EkonomiNews

Faktor Transportasi, Harga Jual Komoditas Aceh di LN Sulit Bersaing

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Rabu (14/6). (ANTARA Aceh/Ampelsa)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Kepala Kantor Wiayah DJBC Aceh, Safuadi menilai karena akses logistik berupa transportasi, membuat harga jual komoditas Aceh sulit bersaing di luar negeri.

Ia mencontohkan, hasil alam Aceh berupa nilam yang disebut terbaik di dunia, tapi tidak memiliki nilai jual karena kurangnya fasilitas yang membuat harga jual nilam itu kalah saat berkompetisi dengan produk yang sama di Luar Negeri.

Kemudian, kata dia seperti jeruk nipis, lemon dan manggis, juga kalah bersaing dengan produk yang sama dari Thailand. Hal itu juga disebabkan kurangnya sarana pendukung dan infrastruktur yang membuat komoditas Aceh tidak berkembang.

Komoditas tersebut saat diekspor ke Luar Negeri harganya akan melambung naik, sehingga kalah dengan produk sama dari negara-negara lain yang akses transportasinya sudah terpenuhi.

“Dimana tertingginya? di logistik, masalah logistik kita itu yang menjadi masalah besar bagi Aceh, sehingga kita kalah bersaing. Saat kita kirim ke luar negeri harganya jadi lebih mahal, apa faktornya? di transportasi,” kata Safuadi saat bertemu dengan anggota DPR RI dan para pengusaha di Aula Cut Nyak Dhien Kantor DJBC Aceh, Senin, 8 Juni 2020.

Untuk itu, pihaknya sudah menyampaikan kepada Pelindo untuk menggerakkan transportasi agar pelabuhan yang berada di wilayah Aceh bisa tumbuh.

Namun, para pengusaha yang akan mengekspor komoditasnya juga volumenya harus diperbesar. Kata dia, tidak mungkin kontainer mengangkut barang sedikit dan masih menyisakan ruang.

“Tapi volumenya harus diperbesar, tidak mungkin kita bawa container, tapi kosong tidak berisi,” ujarnya.

Untuk itu pihaknya bersama para pengusaha tengah membentuk konsolidasi, agar para pengusaha bersatu mengumpulkan komoditasnya hingga kuota container bisa terpenuhi dan dapat diekspor ke luar negeri.

“Makanya kita harus punya konsolidator, untuk menjembatani para pengusaha untuk mengumpulkan (komoditasnya) di satu titik. Ketika sudah terkumpul, menjadi lebih banyak dan kawan kawan pelindo bisa memfasilitasi,”

“Ini sebenarnya persoalan Aceh yang tidak fokus diselesaikan, jika fokus ini tidak jadi problem,” ujarnya.

General Manager PT Pelindo I, Sam Arifin menyebutkan, kegiatan ekspor dari pelabuhan Malahayati baru sebatas negara India dan Bangladesh.

Untuk Dubai dan Qatar, kata dia sudah ada permintaan. Tapi terkendala di biaya transportasi dan produk yang tidak memenuhi container. Jika produk dari Aceh ada, pihaknya siap untuk menyiapkan container.

Menurutnya, yang jadi persoalan saat ini adalah volume muatan. “Yang menjadi kendala sekarang apabila muatan hanya 30 ribu ton, freightnya tidak akan masuk minimal 50 ribu ton,” ujar dia. (dani)

Shares: