, Erdogan mengatakan pemilu daerah adalah soal “kelangsungan hidup” Turki dan Partai AK.

Pilkada ini berlangsung di tengah kelesuan ekonomi dan dianggap sebagai referendum atas kepemimpinan Erdogan.

Lebih dari 57 juta orang di Turki terdaftar sebagai pemilih untuk memilih wali kota dan anggota dewan.

Apa hasilnya?

Media di Turki menyebut Mansur Yavas dari Partai Rakyat Republik (CHP) yang sekuler telah menang mutlak di Ankara.

Akan tetapi, baik CHP maupun AKP sama-sama mengklaim kemenangan dalam pemilihan wali kota Istanbul yang selama ini di bawah kekuasaan AKP.

Kandidat CHP, Ekrem Imamoglu, menyatakan dirinya menang dengan selisih hampir 28.000 suara. Sedangkan AKP mengklaim kandidatnya, mantan Perdana Menteri Binali Yildirim, unggul 4.000 suara.

Kedua kandidat dilaporkan menerima lebih dari empat juta suara masing-masing.

CHP juga mengklaim telah memenangi pilkada di Izmir, kota terbesar ketiga di Turki.

Bagaimana reaksinya?

“Rakyat telah memilih demi demokrasi. Mereka telah memilih demokrasi,” ujar ketua CHP, Kemal Kilicdaroglu

Sementara itu, Erdogan yang berbicara di hadapan para pendukungnya di Ankara, mengindikasikan AKP mungkin kalah di Istanbul.

“Kalaupun orang-orang kita kehilangan mayoritas, mereka memberikan distrik-distrik kepada Partai AK,” ujarnya.

Erdogan berikrar untuk fokus pada penanganan ekonomi Turki menjelang pemilihan umum nasional pada 2023 mendatang.

Wartawan kawakan, Rusen Cakir, mengatakan pilkada tersebut “bersejarah seperti 1994”, merujuk tahun ketika Erdogan terpilih sebagai wali kota Istanbul.

“Ini adalah deklarasi bahwa selembar halaman yang dibuka 25 tahun lalu kini sedang dibalikkan,” ujarnya sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

‘Pukulan menyakitkan’

Analisis Mark Lowen, Koresponden BBC Turki

Presiden Erdogan menggambarkan pemilihan daerah kali ini adalah soal kelangsungan hidup. Kini dia mengalami pukulan yang menyakitkan.

Untuk pertama kali dalam seperempat abad, partainya kehilangan kendali di ibu kota Turki, Ankara.

Kemudian di Istanbul yang merupakan kekuatan ekonomi Turki, ada perbedaan tipis antara Partai AK yang berkuasa dan partai oposisi.

Sebagaimana ditunjukkan perhitungan resmi, ada selisih kurang dari 3.000 suara antara kedua kandidat di kota berpendudul 18 juta orang ini. Keduanya sama-sama mengklaim telah menang.

Namun perhitungan terhenti ketika lebih dari 1% kotak suara belum dibuka. Ini taktik, kata kubu oposisi, untuk mencuri kemenangan.

Ini bisa jadi momen menentukan bagi presiden Turki yang penuh kuasa: tatkala oposisi yang lama dipandang sekarat merasa dia bisa dikalahkan.

Pendukung Partai AK merayakan kemenangan di Istanbul | Foto: BBC

Bagaimana jalannya kampanye?

Ini adalah pilkada pertama sejak Erdogan mendapat banyak kewenangan melalui pemilihan presiden tahun lalu.

Partai AK telah memenangi setiap pemilu sejak berkuasa pada 2002.

Lantaran banyak media propemerintah atau dikendalikan pendukung Erdogan, sejumlah kritikus meyakini kubu oposisi berkampanye dalam posisi tidak menguntungkan.

Partai Rakyat Demokratis (HDP) yang pro-Kurdi, mengatakan pemilihan berjalan tidak adil dan menolak menempatkan kandidat di sejumlah kota.

Beberapa pemimpinnya dipenjara atas dakwaan terorisme, tuduhan yang mereka tolak.

Pawai Erdogan mendominasi berita di televisi. Dalam salah satu pawai, Sabtu lalu, presiden meyakinkan para pemilih dan para pendukung partainya bahwa semuanya dalam kendali.

“Saya adalah bos ekonomi sekarang sebagai presiden negara ini,” ujarnya seraya menyalahkan negara-negara Barat, terutama AS, atas guncangan ekonomi yang dialami Turki.*

Sumber: BBC

Shares: